PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Pengukuhan Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalteng sekaligus Peresmian Gedung Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalteng, Kamis (13/7) diwarnai dengan insiden pengusiran wartawan oleh protokoler BI. Insiden pengusiran wartawan tersebut tidak ditampik oleh Kepala Humas Perwakilan BI Kalteng Philip.
Dijelaskan Philip, meskipun acara tersebut terbuka untuk umum, namun secara protokoler pihaknya memiliki aturan. Sehingga tak semua pihak bisa masuk secara bebas pada acara tersebut.
“Biasanya memang kalau ada pengukuhan peresmian di seluruh kantor BI tidak dibuka untuk umum. Memang ada aturan keprotokoleran yang harus diikuti. Tidak semuanya bisa masuk. Hanya yang diundang. Biasanya yang diundang forkopimda atau rekanan serta stakeholder yang biasanya berhubungan sama BI. Karena momennya adalah mengenalkan Taufik Saleh sebagai Kepala Perwakilan BI,” ujarnya kepada awak media, Kamis (13/7) sore.
Dia mengungkapkan bahwa dalam kegiatan tersebut, tak mengundang wartawan. Hal tersebut berdasarkan informasi dari BI Pusat. Namun demikian, pihaknya tetap mengeluarkan rilis resmi untuk publik.
“Sehingga memang tidak menyebarkan undangan. Undangan yang beredar itu ternyata infonya dari pemprov, yang mana itu jadwalnya pemprov. Jadi miskomunikasinya itu di situ tidak tertulis bahwa itu terbatas, bukan tertutup. Terbatas di undangan saja,”ujarnya.
Dia menceritakan, pada saat dimulainya acara, terjadi tensi yang sedang tinggi. Dari banyaknya pejabat tinggi yang datang seperti Gubernur BI, Perry Warjiyo dan Wakil Gubernur Kalteng Edy Pratowo. Sehingga panitia yang terlibat dalam acara itu pun sedang dalam fokus dan tensi tinggi.
“Kalau mungkin dulu di Aula Jayang Tingang (AJT) pas jamannya Yura dan Rihando, sempat ada wartawan juga. Karena ruangannya besar dan mencukupi. Jadi kita tampung dan space khusus untuk wartawan,” bebernya.
“Memang untuk undangan kursi sudah dihitung sesuai dengan jumlah undangan. Jadi kursi itu sudah ada yang punya , yakni undangan itu,” ungkapnya.
Kekurangan Tempat Duduk
Lebih lanjut, dia menerangkan ketika tensi sedang tinggi, pada saat momen menyanyikan lagu Indonesia Raya, pejabat dinas yang menjadi tamu undangan pun datang dan tak mendapatkan tempat duduk.
“Kita diinfokan ada 3 atau 4 wartawan duduk dan posisinya lagi lagu Indonesia Raya. Kita koordinasi dengan protokol (BI) pusat, karena tidak bisa duduk tamu undangan. Otomatis kita mendahulukan (tamu undangan),” jelasnya.
Dirinya mengaku mempersilahkan wartawan yang duduk tersebut untuk menunggu di luar dengan dijanjikan akan diberikan dokumentasi dan press rilis dari pihaknya.
“Karena memang situasinya lagi fokus tinggi dan ada bahasa yang tidak nyaman disayangkan. Saya meminta maaf atas ketidaknyamanan dari rekan-rekan media ini. Setelah ditelusuri, jadi ada mispersepsi dan mistreatmen dari rekan – rekan media. Mohon dimaklumi dan mohon dimaafkan dengan apa yang terjadi, karena situasinya seperti itu,” tandasnya. (hfz/hnd)