28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Teror Lone Wolf di Texas Renggut 20 Nyawa

Teror lone wolf
kembali membuat Amerika Serikat (AS) gusar akhir pekan lalu. Pelakunya,
lagi-lagi, seorang pemuda yang terlihat sehat dan waras. Korbannya, lagi-lagi,
warga sipil. Jumlahnya banyak. Parahnya, dalam waktu kurang dari 24 jam, aksi
penembakan dengan pelaku tunggal itu terjadi di dua negara bagian yang berbeda.
Texas dan Ohio.

Patrick Crusius, si
lone wolf, menyerah tanpa perlawanan kepada aparat. Polisi membekuk pemuda 21
tahun itu sekitar 15 menit setelah penembakan terjadi di Walmart. Ritel yang
terletak di El Paso, Negara Bagian Texas, itu sedang sangat ramai saat Crusius
melancarkan aksinya. Selain merenggut 20 nyawa, aksi penembakan tersebut
mengakibatkan sedikitnya 26 orang terluka. Ratusan korban yang selamat dari
senjata Crusius kini trauma. Jutaan warga AS pun geram.

“Saat ini, kami
mengantongi manifesto pelaku yang mengarah pada kejahatan terencana berdasar
rasa benci,” kata Greg Allen, kepala polisi El Paso, sebagaimana dikutip CNN kemarin
(4/8). Polisi menjadikan tulisan Crusius di media sosial sebagai pintu awal
penyelidikan. Dalam tulisan itu, pelaku mengungkapkan kebenciannya terhadap
hispanik. Di sana, dia mengatakan bahwa hispanik menginvasi AS. Tapi, polisi
membutuhkan waktu untuk memastikan bahwa Crusius memang rasis.

Baca Juga :  Cegah Penularan Virus Corona di Penjara, Iran Bebaskan 10 Ribu Napi

Emmerson Buie, agen
khusus FBI El Paso, mengatakan bahwa sampai ada bukti kuat terkait pandangan
rasis Crusius, polisi akan memperlakukan kasus tersebut sebagai aksi
pembunuhan. “Pelaku terindikasi melanggar sejumlah pasal. Tapi, kami belum bisa
menyimpulkannya,” paparnya dalam jumpa pers.

Sabtu (3/8) itu,
Walmart menjadi jujukan para siswa dan orang tua mereka. “Kurang lebih ada 3
ribu pengunjung dan 100 karyawan di dalam bangunan supermarket itu.” Demikian
bunyi laporan CNN. Tapi, semangat menyambut tahun pelajaran baru itu dibuyarkan
Crusius. Dia masuk supermarket dan langsung memberondongkan tembakan ke segala
arah.

Menurut New
York Times
, polisi menerima laporan soal aksi keji Crusius itu pada pukul
10.39 waktu setempat. Dalam hitungan detik, kepanikan melanda Walmart. Para
pengunjung berebut melarikan diri. Bunyi tembakan dari senapan laras panjang
Crusius membuat nyali mereka ciut. Apalagi, para pengunjung menyaksikan
beberapa orang terkapar di lantai sambil berlumuran darah. Mereka bergegas
menuju pintu keluar, tidak mau menjadi korban berikutnya.

Baca Juga :  Myanmar Harus Jamin Hak Etnis Rohingya

Manuel Uruchurty baru
saja membayar belanjaannya di kasir saat mendengar tembakan. Pemuda 20 tahun
itu langsung lari tunggang langgang. “Saya melihat bayi. Mungkin usianya enam
atau delapan bulan. Bayi itu bersimbah darah,” ungkapnya.

Jubir University
Medical Center El Paso Ryan Mielke mengatakan bahwa jumlah korban tewas bisa
bertambah. Sebab, kondisi sebagian korban luka kritis.

