33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kendala yang Banyak Dihadapi Dalam Pembelajaran Daring Jaringan Intern

BERDASAR penelitian,
ketersediaan jaringan internet menjadi kendala utama dalam pembelajaran jarak
jauh (PJJ) pada masa pandemi Covid-19. Penelitian awal mengenai penyelenggaraan
pendidikan menengah di Jogjakarta selama masa pandemi Covid-19 dilakukan pada
1.304 responden meliputi guru, siswa, serta orang tua di tingkat SMP dan SMA di
lima kabupaten/kota di Jogjakarta.

”Kendala yang banyak dihadapi dalam pembelajaran daring
adalah jaringan internet,” kata Pakar Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada
(UGM) Agustinus Subarsono seperti dilansir dari Antara di Jogjakarta.

Dari survei via google form sejak 25
Juni sampai 1 Juli, menurut dia, dapat diketahui bahwa ketidaklancaran jaringan
internet menjadi kendala utama dalam penyelenggaraan pendidikan menengah di
tengah pandemi Covid-19. Baik siswa, guru, maupun orang tua, mengeluhkan
ketidaklancaran jaringan internet jadi kendala utama dalam kegiatan
pembelajaran jarak jauh.

”Lebih dari 50 persen responden mengeluhkan tentang
jaringan ini terutama di Kulon Progo dan Gunung Kidul,” kata Subarsono.

Baca Juga :  KKB Papua Sulit Ditaklukan Aparat, Begini Perkiraan Kekuatannya

Dia mengatakan, untuk mengatasi persoalan itu, pemerintah
diharapkan mengusahakan agar jaringan internet bisa diakses seluruh masyarakat
Indonesia.

Persoalan lain yang juga banyak dikeluhkan siswa, kata
dia, adalah keterbatasan biaya untuk mengakses internet. Kendala lain yang juga
dihadapi dalam pembelajaran daring adalah keterbatasan waktu orang tua dalam
mendampingi anak saat mengikuti pembelajaran jarak jauh. Keterbatasan
keterampilan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi juga banyak dialami
para guru yang belum seluruhnya terbiasa dengan teknologi yang digunakan saat
pembelajaran daring.

”Semakin tua usia guru hambatan dalam pemanfaatan
teknologi makin besar. Hambatan relatif lebih kecil dialami pada guru yang
berusia di bawah 35 tahun,” terang Subarsono.

Subarsono menyampaikan, dari survei terhadap siswa
ditemukan fakta bahwa hampir sebagian besar merasa kegiatan pembelajaran jarak
jauh lebih sulit daripada kegiatan pembelajaran konvensional. Tak hanya itu, materi
pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada materi pembelajaran tatap muka.

Baca Juga :  Lebih 70 Persen Jamaah Sudah Lunasi Biaya Haji

”Sebagian besar siswa mengeluhkan bosan mengikuti
pembelajaran daring dan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran tatap muka,”
ujar Subarsono.

Subarsono mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menciptakan
tantangan dan kebutuhan inovasi pembelajaran dengan teknologi sehingga
kolaborasi antara sekolah dengan orang tua dalam pendidikan juga perlu
diperkuat. Saat pandemi berakhir, dia merekomendasikan pembelajaran jarak jauh
terus dilaksanakan dan melakukan inovasi pembelajaran agar dapat mengurangi
beban siswa.

”Kebijakan pendidikan pembelajaran jarak jauh antara online dan offline sebagai
alternatif masa new normal. Sementara itu, pembelajaran tatap
muka dapat dimulai ketika lingkungan sekolah dinyatakan aman dan ada
kesepakatan dengan para pemangku kepentingan,” kata Subarsono.

BERDASAR penelitian,
ketersediaan jaringan internet menjadi kendala utama dalam pembelajaran jarak
jauh (PJJ) pada masa pandemi Covid-19. Penelitian awal mengenai penyelenggaraan
pendidikan menengah di Jogjakarta selama masa pandemi Covid-19 dilakukan pada
1.304 responden meliputi guru, siswa, serta orang tua di tingkat SMP dan SMA di
lima kabupaten/kota di Jogjakarta.

”Kendala yang banyak dihadapi dalam pembelajaran daring
adalah jaringan internet,” kata Pakar Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada
(UGM) Agustinus Subarsono seperti dilansir dari Antara di Jogjakarta.

Dari survei via google form sejak 25
Juni sampai 1 Juli, menurut dia, dapat diketahui bahwa ketidaklancaran jaringan
internet menjadi kendala utama dalam penyelenggaraan pendidikan menengah di
tengah pandemi Covid-19. Baik siswa, guru, maupun orang tua, mengeluhkan
ketidaklancaran jaringan internet jadi kendala utama dalam kegiatan
pembelajaran jarak jauh.

”Lebih dari 50 persen responden mengeluhkan tentang
jaringan ini terutama di Kulon Progo dan Gunung Kidul,” kata Subarsono.

Baca Juga :  KKB Papua Sulit Ditaklukan Aparat, Begini Perkiraan Kekuatannya

Dia mengatakan, untuk mengatasi persoalan itu, pemerintah
diharapkan mengusahakan agar jaringan internet bisa diakses seluruh masyarakat
Indonesia.

Persoalan lain yang juga banyak dikeluhkan siswa, kata
dia, adalah keterbatasan biaya untuk mengakses internet. Kendala lain yang juga
dihadapi dalam pembelajaran daring adalah keterbatasan waktu orang tua dalam
mendampingi anak saat mengikuti pembelajaran jarak jauh. Keterbatasan
keterampilan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi juga banyak dialami
para guru yang belum seluruhnya terbiasa dengan teknologi yang digunakan saat
pembelajaran daring.

”Semakin tua usia guru hambatan dalam pemanfaatan
teknologi makin besar. Hambatan relatif lebih kecil dialami pada guru yang
berusia di bawah 35 tahun,” terang Subarsono.

Subarsono menyampaikan, dari survei terhadap siswa
ditemukan fakta bahwa hampir sebagian besar merasa kegiatan pembelajaran jarak
jauh lebih sulit daripada kegiatan pembelajaran konvensional. Tak hanya itu, materi
pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada materi pembelajaran tatap muka.

Baca Juga :  Lebih 70 Persen Jamaah Sudah Lunasi Biaya Haji

”Sebagian besar siswa mengeluhkan bosan mengikuti
pembelajaran daring dan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran tatap muka,”
ujar Subarsono.

Subarsono mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menciptakan
tantangan dan kebutuhan inovasi pembelajaran dengan teknologi sehingga
kolaborasi antara sekolah dengan orang tua dalam pendidikan juga perlu
diperkuat. Saat pandemi berakhir, dia merekomendasikan pembelajaran jarak jauh
terus dilaksanakan dan melakukan inovasi pembelajaran agar dapat mengurangi
beban siswa.

”Kebijakan pendidikan pembelajaran jarak jauh antara online dan offline sebagai
alternatif masa new normal. Sementara itu, pembelajaran tatap
muka dapat dimulai ketika lingkungan sekolah dinyatakan aman dan ada
kesepakatan dengan para pemangku kepentingan,” kata Subarsono.

Terpopuler

Artikel Terbaru