KEBAKARAN hutan dan lahan
(karhutla) yang sudah mulai marak terjadi akhir-akhir ini. Salah satunya di
Kota Palangka Raya. Aroma kabut asap semakin tercium. Pihak Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Kalteng mulai gerah dengan situasi saat ini.
Mengutip kaltengpos.co, Senin (3/7/2019),
Sekdaprov Kalteng membeberkan sejumlah langkah yang diambil pemerintah daerah
di antaranya dengan mengusulkan enam unit helikopter water bombing untuk
membantu pemadaman di lokasi yang sulit terjangkau melalui jalur darat.
Jika terealisasi,
enam unit heli akan dibagi sesuai area operasional. Palangka Raya mendapat tiga
unit, Kotawaringin Timur satu unit, dan Kotawaringin Barat dua unit.Selain itu,
pemerintah pun telah menetapkan status siaga darurat bencana. Karena itu, semua
posko sudah dapat diaktifkan dan anggaran yang ada sudah dapat digunakan.
Akhir-akhir ini,
kabut asap menyelimuti beberapa Kota di Indonesia. Ini tentunya berpengaruh
pada aktivitas masyarakat seperti aktivitas penerbangan pesawat serta yang
lebih fatal pada kesehatan masyarakat. Kebakaran hutan dan lahan disinyalir
akibat 99% akibat ulah manusia dan 1 % karena fenomena alam.
Permasalahan utamanya adalah karena faktor ekonomi masyarakat. Pemanfaatkan
lahan yang subur di Riau dalam meningkatkan komoditas ekonomi
rakyat seperti lada, kopi dan sebagainya, sehingga terbuka lapangan kerja untuk
masyarakat. Contohnya pasar lada setiap tahunnya sampai dengan 16 miliar
USD. Penyebab
lainnya Adanya
pembakaran lahan untuk membuka perkebunan sawit. Kabut asap yang tak pernah
absen tiap tahunnya. Apalagi saat ini musim el nino atau musim kering.
Pembakaran lahan dimusim ini tak ayal sangat berbahaya dan fatal akibatnya.
Berbagai langkah untuk memandamkan api. Itu pun hanya bersifat sementara saja.
Pada akhirnya permasalahan kabut asap ini akan terus melanda negeri ini.
Allah Ta’ala telah mengingatkan : “Telah nampak kerusakan di darat dan di
lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)†(QS Ar Ruum:41). Sumber kerusakan yang
beragam terjadi di muka bumi aakibat perbuatan buruk dan maksiat manusia.
Barometer menilai peristiwa yang terjadi hendaklah bukan pada perkara yang
kasat mata saja (lahiriah) semata. Kecintaan pada dunia yang mendalam serta ketundukan
pada hawa nafsu faktor penyebabnya. Lunturnya dan lemahnya keyakinan yang kuat
pada perkara yang tak nampak akan kehidupan yang kekal di akhirat. Itulah yang
mendorong individu untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatannya agar
tidak membahayakan dirinya dan sekitarnya. Bencana dari Allah sebagai teguran
agar kita menjadi insan yang taat pada-Nya. Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi berkata,
“Barangsiapa yang bermaksiat kepada
Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena
perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada
Allah Ta’ala).â€
Hendaklah mnjadi
renungan bagi kita untuk menata diri, mengokohkan hati untuk senantiasa menjadi
insan yang taat pada Allah agar keberkahan senantiasa terlimpah dari langit dan
bumi. (*)
(Penulis adalah guru taman
kanak-kanak dan penulis aktif di berbagai media, tinggal di Palangka Raya)