Walmart mengecam keras
insiden berdarah itu. “Saya tak percaya harus menulis catatan seperti ini dua
kali dalam seminggu. Dan, hati saya berduka untuk masyarakat El Paso dan
keluarga korban,” ujar CEO Walmart Doug MicMillon. Empat hari sebelumnya, aksi
penembakan terjadi di Walmart di Southhaven, Negara Bagian Mississippi.(jpg)

 

Teror lone wolf
kembali membuat Amerika Serikat (AS) gusar akhir pekan lalu. Pelakunya,
lagi-lagi, seorang pemuda yang terlihat sehat dan waras. Korbannya, lagi-lagi,
warga sipil. Jumlahnya banyak. Parahnya, dalam waktu kurang dari 24 jam, aksi
penembakan dengan pelaku tunggal itu terjadi di dua negara bagian yang berbeda.
Texas dan Ohio.

Patrick Crusius, si
lone wolf, menyerah tanpa perlawanan kepada aparat. Polisi membekuk pemuda 21
tahun itu sekitar 15 menit setelah penembakan terjadi di Walmart. Ritel yang
terletak di El Paso, Negara Bagian Texas, itu sedang sangat ramai saat Crusius
melancarkan aksinya. Selain merenggut 20 nyawa, aksi penembakan tersebut
mengakibatkan sedikitnya 26 orang terluka. Ratusan korban yang selamat dari
senjata Crusius kini trauma. Jutaan warga AS pun geram.

“Saat ini, kami
mengantongi manifesto pelaku yang mengarah pada kejahatan terencana berdasar
rasa benci,” kata Greg Allen, kepala polisi El Paso, sebagaimana dikutip CNN kemarin
(4/8). Polisi menjadikan tulisan Crusius di media sosial sebagai pintu awal
penyelidikan. Dalam tulisan itu, pelaku mengungkapkan kebenciannya terhadap
hispanik. Di sana, dia mengatakan bahwa hispanik menginvasi AS. Tapi, polisi
membutuhkan waktu untuk memastikan bahwa Crusius memang rasis.

Baca Juga :  Cegah Penularan Virus Corona di Penjara, Iran Bebaskan 10 Ribu Napi

Emmerson Buie, agen
khusus FBI El Paso, mengatakan bahwa sampai ada bukti kuat terkait pandangan
rasis Crusius, polisi akan memperlakukan kasus tersebut sebagai aksi
pembunuhan. “Pelaku terindikasi melanggar sejumlah pasal. Tapi, kami belum bisa
menyimpulkannya,” paparnya dalam jumpa pers.

Sabtu (3/8) itu,
Walmart menjadi jujukan para siswa dan orang tua mereka. “Kurang lebih ada 3
ribu pengunjung dan 100 karyawan di dalam bangunan supermarket itu.” Demikian
bunyi laporan CNN. Tapi, semangat menyambut tahun pelajaran baru itu dibuyarkan
Crusius. Dia masuk supermarket dan langsung memberondongkan tembakan ke segala
arah.

Menurut New
York Times
, polisi menerima laporan soal aksi keji Crusius itu pada pukul
10.39 waktu setempat. Dalam hitungan detik, kepanikan melanda Walmart. Para
pengunjung berebut melarikan diri. Bunyi tembakan dari senapan laras panjang
Crusius membuat nyali mereka ciut. Apalagi, para pengunjung menyaksikan
beberapa orang terkapar di lantai sambil berlumuran darah. Mereka bergegas
menuju pintu keluar, tidak mau menjadi korban berikutnya.

Baca Juga :  Myanmar Harus Jamin Hak Etnis Rohingya

Manuel Uruchurty baru
saja membayar belanjaannya di kasir saat mendengar tembakan. Pemuda 20 tahun
itu langsung lari tunggang langgang. “Saya melihat bayi. Mungkin usianya enam
atau delapan bulan. Bayi itu bersimbah darah,” ungkapnya.

Jubir University
Medical Center El Paso Ryan Mielke mengatakan bahwa jumlah korban tewas bisa
bertambah. Sebab, kondisi sebagian korban luka kritis.

Walmart mengecam keras
insiden berdarah itu. “Saya tak percaya harus menulis catatan seperti ini dua
kali dalam seminggu. Dan, hati saya berduka untuk masyarakat El Paso dan
keluarga korban,” ujar CEO Walmart Doug MicMillon. Empat hari sebelumnya, aksi
penembakan terjadi di Walmart di Southhaven, Negara Bagian Mississippi.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru