27.3 C
Jakarta
Tuesday, April 22, 2025

Tongkang-tongkang Emas Hitam dari Pedalaman Kalimantan Penerang Mayapa

SAYA berdomisili dan bekerja
di sebuah kabupaten berjuluk “City in the
Jungle
” di pedalaman Kalimantan yaitu Kabupaten Barito Utara. Setiap
berangkat kerja saya selalu melewati Jembatan KH. Hasan Basri yang
menghubungkan kota Muara Teweh dan kota Palangkaraya serta Banjarmasin.

Jembatan ini membelah Sungai
Barito yang biasa dilayari oleh tongkang dan kapal besar  pengangkut batubara. Sungai Barito yang berkelok-kelok
melewati  beberapa kabupaten di pedalaman
Kalimantan menjadi saksi bagaimana berjuta-juta ton emas hitam atau  batubara diangkut menggunakan tongkang melalui
sungai. Apabila air surut maka tongkang dan kapal besar pengangkut batubara
berhenti beroperasi.

Demikian juga apabila air
pasang atau di atas batas normal, tongkang – tongkang pengangkut batubara tidak
bisa lewat karena terhalang oleh jembatan KH.Hasan Basri. Rencana pembangunan
rel kerata api sepanjang 425 kilometer yang membentang dari “jantung” Borneo hingga
ke pelabuhan dekat Laut Jawa juga belum ada eksekusi di lapangan.

Banyak tenaga kerja dari pulau
Jawa, Sumatera dan Sulawesi dengan berbagai tingkat pendidikan, dari sarjana
hingga pendidikan menengah  mendatangi cekungan
tersier sumber energi di pulau Kalimantan. Mengelola kekayaan alam sekaligus
harta pusaka yang terpendam dalam bumi Borneo menjadi magnet tersendiri  dan telah membuka luas lapangan pekerjakan
untuk rakyat Indonesia yang memiliki kemampuan dari beragam kualifikasi
pendidikan atau disiplin ilmu.

Dedikasi anak bangsa yang siap
menjadi tenaga kerja Indoneisa dengan upah 
relatif murah menjadi salah satu penyebab batubara Indonesia hadir
dengan harga yang kompetitif di pasar global. 
Lebih-lebih lagi batubara terbaik sejauh ini masih terdapat di
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.  

Menurut data dari Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dilansir oleh databooks, di provinsi Kalimantan Timur  sendiri masih terdapat cadangan batubara
sekitar 48.180.000.000 ton. Sementara itu 
provinsi Kalimantan Tengah memiliki potensi pertambangan batubara
sekitar 3.500.000.000 ton. 

Baca Juga :  4 Pasangan Bakal Cabub-Cawabup Kotim Jalani Tes Urine

64,5 persen persebaran cadangan dan sumberdaya batubara memang
berada di pulau Kalimantan. Kekayaan hasil bumi yang melimpah di bumi
Kalimantan khususnya batubara sebagai sumber energi utama adalah berkah  dan tak salah pemerintah memasang
langkah-langkah menuju  kedaulatan
energi. Tentu dibutuhkan sinergi yang harmonis dari semua pemangku kepentingan
apabila menginginkan tercipta ketahanan energi nasional yang solid mengingat
masalah sumber daya alam (SDA) adalah suatu yang integral dan bukan sektoral.

Adaro MetCoal Companies (AMC) saat
ini mewakili tujuh perusahaan memegang ijin Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B) untuk 7 (tujuh) area konsensi di provinsi
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Kalimantan Timur betul-betul masih
mengandalkan batubara sebagai senjata utama dan “nadi” bagi pertumbuhan
ekonominya. Tercatat, perekonomian provinsi Kalimantan Timur pada kuartal
pertama tahun 2020 tumbuh 1,27 persen.

Peran strategis sektor mineral
dan batubara (minerba) tak ayal menjadi 
penopang perkonomian negara dan ketahanan energi nasional.  Batubara yang memang menjadi sumber energi
vital bagi Indonesia dan merupakan salah satu sektor utama yang berkonstribusi
pada penerimaan negara ini telah melahirkan  tendensi ketergantungan kita pada bahan bakar
fosil tersebut.

Bayangkan “boom komoditas”
pada masa kejayaan batubara sekitar akhir tahun 2000-an, total penerimaan negara
dari sektor batubara mencapai 85 persen. Oleh karena itu sangat penting
penerapan pertambangan berkelanjutan (sustainable
mining
) dan standar pelaksanaan pertambangan (mining practice) yang lebih baik sehingga dapat memberi manfaat
positif  bagi masyarakat, lingkungan atau
biota sekitar dan bagi bumi itu sendiri. Bahkan pemerintah di provinsi
penyumbang batubara terbesar diIndonesia yaitu Kalimantan Selatan melakukan
pembatasan produksi batubara yang biasa dipasok ke Jawa- Bali dan Kalimantan
Selatan sendiri agar ketersediaan cadangan sumber energi tetap terjaga.

