PALANGKA
RAYA
– Pandemi corona virus tidak menjadi penghalang bagi anggota DPD RI Habib
Abdurrahman untuk mengajak masyarakat memahami dan mengamalkan 4 pilar
kebangsaan, yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Eka, UUD 1945, dan NKRI. Ajakan
untuk memahami dan mengamalkan 4 pilar kebangsaan harus diperkuat, karena saat
ini ada pihak yang ingin merusak 4 pilar kebangsaan tersebut.
“4 pilar kebangsaan ini harus terus kita
sampaikan kepada masyarakat, terutama generasi muda kita. Saat ini ancaman
nyata adalah adanya upaya merubah ideologi bangsa yang merupakan pilar pertama
Negara Indonesia,” ucap Anggota DPD RI Habib Abdurrahman Balgaist.
Dia mengatakan, saat pandemi corona saat ini
memang sosialisasi 4 pilar kebangsaan agak terhambat dan tidak dapat melibatkan
banyak orang. Namun, dia pastikan itu bukan halangan untuk terus mengajak
masyarakat memahami dan mengamalkan 4 pilar kebangsaan.
“Untuk pertemuan memang terbatas hanya
30 orang dan ini kita lakukan dengan pimpinan organisasi kepemudaan dan juga
pimpina ormas dan tokoh masyarakat. Kemudian juga dilakukan secara virtual.
Kita tidak ingin pandemi menjadi halangan untuk terus mengajak masyarakat
memahami dan mengamalkan 4 pilar kebangsaan,” ujarnya.
Menurutnya, pemahaman dan pengamalan 4 pilar
kebangsaan harus digalakan kepada generasi muda. Sebab, perkembangan zaman
semakin canggih dan banyak informasi yang beredar luas ditengah masyarakat. Dan
jika itu tidak difilter dengan baik akan merusak dan tentunya berpengaruh pada
kesatuan dan persatuan.
Salah satu tokoh masyarakat Said Salim
menyambut baik sosialisasi 4 pilar kebangsaan yang dilaksanakan oleh Anggota
DPD RI. Menurutnya, beberapa hal yang dapat merusak rasa kebangsaan dan
hilangnya nasionalis di kalangan generasi muda, diantaranya adalah
ketidaksiapan generasi muda dalam menggunakan Gadget dan Tehknologi saat
ini.
Dimana informasi yang
masuk melalui situs – situs beragam masih belum bisa difilter secara dewasa dan
bijak. “Pada akhirnya banyak informasi hoax yang terbaca, dan ikut
disebarkan oleh para generasi muda Kalimantan tengah belakangan ini, juga
beberapa ujaran kebencian serta bullying. Dan harus kita pahamai munculnya
gerakan radikalisme bisa juga berawal dari informasi yang beredar di media sosial
tanpa kebijakan filter yang ketat,” pungkasnya.