33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Alhamdulillah, Meski Tukang Patri Panci Mampu Menyekolahkan Anak Hingg

PALANGKA RAYA- Perkembangan zaman kadang tak disadari banyak
mematikan usaha tradisional. Jika tidak berdamai dengan perubahan, maka
siap-siap akan ditinggalkan. Pekerjaan tukang patri, jadi satu dari sekian
banyak bisnis tradisional yang jarang ditemui. Hanya sebagian orang yang mampu
bertahan menggelutinya hingga kini.

Tuktuk…tuk…suara
palu itu terdengar seirama dari sebuah kios patri panci yang berada di

kompleks
Pasar Kahayan,
Jalan Tjilik Riwut Km
1, Kota Palangka Raya,
Jumat (25/10). Suara palu itu berasal dari seorang
tukang
patri
panci yang sedang memukul alumunium
. Dengan beralaskan
kayu
dan menggunakan palu, sang tukang sibuk memperbaiki
peralatan dapur.

Kini suara tersebut kian
langka terdengar, bahkan nyaris punah.
Perkembangan teknologi
yang semakin canggih
dan modern,
menjadi salah satu penyebab berkurangnya peminat patri panci.

Namun,
perubahan zaman
itu ternyata tidak menyurutkan semangat Ujang alias Udin Nuriadin.

Pria
55 tahun ini cukup terkenal sebagai tukang patri panci di kompleks Pasar
Kahayan. Sudah dua dekade lebih, tepatnya 22 tahun, ia menggeluti pekerjaan
ini. Akrab disapa Amang Soder oleh konsumennya.   

Di sebuah kios sederhana yang disewanya, ia
mengais rezeki melalui profesinya sebagai tukang patri panci di kompleks Pasar Kahayan.
Kios tersebut
dibuka pukul 08.00 hingga pukul 16.00 WIB.

Amang Soder berasal
dari Tasikmalaya, Jawa Barat. S
ejak 1997 lalu, ia mengadu
nasib
ke Kota Palangka Raya. Saat pertama kali datang ke Kota
Cantik ini
, ia berprofesi sebagai tukang kredit barang.
Kemudian ia menjalani pekerjaan sebagai seorang buruh bangunan
dan perawat taman.

Baca Juga :  PSKH, Pelayanan Pajak Tetap Normal

Akibat krisis moneter
pada 1998
,
ia
memutuskan untuk tidak melanjutkan usahanya,
karena kebutuhan hidup
saat itu serbamahal. Berbekal
kemampuan
yang dimilikinya, ia memberanikan
diri
untuk membuka usaha sebagai tukang
patri panci. Berkat usah
a keras dan kegigihannya,
ia mampu menghidupi keempat anak serta istrinya
sebelum
akhirnya
berpisah.

Amang
Soder bisa
dikatakan
menjadi satu-satunya tukang patri panci
yang
masih eksis hingga
saat
ini di
kawasan Pasar Kahayan.

“Saya dulu sewaktu kecil sering melihat
tetangga di
sebelah rumah yang juga seorang tukang patri panci. Dengan
berjalannya waktu
, saya mampu belajar
cara cara
menjadi tukang patri panci,” ucapnya sembari memperbaiki
kompor saat itu.

Menjadi
keberuntungan baginya
,
orang tua dari wanita yang dinikahinya ternyata juga merupakan tukang patri
panci.
Ia pun semakin memperdalam ilmu
pengetahuannya di
bidang patri panci.

“Saya juga belajar dari mertua
yang
merupakan seorang patri panci. Belajar
selama enam bulan hingga akhirnya bisa sampai sekarang,”
kisahnya.

Amang Soder mengakui bahwa pendapatan dari pekerjaan
sebagai tukang patri panci tidaklah menentu.
Apalagi
s
eiring berkembangnya
zaman, kompor gas lebih diminati masyarakat ketimbang kompor minyak.

Baca Juga :  Ingin Bangun Kalteng, Ben-Ujang Yakin Menang dengan Dukungan Relawan B

“Alhamdulillah dalam sehari ada saja
penghasilan
, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp30 ribu. Kalau rezeki sedang
bagus
, sehari bisa mendapat Rp400 ribu. Itu pun jika
ada yang memesan barang seperti dandang bakso,” tuturnya.

Selama perbincangan kami,
selalu saja ada warga yang datang meminta memperbaiki
barang dapur.

“Ya seperti ini, kalau sedang ramai,
banyak orang yang datang untuk memperbaiki per
alatan dapur,” ucapnya sembari tersenyum.

Menyadari penghasilan yang tak menentu,
Ujang harus
bisa mengatur secara bijak biaya pengeluarannya.
“Uangnya ya dicukup-cukupin, bahkan kalau lagi tidak ada uang sama sekali, terpaksa
saya harus pinjam dari tetangga,” tambahnya.

Meski dengan penghasilan
yang tak seberapa besar
itu, tak disangka Amang Soder ternyata mampu menyekolahkan anaknya
hingga
ke jenjang kuliah. “Alhamdulillah dari pekerjaan ini saya
mampu sekolahkan anak saya yang kedua.
Saat
ini dia

sudah kuliah semester 8,” bebernya.