Baca Juga :  Satgas TMMD dan Warga Apel Pagi Sebelum Bertugas

Berpacu dengan program
akselerasi ekspor sektor minerba seperti ke negara tujuan China, Jepang, Korea
Selatan dan India,  Kementerian ESDM memang
meminta para produsen batubara mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk
konsumsi dalam negeri (domestic market
obligation
). Ketersediaan cadangan batubara yang melimpah di Indonesia
dapat dimanfaatkan untuk pembangunan pembangkit listrik di Indonesia dengan
sumber energi yang sebagian besar dari batubara, selain untuk bahan bakar pokok
peleburan logam, produksi baja, tekstil, semen dan kertas.

Kita perlu mengetahui bahwa
cadangan terbesar batubara di dunia terdapat di Amerika Serikat, Republik
Rakyat Tiongkok (RRT), Rusia dan India. China dan India saat ini lebih
memprioritaskan penggunaan batubara produksi domestik sedangkan konsumsi
batubara dalam negeri relatif sedikit di Indonesia. Negara kita justru menjadi
pemasok batu bara terbesar kedua di pasar dunia.

Akhirnya, Indonesia patut
bersyukur dengan kekayaan alam dan hasil buminya yang menyimpan  kekuatan dominan dalam pembangkit listrik.
“Komoditas” yang kebal terhadap fluktuasi harga di pasar dunia ini telah menjadi
penerang  di penjuru tanah air tercinta.

Selain itu, berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS), batubara adalah mesin penghasil  devisa terbanyak negara yaitu mencapai
sekitar U$ 21,07 miliar. Belajar dari sejarah bahwa batubara menjadi tonggak
sejarah dunia modern yang terwujud melalui Revolusi Industri di Inggris pada
pertengahan abad ke-18, saya optimis provinsi Kalimantan Tengah yang menyimpan
batubara terbaik yaitu batubara kokas (coking
coal
) akan menjadi mercusuar Indonesia dan 
Indonesia akan menjadi Negara Industri Tangguh  dalam jajaran elit dunia. ***

(Penulis adalah warga Kabupaten Barito Utara,
Kalimantan Tengah)

SAYA berdomisili dan bekerja
di sebuah kabupaten berjuluk “City in the
Jungle
” di pedalaman Kalimantan yaitu Kabupaten Barito Utara. Setiap
berangkat kerja saya selalu melewati Jembatan KH. Hasan Basri yang
menghubungkan kota Muara Teweh dan kota Palangkaraya serta Banjarmasin.

Jembatan ini membelah Sungai
Barito yang biasa dilayari oleh tongkang dan kapal besar  pengangkut batubara. Sungai Barito yang berkelok-kelok
melewati  beberapa kabupaten di pedalaman
Kalimantan menjadi saksi bagaimana berjuta-juta ton emas hitam atau  batubara diangkut menggunakan tongkang melalui
sungai. Apabila air surut maka tongkang dan kapal besar pengangkut batubara
berhenti beroperasi.

Demikian juga apabila air
pasang atau di atas batas normal, tongkang – tongkang pengangkut batubara tidak
bisa lewat karena terhalang oleh jembatan KH.Hasan Basri. Rencana pembangunan
rel kerata api sepanjang 425 kilometer yang membentang dari “jantung” Borneo hingga
ke pelabuhan dekat Laut Jawa juga belum ada eksekusi di lapangan.

Banyak tenaga kerja dari pulau
Jawa, Sumatera dan Sulawesi dengan berbagai tingkat pendidikan, dari sarjana
hingga pendidikan menengah  mendatangi cekungan
tersier sumber energi di pulau Kalimantan. Mengelola kekayaan alam sekaligus
harta pusaka yang terpendam dalam bumi Borneo menjadi magnet tersendiri  dan telah membuka luas lapangan pekerjakan
untuk rakyat Indonesia yang memiliki kemampuan dari beragam kualifikasi
pendidikan atau disiplin ilmu.

Dedikasi anak bangsa yang siap
menjadi tenaga kerja Indoneisa dengan upah 
relatif murah menjadi salah satu penyebab batubara Indonesia hadir
dengan harga yang kompetitif di pasar global. 
Lebih-lebih lagi batubara terbaik sejauh ini masih terdapat di
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.  

Menurut data dari Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dilansir oleh databooks, di provinsi Kalimantan Timur  sendiri masih terdapat cadangan batubara
sekitar 48.180.000.000 ton. Sementara itu 
provinsi Kalimantan Tengah memiliki potensi pertambangan batubara
sekitar 3.500.000.000 ton. 

