26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

ICMI Usulkan 7 Langkah Pencegahan dan Mitigasi Omicron

PROKALTENG.CO – Perkembangan penyebaran Covid-19 varian Omicron yang begitu cepat, mendorong Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bergerak cepat dalam mendukung langkah-langkah pencegahan serta mitigasi yang dilakukan pemerintah dan masyarakat. ICMI mengusulkan tujuh langkah penting untuk menangkal Omicron.

Ketujuh hal penting itu disampaikan dalam webinar dengan topik, “Perkembangan Terbaru Omicron: Bangsa Indonesia Harus Berbuat Apa?” yang digelar MPP ICMI Bidang 6 (Kesehatan, Perempuan, Anak, dan Pemuda), Jumat malam (4/2).

Webinar ini menghadirkan dua narasumber expert yang membuka beragam perspektif. Pertama, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) sekaligus Guru Besar Penyakit Dalam Universitas Indonesia, Prof Zubairi Djoerban. Kedua, Guru Besar Epidemiologi Universitas Hasanudin yang juga Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia Prof Ridwan Amiruddin. Bertindak sebagai moderator adalah Ketua Umum PB IDI 2012-2015 Zaenal Abidin.

Keynote speaker disampaikan Ketua Umum MPP ICMI Prof Arif Satria. Dalam paparannya, dia yang mengingatkan tentang cara hidup yang sangat berubah karena disrupsi akibat pandemi. “Disrupsi telah mengubah cara hidup kita. Untuk itu perlu langkah-langkah yang adaptif agar umat manusia mampu bertahan dalam perubahan yang terjadi,” ucapnya, seperti keterangan yang diterima RM.id, Minggu (6/2).

Baca Juga :  Birokrasi yang Fleksibel Jadi Alasan Jokowi Pangkas Posisi Eselon

Setelah itu, kemudian dipaparkan tujuh usulan ICMI dalam menangkal varian Omicron. Pertama, waspada terhadap Omicron. Kedua, membantu edukasi untuk vaksin dan booster. Ketiga, tetap patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker. Keempat, melakukan aktivitas secara daring. Kelima, menyiapkan kontingensi plan untuk menyiapkan rencana penanganan bila terjadi ledakan pandemi. Keenam, perketat karantina orang dari luar yang masuk ke Indonesia. Ketujuh, perketat 3T (tracking, testing, dan treatment).

Selanjutnya, pengantar webinar dipaparkan Ketua Koordinasi Bidang MPP ICMI Prof Fachmi Idris.  Fachmi mengingatkan, gelombang ke-3 pandemi Covid-19 di Indonesia nyata dan dapat memberikan tekanan pada sistem kesehatan Indonesia.

“Memang benar saat ini tingkat keterisian RS masih rendah. Namun, harus diingat karena Omicron menyebar cepat, maka kasus akan sangat banyak. Sehingga, walau persentase yang terkena Covid membutuhkan rumah sakit kecil, akhirnya secara kuantitas juga tetap tinggi,” terangnya.

Baca Juga :  Kasus Covid-19 di Palangka Raya, Tingkat Kesembuhan Capai 96,42 Persen

Fachmi melanjutkan, karena penularan di tingkat komunitas tinggi, dikhawatirkan banyak tenaga kesehatan tertular di rumah tinggal mereka. Akibatnya, tidak dapat bertugas karena harus isoman. “Ini menambah tekanan kepada sistem kesehatan yang juga harus diantisipasi. Bukan hanya menghitung kesiapan tempat tidur semata,” paparnya.

Dia menyarankan masyarakat agar tidak menggunakan masker kain. Namun menggunakan masker N95 untuk jaga prokes. Masyarakat juga jangan ragu untuk vaksin booster.