Pria yang tumbuh besar di Kecamatan Cibinong,
Kabupaten Bogor ini mengaku, mungkin dirinya
adalah satu-satunya
generasi tukang patri panci yang tersisa. “
Saya
tanya

anak saya, dia bilang
malas jadi tukang patri
panci. Jadi
, mungkin sayalah generasi
terakhir,” tukasnya.
(*piq//ce/ala)

PALANGKA RAYA- Perkembangan zaman kadang tak disadari banyak
mematikan usaha tradisional. Jika tidak berdamai dengan perubahan, maka
siap-siap akan ditinggalkan. Pekerjaan tukang patri, jadi satu dari sekian
banyak bisnis tradisional yang jarang ditemui. Hanya sebagian orang yang mampu
bertahan menggelutinya hingga kini.

Tuktuk…tuk…suara
palu itu terdengar seirama dari sebuah kios patri panci yang berada di

kompleks
Pasar Kahayan,
Jalan Tjilik Riwut Km
1, Kota Palangka Raya,
Jumat (25/10). Suara palu itu berasal dari seorang
tukang
patri
panci yang sedang memukul alumunium
. Dengan beralaskan
kayu
dan menggunakan palu, sang tukang sibuk memperbaiki
peralatan dapur.

Kini suara tersebut kian
langka terdengar, bahkan nyaris punah.
Perkembangan teknologi
yang semakin canggih
dan modern,
menjadi salah satu penyebab berkurangnya peminat patri panci.

Namun,
perubahan zaman
itu ternyata tidak menyurutkan semangat Ujang alias Udin Nuriadin.

Pria
55 tahun ini cukup terkenal sebagai tukang patri panci di kompleks Pasar
Kahayan. Sudah dua dekade lebih, tepatnya 22 tahun, ia menggeluti pekerjaan
ini. Akrab disapa Amang Soder oleh konsumennya.   

Di sebuah kios sederhana yang disewanya, ia
mengais rezeki melalui profesinya sebagai tukang patri panci di kompleks Pasar Kahayan.
Kios tersebut
dibuka pukul 08.00 hingga pukul 16.00 WIB.

Amang Soder berasal
dari Tasikmalaya, Jawa Barat. S
ejak 1997 lalu, ia mengadu
nasib
ke Kota Palangka Raya. Saat pertama kali datang ke Kota
Cantik ini
, ia berprofesi sebagai tukang kredit barang.
Kemudian ia menjalani pekerjaan sebagai seorang buruh bangunan
dan perawat taman.

Baca Juga :  PSKH, Pelayanan Pajak Tetap Normal

Akibat krisis moneter
pada 1998
,
ia
memutuskan untuk tidak melanjutkan usahanya,
karena kebutuhan hidup
saat itu serbamahal. Berbekal
kemampuan
yang dimilikinya, ia memberanikan
diri
untuk membuka usaha sebagai tukang
patri panci. Berkat usah
a keras dan kegigihannya,
ia mampu menghidupi keempat anak serta istrinya
sebelum
akhirnya
berpisah.

Amang
Soder bisa
dikatakan
menjadi satu-satunya tukang patri panci
yang
masih eksis hingga
saat
ini di
kawasan Pasar Kahayan.

“Saya dulu sewaktu kecil sering melihat
tetangga di
sebelah rumah yang juga seorang tukang patri panci. Dengan
berjalannya waktu
, saya mampu belajar
cara cara
menjadi tukang patri panci,” ucapnya sembari memperbaiki
kompor saat itu.

Menjadi
keberuntungan baginya
,
orang tua dari wanita yang dinikahinya ternyata juga merupakan tukang patri
panci.
Ia pun semakin memperdalam ilmu
pengetahuannya di
bidang patri panci.

“Saya juga belajar dari mertua
yang
merupakan seorang patri panci. Belajar
selama enam bulan hingga akhirnya bisa sampai sekarang,”
kisahnya.

Amang Soder mengakui bahwa pendapatan dari pekerjaan
sebagai tukang patri panci tidaklah menentu.
Apalagi
s
eiring berkembangnya
zaman, kompor gas lebih diminati masyarakat ketimbang kompor minyak.

Baca Juga :  Ingin Bangun Kalteng, Ben-Ujang Yakin Menang dengan Dukungan Relawan B

“Alhamdulillah dalam sehari ada saja
penghasilan
, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp30 ribu. Kalau rezeki sedang
bagus
, sehari bisa mendapat Rp400 ribu. Itu pun jika
ada yang memesan barang seperti dandang bakso,” tuturnya.

Selama perbincangan kami,
selalu saja ada warga yang datang meminta memperbaiki
barang dapur.

“Ya seperti ini, kalau sedang ramai,
banyak orang yang datang untuk memperbaiki per
alatan dapur,” ucapnya sembari tersenyum.

Menyadari penghasilan yang tak menentu,
Ujang harus
bisa mengatur secara bijak biaya pengeluarannya.
“Uangnya ya dicukup-cukupin, bahkan kalau lagi tidak ada uang sama sekali, terpaksa
saya harus pinjam dari tetangga,” tambahnya.

Meski dengan penghasilan
yang tak seberapa besar
itu, tak disangka Amang Soder ternyata mampu menyekolahkan anaknya
hingga
ke jenjang kuliah. “Alhamdulillah dari pekerjaan ini saya
mampu sekolahkan anak saya yang kedua.
Saat
ini dia

sudah kuliah semester 8,” bebernya.

Pria yang tumbuh besar di Kecamatan Cibinong,
Kabupaten Bogor ini mengaku, mungkin dirinya
adalah satu-satunya
generasi tukang patri panci yang tersisa. “
Saya
tanya

anak saya, dia bilang
malas jadi tukang patri
panci. Jadi
, mungkin sayalah generasi
terakhir,” tukasnya.
(*piq//ce/ala)

Terpopuler

Artikel Terbaru