25.4 C
Jakarta
Saturday, April 12, 2025

Kejar Atas

Virus Wuhan-nya terus berkembang
tapi menuliskannya perlu istirahat sehari. Anggap saja DI’s Way hari ini
selingan: topiknya hanya soal sepeda motor.

Tapi sepeda motor tetap penting.
Pun di Taiwan. Baru kali ini saya merasakannya. Naik motor di Taipei selama dua
hari.

Begitu fleksibel berurusan di ibu
kota Taiwan itu dengan mengendarai sepeda motor.

Lebih cepat. Cari parkirnya lebih
mudah. Banyak lokasi parkir untuk sepeda motor di pinggir jalan. Pun di pusat
kotanya.

Jumlah sepeda motor di Taiwan
sangat banyak. Serasa di Vietnam atau di Indonesia.

Asyik juga naik sepeda motor di
Taipei. Yakni saat harus mendatangi lokasi-lokasi kampanye pilpres di sana.
Juga saat mendatangi TPS-TPS di hari pemungutan suara.

Tentu saya tidak mengendarainya.
Saya dibonceng teman lama. Yang dulu sering ke Indonesia. Dan sering pula
tinggal di rumah saya.

Di Taiwan ada dua jenis SIM untuk
mengendarai sepeda motor. SIM untuk 50 cc ke bawah dan SIM untuk di atas 50 cc.

Keluarga teman saya ini punya dua
mobil: sedan Volvo dan Innova. Bapaknya sangat fanatik Volvo. Gara-gara
keselamatannya terjaga saat Volvo-nya tabrakan.

Ketika beli mobil baru –setelah
tabrakan itu– ia beli Volvo lagi. Sebelum perusahaan mobil Swedia itu dibeli
oleh perusahaan mobil Tiongkok, Geely.

Meski punya dua mobil untuk
sehari-hari teman saya itu pilih pakai sepeda motor. Istrinya pun pilih pakai
motor. Demikian juga anaknya yang masih SMA.

Baca Juga :  Penanganan Karhutla Berstatuas Siaga

Saya lihat memang ada tiga sepeda
motor di rumah itu. Mobil baru dipakai kalau pergi sekeluarga.

Saya tidak memberitahunya ketika
akan ke Taiwan. Khawatir tiba-tiba batal. Atau pindah tujuan.

Saya baru menghubunginya ketika
sudah tiba di hotel. Bahkan setelah pulang dari makan malam.

Ia kaget saya ada di Taipei.
Apalagi ketika saya beritahu bahwa saya baru saja melihat kampanye pilpres.

“Maukah melihat kampanye
yang lain lagi?” tanyanya.

“Mau. Tapi saya sudah di
hotel,” kata saya.

“Sekarang saya jemput,”
katanya.

Tapi, katanya, sekarang sudah
pukul 9 malam. Kampanye harus berakhir pukul 10 malam.

Waktunya sudah begitu mepet.

“Kalau begitu bolehkah saya
jemput pakai sepeda motor?“ katanya. “Dengan sepeda motor 10 menit lagi
saya bisa sampai di hotel,” tambahnya.

“Mau. Tidak apa-apa,”
jawab saya.

Saya pun siap-siap di lobi.
Rasanya hanya saya tamu hotel bintang 5 ini yang dijemput dengan sepeda motor.

Saya bersyukur ia punya pikiran
menjemput saya dengan sepeda motor. Bisa parkir di dekat lokasi kampanye.

Kalau naik mobil bisa-bisa waktu
habis untuk cari tempat parkir.

Di Taiwan pengguna sepeda motor
banyak sekali. Jumlah sepeda motor di Taiwan 13.000 juta. Untuk penduduk 23
juta.

Baru sekarang itu saya
perhatikan: sepeda motor diistimewakan di Taipei.

Di setiap simpang empat ada kotak
garis putih di atas aspal. Kalau lampu lagi merah mobil tidak boleh berhenti di
kotak itu.