Baca Juga :  4 Pasangan Bakal Cabub-Cawabup Kotim Jalani Tes Urine

64,5 persen persebaran cadangan dan sumberdaya batubara memang
berada di pulau Kalimantan. Kekayaan hasil bumi yang melimpah di bumi
Kalimantan khususnya batubara sebagai sumber energi utama adalah berkah  dan tak salah pemerintah memasang
langkah-langkah menuju  kedaulatan
energi. Tentu dibutuhkan sinergi yang harmonis dari semua pemangku kepentingan
apabila menginginkan tercipta ketahanan energi nasional yang solid mengingat
masalah sumber daya alam (SDA) adalah suatu yang integral dan bukan sektoral.

Adaro MetCoal Companies (AMC) saat
ini mewakili tujuh perusahaan memegang ijin Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B) untuk 7 (tujuh) area konsensi di provinsi
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Kalimantan Timur betul-betul masih
mengandalkan batubara sebagai senjata utama dan “nadi” bagi pertumbuhan
ekonominya. Tercatat, perekonomian provinsi Kalimantan Timur pada kuartal
pertama tahun 2020 tumbuh 1,27 persen.

Peran strategis sektor mineral
dan batubara (minerba) tak ayal menjadi 
penopang perkonomian negara dan ketahanan energi nasional.  Batubara yang memang menjadi sumber energi
vital bagi Indonesia dan merupakan salah satu sektor utama yang berkonstribusi
pada penerimaan negara ini telah melahirkan  tendensi ketergantungan kita pada bahan bakar
fosil tersebut.

Bayangkan “boom komoditas”
pada masa kejayaan batubara sekitar akhir tahun 2000-an, total penerimaan negara
dari sektor batubara mencapai 85 persen. Oleh karena itu sangat penting
penerapan pertambangan berkelanjutan (sustainable
mining
) dan standar pelaksanaan pertambangan (mining practice) yang lebih baik sehingga dapat memberi manfaat
positif  bagi masyarakat, lingkungan atau
biota sekitar dan bagi bumi itu sendiri. Bahkan pemerintah di provinsi
penyumbang batubara terbesar diIndonesia yaitu Kalimantan Selatan melakukan
pembatasan produksi batubara yang biasa dipasok ke Jawa- Bali dan Kalimantan
Selatan sendiri agar ketersediaan cadangan sumber energi tetap terjaga.

Baca Juga :  Satgas TMMD dan Warga Apel Pagi Sebelum Bertugas

Berpacu dengan program
akselerasi ekspor sektor minerba seperti ke negara tujuan China, Jepang, Korea
Selatan dan India,  Kementerian ESDM memang
meminta para produsen batubara mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk
konsumsi dalam negeri (domestic market
obligation
). Ketersediaan cadangan batubara yang melimpah di Indonesia
dapat dimanfaatkan untuk pembangunan pembangkit listrik di Indonesia dengan
sumber energi yang sebagian besar dari batubara, selain untuk bahan bakar pokok
peleburan logam, produksi baja, tekstil, semen dan kertas.

Kita perlu mengetahui bahwa
cadangan terbesar batubara di dunia terdapat di Amerika Serikat, Republik
Rakyat Tiongkok (RRT), Rusia dan India. China dan India saat ini lebih
memprioritaskan penggunaan batubara produksi domestik sedangkan konsumsi
batubara dalam negeri relatif sedikit di Indonesia. Negara kita justru menjadi
pemasok batu bara terbesar kedua di pasar dunia.

Akhirnya, Indonesia patut
bersyukur dengan kekayaan alam dan hasil buminya yang menyimpan  kekuatan dominan dalam pembangkit listrik.
“Komoditas” yang kebal terhadap fluktuasi harga di pasar dunia ini telah menjadi
penerang  di penjuru tanah air tercinta.

Selain itu, berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS), batubara adalah mesin penghasil  devisa terbanyak negara yaitu mencapai
sekitar U$ 21,07 miliar. Belajar dari sejarah bahwa batubara menjadi tonggak
sejarah dunia modern yang terwujud melalui Revolusi Industri di Inggris pada
pertengahan abad ke-18, saya optimis provinsi Kalimantan Tengah yang menyimpan
batubara terbaik yaitu batubara kokas (coking
coal
) akan menjadi mercusuar Indonesia dan 
Indonesia akan menjadi Negara Industri Tangguh  dalam jajaran elit dunia. ***

(Penulis adalah warga Kabupaten Barito Utara,
Kalimantan Tengah)

Terpopuler

Artikel Terbaru