Di akhir webinar, Zaenal Abidin menyimpulkan, ICMI harus bergerak dalam upaya meng-counter hoaks. “Membantu mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak panik, dan terus meng-update informasi resmi juga waspada terhadap informasi yang sumbernya tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya. (usu/rmid/kpc)

PROKALTENG.CO – Perkembangan penyebaran Covid-19 varian Omicron yang begitu cepat, mendorong Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bergerak cepat dalam mendukung langkah-langkah pencegahan serta mitigasi yang dilakukan pemerintah dan masyarakat. ICMI mengusulkan tujuh langkah penting untuk menangkal Omicron.

Ketujuh hal penting itu disampaikan dalam webinar dengan topik, “Perkembangan Terbaru Omicron: Bangsa Indonesia Harus Berbuat Apa?” yang digelar MPP ICMI Bidang 6 (Kesehatan, Perempuan, Anak, dan Pemuda), Jumat malam (4/2).

Webinar ini menghadirkan dua narasumber expert yang membuka beragam perspektif. Pertama, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) sekaligus Guru Besar Penyakit Dalam Universitas Indonesia, Prof Zubairi Djoerban. Kedua, Guru Besar Epidemiologi Universitas Hasanudin yang juga Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia Prof Ridwan Amiruddin. Bertindak sebagai moderator adalah Ketua Umum PB IDI 2012-2015 Zaenal Abidin.

Keynote speaker disampaikan Ketua Umum MPP ICMI Prof Arif Satria. Dalam paparannya, dia yang mengingatkan tentang cara hidup yang sangat berubah karena disrupsi akibat pandemi. “Disrupsi telah mengubah cara hidup kita. Untuk itu perlu langkah-langkah yang adaptif agar umat manusia mampu bertahan dalam perubahan yang terjadi,” ucapnya, seperti keterangan yang diterima RM.id, Minggu (6/2).

Baca Juga :  Birokrasi yang Fleksibel Jadi Alasan Jokowi Pangkas Posisi Eselon

Setelah itu, kemudian dipaparkan tujuh usulan ICMI dalam menangkal varian Omicron. Pertama, waspada terhadap Omicron. Kedua, membantu edukasi untuk vaksin dan booster. Ketiga, tetap patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker. Keempat, melakukan aktivitas secara daring. Kelima, menyiapkan kontingensi plan untuk menyiapkan rencana penanganan bila terjadi ledakan pandemi. Keenam, perketat karantina orang dari luar yang masuk ke Indonesia. Ketujuh, perketat 3T (tracking, testing, dan treatment).

Selanjutnya, pengantar webinar dipaparkan Ketua Koordinasi Bidang MPP ICMI Prof Fachmi Idris.  Fachmi mengingatkan, gelombang ke-3 pandemi Covid-19 di Indonesia nyata dan dapat memberikan tekanan pada sistem kesehatan Indonesia.

“Memang benar saat ini tingkat keterisian RS masih rendah. Namun, harus diingat karena Omicron menyebar cepat, maka kasus akan sangat banyak. Sehingga, walau persentase yang terkena Covid membutuhkan rumah sakit kecil, akhirnya secara kuantitas juga tetap tinggi,” terangnya.

Baca Juga :  Kasus Covid-19 di Palangka Raya, Tingkat Kesembuhan Capai 96,42 Persen

Fachmi melanjutkan, karena penularan di tingkat komunitas tinggi, dikhawatirkan banyak tenaga kesehatan tertular di rumah tinggal mereka. Akibatnya, tidak dapat bertugas karena harus isoman. “Ini menambah tekanan kepada sistem kesehatan yang juga harus diantisipasi. Bukan hanya menghitung kesiapan tempat tidur semata,” paparnya.

Dia menyarankan masyarakat agar tidak menggunakan masker kain. Namun menggunakan masker N95 untuk jaga prokes. Masyarakat juga jangan ragu untuk vaksin booster.

Di akhir webinar, Zaenal Abidin menyimpulkan, ICMI harus bergerak dalam upaya meng-counter hoaks. “Membantu mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak panik, dan terus meng-update informasi resmi juga waspada terhadap informasi yang sumbernya tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya. (usu/rmid/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru