25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

BRG Dorong Produk UMKM Masuk Marketplace

PALANGKA RAYA – Badan Restorasi Gambut (BRG)
mendorong produk-produk UMKM dari Desa Peduli Gambut (DPG) masuk marketplace
agar bisa dijual secara online. Langkah ini diawali dengan menggandeng PT
Bukalapak untuk menggelar Pelatihan Online Pengembangan Pemasaran Produk.

Pelatihan online diselenggarakan oleh
Kedeputian Edukasi Sosialisasi Partisipasi dan Kemitraan BRG bekerjasama dengan
PT Bukalapak. Pelatihan ini adalah salah satu tindak lanjut dari nota
kesepahaman yang sudah ditandatangani oleh BRG dalam hal ini Kedeputian
Tiga  dengan PT Bukalapak pada akhir
tahun yang lalu.

Pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari,
22 dan 24 Juli 2020 ini diikuti oleh UMKM dari lima provinsi. Meliputi
perwakilan dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sumatera Selatan dan Riau. Setiap UMKM diwakili oleh lima orang dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Diantaranya UMKM itu telah memiliki produk makanan atau
kerajinan yang sudah siap dipasarkan.

 â€œKita
memang sama-sama punya kepentingan agar produk produk UMKM dari desa peduli
gambut dan desa-desa lain yang ada di dalam wilayah target restorasi gambut
agar  dapat dibantu pengembangan
pemasaran secara online.  Upaya itu dilakukan
melalui pemasaran pada marketplace yang ada termasuk marketplace yang
dikembangkan yang dikelola oleh PT Bukalapak,” ujar Deputi III BRG, Myrna A
Safitri secara virtual.


Ny Titing (58) penggerakan UMKM Jawet Keladan
pengrajin rotan dari Desa Pulau Keladan, Mantangai Kabupaten Kapuas. (FOTO :
IST FOR KPC)

BRG merasa sangat senang akhirnya di tengah
keterbatasan menyelenggarakan kegiatan akibat pandemi covid 19 ini, masih bisa
bertemu secara virtual melalui pelatihan online. Pelatihan yang diisi oleh
Pelapak Jawara (ranger) PT Bukalapak memberikan sejumlah modul agar UMKM dari
DPG bisa berjualan secara online.

BRG sangat menyadari bahwa kegiatan restorasi
gambut itu itu harus berjalan juga seiring dengan kegiatan ekonomi kerakyatan
yang ada di desa-desa gambut.  Karena itu
pengembangan kegiatan kegiatan ekonomi yang digawangi oleh UMKM itu juga
menjadi salah satu perhatian BRG.

Myrna menyampaikan para peserta pelatihan sudah
mengalami sendiri dan juga sudah terlibat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan
ekonomi yang dilakukan oleh BRG. Mulai dari kegiatan revitalisasi ekonomi
kepada kelompok-kelompok masyarakat pokmas.

Kegiatan kegiatan peningkatan kapasitas untuk
pengelolaan kelembagaan kepada pokmas ataupun kepada badan usaha milik desa dan
pemberdayaan pemberdayaan ekonomi yang lain. Termasuk juga di dalam ini adalah
ekonomi kreatif yang dikerjakan oleh anak-anak muda yang ada di desa-desa
gambut.

“Itu semua menjadi bukti bahwa BRG serius untuk
mendampingi UMKM, untuk mendampingi Bumdes dalam upaya memberikan nilai tambah
pada produk-produk ekonomi yang berasal dari ekosistem gambut,” kata Myrna.

Baca Juga :  Wah! Asap Semakin Tebal Penderita ISPA Meningkat

Tentu saja, kata Myrna semua kegiatan-kegiatan
pemberdayaan ekonomi seperti ini juga harus ditempatkan dalam kerangka untuk
perlindungan ekosistem gambut. Artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pokmas- pokmas, kelompok usaha bersama (Kube) koperasi dan juga Bumdes ini
memang diharapkan adalah kegiatan ekonomi yang dapat memanfaatkan berbagai
macam sumber daya yang ada di lahan gambut tetapi dengan cara yang tidak
merusak.

“Selama beberapa tahun terakhir ini paling
tidak tiga setengah tahun terakhir saya kira kita sudah bersama-sama
membuktikan bahwa hal itu mampu kita lakukan. Misalnya kegiatan pertanian tanpa
bakar, kegiatan pertanian alami, kegiatan-kegiatan revitalisasi ekonomi
lainnya. Kegiatan pengembangan ekonomi kreatif melalui pengembangan kerajinan
produk-produk fashion dan lain-lain adalah bukti untuk hal ini,” ujarnya.

Namun demikian, kata Myrna ekonomi tidak akan
bisa berjalan tanpa pasar yang baik. Ia masih ingat ketika berkunjung ke
desa-desa bertemu dengan sebagian dari peserta selalu pertanyaan yang muncul
itu adalah apakah tersedia pasar bagi produk-produk yang dihasilkan oleh warga
masyarakat di desa-desa peduli gambut.

Menjawab pertanyaan itu,  salah satu upaya untuk menghadirkan pasar itu
adalah melalui marketplace atau toko-toko online seperti yang dikelola oleh PT
Bukalapak. Tetapi untuk menuju ke situ tentu diperlukan beberapa upaya-upaya.

Diantara upaya itu, peserta pelatihan ini harus
bisa mengemas produk-produk yang ada itu secara menarik.  Harus tahu dan mengetahui teknik untuk
membuat foto produk agar menarik bagi calon calon pembeli di pasar pasar online.  Kemudian juga bagaimana meningkatkan
kemampuan untuk bisa memahami bagaimana sebenarnya terlibat di dalam
perdagangan online seperti yang ada sekarang ini. Ilmu-ilmu ini yang diberikan
saat pelatihan ini.

“Beberapa mungkin sudah mulai mencoba. Saya
melihat ada beberapa produk produk sudah dipasarkan di beberapa
marketplace.  Itu adalah sebuah awal yang
bagus tapi saya kira masih banyak yang lain yang masih belum terbiasa belum
familiar dengan hal-hal seperti itu,” kata Myrna.

Karena itu pelatihan ini akan memberikan
kesempatan peserta yang mewakili dari desa Peduli Gambut untuk meningkatkan
keterampilan mengenai hal-hal yang dibutuhkan untuk bisa masuk ke dalam
perdagangan online. ,

Pelatihan ini 
hanya awal bagi para peserta. Tidak akan memberikan jaminan, kalau tidak
ada kemauan dari peserta setelah pelatihan ini berani mencoba.  Jadi kata kunci yang penting bagi adalah
berani mencoba karena hanya dengan mencoba bisa tahu apakah yang dilakukan ini
sudah tepat atau masih harus diperbaiki.

Baca Juga :  Dari 94, Hanya 43 Pedagang Pasar Tangkiling Bersedia Ikuti Rapid Test

“Sepanjang kita tidak berani mencoba, sepanjang
kita hanya berani mengikut pelatihan-pelatihan tanpa mau menindaklanjuti dengan
upaya-upaya yang langsung berkaitan dengan materi pelatihan maka ini semua
tidak akan ada manfaat apapun baik bagi ibu bapak maupun bagi kami di BRG,”
tegas Myrna.

Karena itu, Myrna sekali lagi berpesan kepada
peserta agar pelatihan ini betul-betul diikuti dengan baik meskipun berjarak
secara tempat. Mari  maksimalkan
teknologi yang ada agar betul-betul bisa mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk bisa masuk ke dalam pasar online ini.

Pesan berikutnya, setelah pelatihan jangan ragu
jangan malu untuk mencoba. Setelah itu lihat hasilnya.  Pasti akan banyak pembelajaran yang penting.

“Sekali lagi saya pesankan kepada ibu bapak dan
saudara-saudara sekalian mari kita bersama-sama memperbaiki kehidupan ekonomi
kita. BRG hadir untuk rakyat untuk membantu sebisa yang kami bisa lakukan agar
kegiatan ekonomi kerakyatan di desa-desa gambut bisa menjadi pulih bisa menjadi
kuat,” pungkas Myrna.

LANGSUNG TAKE ACTION

Fransiska (33) salah satu peserta pelatihan
online dari Desa Pulau Keladan, Kecamatan Mantangai , Kabupaten Kapuas mengaku
sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan Online Pemasaran Produk  ini. “Hari ini saya akan langsung daftar,”
ujarnya.

Ia langsung take action atau mengambil langkah
untuk masuk marketplace di Buka Lapak. Bukan tanpa alasan keputusan cepat
diambilnya. Karena semenjak wabah Covid, pemasaran kerajinan rotan UMKM Jawet
Keladan dari Desa Pulau Keladan yang dikoordinir Ibunya Titing (58) terhenti.

“Untuk jaman sekarang sangat berat efek covid
ini pengiriman barang ke Bali macet total untuk sementara. Karena toko di sana
sepi juga pengunjungnya dan orang luar belum banyak yang masuk,” kata Fransiska
yang kebagian untuk memasarkan produk kerajinan rotan.

Hasil kerajinan rotan berupa tas map, tas
wanita dan berbagai model tas lainnya, 
selain di titip ke toko-toko di Kota Kuala Kapuas, sebagian besar di
kirim ke Bali. Di sana, ada keluarganya yang memiki toko. Satu bulan tas yang
dikirim ke Bali antara 200 sampai 300 buah.

Pemasaran online melalui market place ini
seperti menjadi titik terang untuk kembali memasarkan produk-produk kerajinan
rotan dari kelompok ibu-ibu di Pulau Desa Pulau Keladan. Di desa yang masuk
dalam bagian wilayah restorasi gambut ini, perempuannya hampir 50 persen
membuat kerajinan dari rotan.

Selama dua jam setengah
Fransiska mengikuti pelatihan online oleh Buka Lapak. Ia kembali mengaku
optimis untuk memasarkan produk kerajinan dari kampungnya ini. Ia bisa
mendapatkan pengetahuan bagaimana masuk marketplace dan cara memasarkan.

PALANGKA RAYA – Badan Restorasi Gambut (BRG)
mendorong produk-produk UMKM dari Desa Peduli Gambut (DPG) masuk marketplace
agar bisa dijual secara online. Langkah ini diawali dengan menggandeng PT
Bukalapak untuk menggelar Pelatihan Online Pengembangan Pemasaran Produk.

Pelatihan online diselenggarakan oleh
Kedeputian Edukasi Sosialisasi Partisipasi dan Kemitraan BRG bekerjasama dengan
PT Bukalapak. Pelatihan ini adalah salah satu tindak lanjut dari nota
kesepahaman yang sudah ditandatangani oleh BRG dalam hal ini Kedeputian
Tiga  dengan PT Bukalapak pada akhir
tahun yang lalu.

Pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari,
22 dan 24 Juli 2020 ini diikuti oleh UMKM dari lima provinsi. Meliputi
perwakilan dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sumatera Selatan dan Riau. Setiap UMKM diwakili oleh lima orang dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Diantaranya UMKM itu telah memiliki produk makanan atau
kerajinan yang sudah siap dipasarkan.

 â€œKita
memang sama-sama punya kepentingan agar produk produk UMKM dari desa peduli
gambut dan desa-desa lain yang ada di dalam wilayah target restorasi gambut
agar  dapat dibantu pengembangan
pemasaran secara online.  Upaya itu dilakukan
melalui pemasaran pada marketplace yang ada termasuk marketplace yang
dikembangkan yang dikelola oleh PT Bukalapak,” ujar Deputi III BRG, Myrna A
Safitri secara virtual.


Ny Titing (58) penggerakan UMKM Jawet Keladan
pengrajin rotan dari Desa Pulau Keladan, Mantangai Kabupaten Kapuas. (FOTO :
IST FOR KPC)

BRG merasa sangat senang akhirnya di tengah
keterbatasan menyelenggarakan kegiatan akibat pandemi covid 19 ini, masih bisa
bertemu secara virtual melalui pelatihan online. Pelatihan yang diisi oleh
Pelapak Jawara (ranger) PT Bukalapak memberikan sejumlah modul agar UMKM dari
DPG bisa berjualan secara online.

