26.1 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Jauhkan Kota Cantik dari Hal Jahat dan Buruk

Demi terus menjaga dan mengenalkan warisan leluhur
Dayak di Kota Cantik, Pemko
Palangka Raya melalui Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
Palangka
Raya
mendukung serta memfasilitasi pelaksanaan upacara mamapas
lewu, maarak sahur palus manggantung sahur lewu
.

KEGIATAN yang digelar selama tiga hari ini, dibuka
secara langsung oleh Wakil Wali Kota Palangka Raya Hj Umi Mastikah,
di
Betang Hapakat,
kemarin. Ritual
upacara ini juga merupakan
hasil kerja sama antara pemko dan juga Dewan Adat
Dayak (DAD) Kalteng dan
Palangka Raya
serta Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kota Palangka Raya.

Wali Kota Palangka Raya Fairid
Naparin melalui Wakil Wali
Kota
Hj Umi Mastikah saat membuka kegiatan upacara tersebut mengatakan
, mamapas lewu merupakan
kegiatan adat yang bertujuan untuk membersihkan Kota Palangka Raya dari
pengaruh hal-hal jahat dan bersifat buruk, baik itu oleh manusia ataupun disebabkan
oleh roh jahat dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga :  Tak Hanya Pendidikan Gratis, Ben-Ujang Juga Janjikan Beasiswa ke Pergu

Dilanjutkan
Umi, maarak sahur diartikan sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha
Kuasa, sedangkan manggantung sahur lewu merupakan permohonan kepada Yang Maha
Kuasa agar Kota Palangka Raya selalu dijaga serta selalu dalam lindungannya
agar terhindar dari hal-hal negatif.

“Saya
berharap agar kegiatan ritual masyarakat
Dayak
Kalteng ini terus dapat terjaga dan dilestarikan. Ini merupakan kegiatan adat
budaya yang mempunyai nilai religius agar dapat terus berlangsung.  Selain itu juga, mampu menjadi daya tarik
wisata di Kota Palangka Raya,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris
Umum DAD Kalteng Yulindra Dedi menjelaskan, pihaknya menyadari budaya
Dayak juga memiliki sumber
daya yang kuat.
Ini
merupakan sumber daya ekonomi wisata yang dapat dikembangkan.
Termasuk wisata ritual dan
sejarah peradaban
Dayak,
jika dinilai memiliki potensi ekonomi yang sangat kreatif.

Baca Juga :  Stok Oksigen di RSUD Kapuas Menipis

“Untuk
itu, ritual adat mamapas lewu, maarak sahur palus manggantung sahur lewu
merupakan kegiatan upacara ritual adat yang sangat penting nilainya sebagai
wahana untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan budaya
Dayak agar tetap lestari,
serta sebagai bentuk ucapan syukur dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa,”
tutupnya. (*pra/ami/iha/CTK)

Demi terus menjaga dan mengenalkan warisan leluhur
Dayak di Kota Cantik, Pemko
Palangka Raya melalui Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
Palangka
Raya
mendukung serta memfasilitasi pelaksanaan upacara mamapas
lewu, maarak sahur palus manggantung sahur lewu
.

KEGIATAN yang digelar selama tiga hari ini, dibuka
secara langsung oleh Wakil Wali Kota Palangka Raya Hj Umi Mastikah,
di
Betang Hapakat,
kemarin. Ritual
upacara ini juga merupakan
hasil kerja sama antara pemko dan juga Dewan Adat
Dayak (DAD) Kalteng dan
Palangka Raya
serta Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kota Palangka Raya.

Wali Kota Palangka Raya Fairid
Naparin melalui Wakil Wali
Kota
Hj Umi Mastikah saat membuka kegiatan upacara tersebut mengatakan
, mamapas lewu merupakan
kegiatan adat yang bertujuan untuk membersihkan Kota Palangka Raya dari
pengaruh hal-hal jahat dan bersifat buruk, baik itu oleh manusia ataupun disebabkan
oleh roh jahat dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga :  Tak Hanya Pendidikan Gratis, Ben-Ujang Juga Janjikan Beasiswa ke Pergu

Dilanjutkan
Umi, maarak sahur diartikan sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha
Kuasa, sedangkan manggantung sahur lewu merupakan permohonan kepada Yang Maha
Kuasa agar Kota Palangka Raya selalu dijaga serta selalu dalam lindungannya
agar terhindar dari hal-hal negatif.

“Saya
berharap agar kegiatan ritual masyarakat
Dayak
Kalteng ini terus dapat terjaga dan dilestarikan. Ini merupakan kegiatan adat
budaya yang mempunyai nilai religius agar dapat terus berlangsung.  Selain itu juga, mampu menjadi daya tarik
wisata di Kota Palangka Raya,” ungkapnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris
Umum DAD Kalteng Yulindra Dedi menjelaskan, pihaknya menyadari budaya
Dayak juga memiliki sumber
daya yang kuat.
Ini
merupakan sumber daya ekonomi wisata yang dapat dikembangkan.
Termasuk wisata ritual dan
sejarah peradaban
Dayak,
jika dinilai memiliki potensi ekonomi yang sangat kreatif.

Baca Juga :  Stok Oksigen di RSUD Kapuas Menipis

“Untuk
itu, ritual adat mamapas lewu, maarak sahur palus manggantung sahur lewu
merupakan kegiatan upacara ritual adat yang sangat penting nilainya sebagai
wahana untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan budaya
Dayak agar tetap lestari,
serta sebagai bentuk ucapan syukur dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa,”
tutupnya. (*pra/ami/iha/CTK)

Terpopuler

Artikel Terbaru