Baca Juga :  Sebelum Demo, Sejumlah Mahasiswa Jalani Rapid Test

Itulah kotak untuk sepeda motor.
Saat lampu lalu-lintas lagi merah semua sepeda motor berhenti di kotak itu. Di
depan mobil.

Kotak itu cukup besar. Bisa dua
baris sepeda motor. Tiap baris bisa 7 buah.

Begitu lampu menjadi hijau sepeda
motor yang duluan melesat.

Mayoritas sepeda motor di sana
adalah Kymco. Bentuknya seperti motor bebek. “Kymco itu sebenarnya
Honda,” ujar teman saya itu.

Bagaimana Honda bisa menjadi
Kymco ada ceritanya. Waktu itu Honda ingin masuk ke Taiwan. Tapi pemerintah
Taiwan tidak mau Honda masuk begitu saja.

Harus ada alih teknologi. Harus
pula berpartner dengan pengusaha Taiwan.

Maka jadilah Kymco –sepeda motor
Taiwan dengan teknologi Honda.

Kini Kymco juga masuk ke pasar
sepeda motor listrik. Jenis motor listrik ini mulai laku di Taiwan.

Tahun lalu penjualannya sudah
nomor dua setelah Kymco bensin.

Malam itu pun saya ber-Kymco ria.
Dari satu lokasi kampanye ke lokasi lainnya. Selalu bisa parkir di lokasi dekat
kampanye.

Keesokan harinya saya minta
dijemput dengan sepeda motor lagi. Yakni di hari pemungutan suara. Bisa
keliling TPS dengan mudah. Toh udaranya sejuk: 19 derajat celsius. Juga tidak
ada debu. Dengan udara seperti itu naik sepeda motor pun asyik-asyik saja.

Saya ingin tetap membela sepeda
motor –jangan sampai dikalah-kalahkan oleh peraturan yang mengistimewaan
mobil.

Sepeda motor adalah senjata
lapisan bawah untuk mengejar lapisan atas.(Dahlan Iskan) 

 

Virus Wuhan-nya terus berkembang
tapi menuliskannya perlu istirahat sehari. Anggap saja DI’s Way hari ini
selingan: topiknya hanya soal sepeda motor.

Tapi sepeda motor tetap penting.
Pun di Taiwan. Baru kali ini saya merasakannya. Naik motor di Taipei selama dua
hari.

Begitu fleksibel berurusan di ibu
kota Taiwan itu dengan mengendarai sepeda motor.

Lebih cepat. Cari parkirnya lebih
mudah. Banyak lokasi parkir untuk sepeda motor di pinggir jalan. Pun di pusat
kotanya.

Jumlah sepeda motor di Taiwan
sangat banyak. Serasa di Vietnam atau di Indonesia.

Asyik juga naik sepeda motor di
Taipei. Yakni saat harus mendatangi lokasi-lokasi kampanye pilpres di sana.
Juga saat mendatangi TPS-TPS di hari pemungutan suara.

Tentu saya tidak mengendarainya.
Saya dibonceng teman lama. Yang dulu sering ke Indonesia. Dan sering pula
tinggal di rumah saya.

Di Taiwan ada dua jenis SIM untuk
mengendarai sepeda motor. SIM untuk 50 cc ke bawah dan SIM untuk di atas 50 cc.

Keluarga teman saya ini punya dua
mobil: sedan Volvo dan Innova. Bapaknya sangat fanatik Volvo. Gara-gara
keselamatannya terjaga saat Volvo-nya tabrakan.

Ketika beli mobil baru –setelah
tabrakan itu– ia beli Volvo lagi. Sebelum perusahaan mobil Swedia itu dibeli
oleh perusahaan mobil Tiongkok, Geely.

Meski punya dua mobil untuk
sehari-hari teman saya itu pilih pakai sepeda motor. Istrinya pun pilih pakai
motor. Demikian juga anaknya yang masih SMA.