BRG sangat menyadari bahwa kegiatan restorasi
gambut itu itu harus berjalan juga seiring dengan kegiatan ekonomi kerakyatan
yang ada di desa-desa gambut.  Karena itu
pengembangan kegiatan kegiatan ekonomi yang digawangi oleh UMKM itu juga
menjadi salah satu perhatian BRG.

Myrna menyampaikan para peserta pelatihan sudah
mengalami sendiri dan juga sudah terlibat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan
ekonomi yang dilakukan oleh BRG. Mulai dari kegiatan revitalisasi ekonomi
kepada kelompok-kelompok masyarakat pokmas.

Kegiatan kegiatan peningkatan kapasitas untuk
pengelolaan kelembagaan kepada pokmas ataupun kepada badan usaha milik desa dan
pemberdayaan pemberdayaan ekonomi yang lain. Termasuk juga di dalam ini adalah
ekonomi kreatif yang dikerjakan oleh anak-anak muda yang ada di desa-desa
gambut.

“Itu semua menjadi bukti bahwa BRG serius untuk
mendampingi UMKM, untuk mendampingi Bumdes dalam upaya memberikan nilai tambah
pada produk-produk ekonomi yang berasal dari ekosistem gambut,” kata Myrna.

Baca Juga :  Wah! Asap Semakin Tebal Penderita ISPA Meningkat

Tentu saja, kata Myrna semua kegiatan-kegiatan
pemberdayaan ekonomi seperti ini juga harus ditempatkan dalam kerangka untuk
perlindungan ekosistem gambut. Artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pokmas- pokmas, kelompok usaha bersama (Kube) koperasi dan juga Bumdes ini
memang diharapkan adalah kegiatan ekonomi yang dapat memanfaatkan berbagai
macam sumber daya yang ada di lahan gambut tetapi dengan cara yang tidak
merusak.

“Selama beberapa tahun terakhir ini paling
tidak tiga setengah tahun terakhir saya kira kita sudah bersama-sama
membuktikan bahwa hal itu mampu kita lakukan. Misalnya kegiatan pertanian tanpa
bakar, kegiatan pertanian alami, kegiatan-kegiatan revitalisasi ekonomi
lainnya. Kegiatan pengembangan ekonomi kreatif melalui pengembangan kerajinan
produk-produk fashion dan lain-lain adalah bukti untuk hal ini,” ujarnya.

Namun demikian, kata Myrna ekonomi tidak akan
bisa berjalan tanpa pasar yang baik. Ia masih ingat ketika berkunjung ke
desa-desa bertemu dengan sebagian dari peserta selalu pertanyaan yang muncul
itu adalah apakah tersedia pasar bagi produk-produk yang dihasilkan oleh warga
masyarakat di desa-desa peduli gambut.

Menjawab pertanyaan itu,  salah satu upaya untuk menghadirkan pasar itu
adalah melalui marketplace atau toko-toko online seperti yang dikelola oleh PT
Bukalapak. Tetapi untuk menuju ke situ tentu diperlukan beberapa upaya-upaya.

Diantara upaya itu, peserta pelatihan ini harus
bisa mengemas produk-produk yang ada itu secara menarik.  Harus tahu dan mengetahui teknik untuk
membuat foto produk agar menarik bagi calon calon pembeli di pasar pasar online.  Kemudian juga bagaimana meningkatkan
kemampuan untuk bisa memahami bagaimana sebenarnya terlibat di dalam
perdagangan online seperti yang ada sekarang ini. Ilmu-ilmu ini yang diberikan
saat pelatihan ini.

“Beberapa mungkin sudah mulai mencoba. Saya
melihat ada beberapa produk produk sudah dipasarkan di beberapa
marketplace.  Itu adalah sebuah awal yang
bagus tapi saya kira masih banyak yang lain yang masih belum terbiasa belum
familiar dengan hal-hal seperti itu,” kata Myrna.

Karena itu pelatihan ini akan memberikan
kesempatan peserta yang mewakili dari desa Peduli Gambut untuk meningkatkan
keterampilan mengenai hal-hal yang dibutuhkan untuk bisa masuk ke dalam
perdagangan online. ,

Pelatihan ini 
hanya awal bagi para peserta. Tidak akan memberikan jaminan, kalau tidak
ada kemauan dari peserta setelah pelatihan ini berani mencoba.  Jadi kata kunci yang penting bagi adalah
berani mencoba karena hanya dengan mencoba bisa tahu apakah yang dilakukan ini
sudah tepat atau masih harus diperbaiki.

Baca Juga :  Dari 94, Hanya 43 Pedagang Pasar Tangkiling Bersedia Ikuti Rapid Test

“Sepanjang kita tidak berani mencoba, sepanjang
kita hanya berani mengikut pelatihan-pelatihan tanpa mau menindaklanjuti dengan
upaya-upaya yang langsung berkaitan dengan materi pelatihan maka ini semua
tidak akan ada manfaat apapun baik bagi ibu bapak maupun bagi kami di BRG,”
tegas Myrna.

Karena itu, Myrna sekali lagi berpesan kepada
peserta agar pelatihan ini betul-betul diikuti dengan baik meskipun berjarak
secara tempat. Mari  maksimalkan
teknologi yang ada agar betul-betul bisa mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk bisa masuk ke dalam pasar online ini.

Pesan berikutnya, setelah pelatihan jangan ragu
jangan malu untuk mencoba. Setelah itu lihat hasilnya.  Pasti akan banyak pembelajaran yang penting.

“Sekali lagi saya pesankan kepada ibu bapak dan
saudara-saudara sekalian mari kita bersama-sama memperbaiki kehidupan ekonomi
kita. BRG hadir untuk rakyat untuk membantu sebisa yang kami bisa lakukan agar
kegiatan ekonomi kerakyatan di desa-desa gambut bisa menjadi pulih bisa menjadi
kuat,” pungkas Myrna.

LANGSUNG TAKE ACTION

Fransiska (33) salah satu peserta pelatihan
online dari Desa Pulau Keladan, Kecamatan Mantangai , Kabupaten Kapuas mengaku
sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan Online Pemasaran Produk  ini. “Hari ini saya akan langsung daftar,”
ujarnya.

Ia langsung take action atau mengambil langkah
untuk masuk marketplace di Buka Lapak. Bukan tanpa alasan keputusan cepat
diambilnya. Karena semenjak wabah Covid, pemasaran kerajinan rotan UMKM Jawet
Keladan dari Desa Pulau Keladan yang dikoordinir Ibunya Titing (58) terhenti.

“Untuk jaman sekarang sangat berat efek covid
ini pengiriman barang ke Bali macet total untuk sementara. Karena toko di sana
sepi juga pengunjungnya dan orang luar belum banyak yang masuk,” kata Fransiska
yang kebagian untuk memasarkan produk kerajinan rotan.

Hasil kerajinan rotan berupa tas map, tas
wanita dan berbagai model tas lainnya, 
selain di titip ke toko-toko di Kota Kuala Kapuas, sebagian besar di
kirim ke Bali. Di sana, ada keluarganya yang memiki toko. Satu bulan tas yang
dikirim ke Bali antara 200 sampai 300 buah.

Pemasaran online melalui market place ini
seperti menjadi titik terang untuk kembali memasarkan produk-produk kerajinan
rotan dari kelompok ibu-ibu di Pulau Desa Pulau Keladan. Di desa yang masuk
dalam bagian wilayah restorasi gambut ini, perempuannya hampir 50 persen
membuat kerajinan dari rotan.

Selama dua jam setengah
Fransiska mengikuti pelatihan online oleh Buka Lapak. Ia kembali mengaku
optimis untuk memasarkan produk kerajinan dari kampungnya ini. Ia bisa
mendapatkan pengetahuan bagaimana masuk marketplace dan cara memasarkan.

Terpopuler

Artikel Terbaru