Baca Juga :  Penanganan Karhutla Berstatuas Siaga

Saya lihat memang ada tiga sepeda
motor di rumah itu. Mobil baru dipakai kalau pergi sekeluarga.

Saya tidak memberitahunya ketika
akan ke Taiwan. Khawatir tiba-tiba batal. Atau pindah tujuan.

Saya baru menghubunginya ketika
sudah tiba di hotel. Bahkan setelah pulang dari makan malam.

Ia kaget saya ada di Taipei.
Apalagi ketika saya beritahu bahwa saya baru saja melihat kampanye pilpres.

“Maukah melihat kampanye
yang lain lagi?” tanyanya.

“Mau. Tapi saya sudah di
hotel,” kata saya.

“Sekarang saya jemput,”
katanya.

Tapi, katanya, sekarang sudah
pukul 9 malam. Kampanye harus berakhir pukul 10 malam.

Waktunya sudah begitu mepet.

“Kalau begitu bolehkah saya
jemput pakai sepeda motor?“ katanya. “Dengan sepeda motor 10 menit lagi
saya bisa sampai di hotel,” tambahnya.

“Mau. Tidak apa-apa,”
jawab saya.

Saya pun siap-siap di lobi.
Rasanya hanya saya tamu hotel bintang 5 ini yang dijemput dengan sepeda motor.

Saya bersyukur ia punya pikiran
menjemput saya dengan sepeda motor. Bisa parkir di dekat lokasi kampanye.

Kalau naik mobil bisa-bisa waktu
habis untuk cari tempat parkir.

Di Taiwan pengguna sepeda motor
banyak sekali. Jumlah sepeda motor di Taiwan 13.000 juta. Untuk penduduk 23
juta.

Baru sekarang itu saya
perhatikan: sepeda motor diistimewakan di Taipei.

Di setiap simpang empat ada kotak
garis putih di atas aspal. Kalau lampu lagi merah mobil tidak boleh berhenti di
kotak itu.

Baca Juga :  Sebelum Demo, Sejumlah Mahasiswa Jalani Rapid Test

Itulah kotak untuk sepeda motor.
Saat lampu lalu-lintas lagi merah semua sepeda motor berhenti di kotak itu. Di
depan mobil.

Kotak itu cukup besar. Bisa dua
baris sepeda motor. Tiap baris bisa 7 buah.

Begitu lampu menjadi hijau sepeda
motor yang duluan melesat.

Mayoritas sepeda motor di sana
adalah Kymco. Bentuknya seperti motor bebek. “Kymco itu sebenarnya
Honda,” ujar teman saya itu.

Bagaimana Honda bisa menjadi
Kymco ada ceritanya. Waktu itu Honda ingin masuk ke Taiwan. Tapi pemerintah
Taiwan tidak mau Honda masuk begitu saja.

Harus ada alih teknologi. Harus
pula berpartner dengan pengusaha Taiwan.

Maka jadilah Kymco –sepeda motor
Taiwan dengan teknologi Honda.

Kini Kymco juga masuk ke pasar
sepeda motor listrik. Jenis motor listrik ini mulai laku di Taiwan.

Tahun lalu penjualannya sudah
nomor dua setelah Kymco bensin.

Malam itu pun saya ber-Kymco ria.
Dari satu lokasi kampanye ke lokasi lainnya. Selalu bisa parkir di lokasi dekat
kampanye.

Keesokan harinya saya minta
dijemput dengan sepeda motor lagi. Yakni di hari pemungutan suara. Bisa
keliling TPS dengan mudah. Toh udaranya sejuk: 19 derajat celsius. Juga tidak
ada debu. Dengan udara seperti itu naik sepeda motor pun asyik-asyik saja.

Saya ingin tetap membela sepeda
motor –jangan sampai dikalah-kalahkan oleh peraturan yang mengistimewaan
mobil.

Sepeda motor adalah senjata
lapisan bawah untuk mengejar lapisan atas.(Dahlan Iskan) 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru