33.1 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Ulang Tahun

”I do, I do”. 

Yang mengatakan itu Presiden Donald Trump.
Yakni setelah tiga hari terakhir ini lonjakan penderita Covid-19 luar biasa di
Amerika. Sehari saja bisa 50.000 penderita baru. Lebih besar dari angka di
Indonesia selama tiga bulan.

Tapi sikap sang presiden tidak berubah.
Termasuk masih yakin bahwa Covid-19 ini tidak berbahaya. Ia juga tetap menolak
untuk memakai masker.

Bahkan Trump menjadikan masker untuk mengejek
capres lawannya: Joe Biden –yang selalu tampil mengenakan masker.

Lihat wajah Biden, kata Trump, seperti pepes.

Maka wartawan di Amerika pun ingin tahu: apakah
Trump tetap percaya bahwa Covid-19 akan hilang sendiri dari muka bumi. 

”I do, I do,” katanya.

Kebohongan memang hanya bisa ditutupi dengan
kebohongan yang lebih besar. Atau dengan meminta maaf.

Tapi, rupanya, tidak ada kata ”maaf” dalam
kamus Trump.

Karena itu ia konsisten –bohongnya.

Dulu Trump berpendapat Covid-19 –ia sebut
sebagai kungflu– lebih remeh dari flu biasa. Ketika ternyata lebih serius ia
bilang obatnya sudah ditemukan.

Ketika diketahui itu hanya obat malaria, ia
mengatakan sebentar lagi Covid-19 akan hilang –seiring dengan datangnya musim
panas.

Bulan Juli ini adalah puncak musim panas di
Amerika. Justru di awal Juli ini terjadi lonjakan yang belum pernah terjadi di
musim dingin sekali pun.

Baca Juga :  Korban Banjir Sungai Katingan Terima Pengobatan Gratis

Trump bergeming.

”Sebentar lagi juga akan hilang sendiri. Dan
lagi vaksin anti Covid-19 segera datang,” begitu kurang lebih pendapatnya.

Maka inilah 4 Juli (Sabtu besok) yang sangat
berbeda di Amerika. Saya jadi ingin tahu bagaimana Trump merayakan ulang tahun
kemerdekaan Amerika kali ini.

Saya sudah ikut merayakannya Jumat pagi
kemarin. Dengan cara memenuhi permintaan Konsulat Amerika di Surabaya: menjadi
pembicara tunggal di forum Instagram (IG) live. Yang
dihadiri oleh mereka yang pernah diundang ke Amerika oleh pemerintah Amerika.

Saya diminta menceritakan pengalaman itu. Juga
menjawab pertanyaan para pemirsa IG live. ”Siapa
tahu masih ingat,” ujar Esti, staf di Konsulat Amerika yang menjadi moderator
di forum itu. 

Tentu, saya masih ingat. Meski peristiwa itu
sudah 35 tahun lalu. 

Itulah untuk kali pertama saya ke Amerika.
Bukan main senangnya. Apalagi saya boleh ke mana pun. Saya diminta mengajukan
daftar keinginan. Akan dipenuhi semua.

Tentu saya tahu diri: lebih banyak minta ke
kantor-kantor surat kabar. Termasuk ke surat kabar kecil di kota kecil di
pedalaman tengah Amerika. 

Tapi saya juga mengajukan permintaan ke tempat
rekreasi: Disney World dan Universal Studio. Dikabulkan juga. Saya pun dibawa
ke Walt Disney World Resort di Orlando, Florida. Juga ke Universal Studio di
California.

Baca Juga :  Sasar Kaum Milenial, BKKBN Kenalkan KB, Tekan Angka Pernikahan Dini

Saya juga mengaku –di forum IG live itu– baru saat ke sana itulah saya tahu
Amerika itu negara sangat besar –segala-galanya. 

Saya tahu Amerika itu hebat, tapi nilai hebat
itu baru terasa ketika di sana. 

Harus saya akui –dan sudah sering saya akui–
Amerika, lewat undangannya untuk saya itu, telah mengubah peta persuratkabaran
di Indonesia.

Sepulang dari Amerika saya rombak habis Jawa
Pos. Termasuk ruang redaksinya. Juga komputerisasinya –pun sebelum koran
terbesar di Jakarta melakukannya. 

Bentuk ruang redaksi Jawa Pos –yang kemudian
terpilih sebagai terbaik di dunia itu– idenya dari kunjungan itu.

Yang pertama pula menjadi koran berwarna. Cetak
jarak jauh. Punya anak-anak surat kabar di semua kota. Dan banyak lagi.

Sejak itu pula saya meneguhkan niat: tiap enam
bulan harus ke Amerika. Untuk belanja ide. Amerika lah negara impian yang
sesungguhnya.

”Terima kasih saya ke Amerika itu, harusnya
saya tunjukkan sampai bersujud dan menangis di lantai,” kata saya di forum itu.

Selamat ulang tahun Amerika! Saya merayakannya
dengan sangat khusus: menerbitkan Harian DI’s Way. Yang bukan koran. Agar lebih
bermakna –kalau jadi. (Dahlan Iskan) 

 

”I do, I do”. 

Yang mengatakan itu Presiden Donald Trump.
Yakni setelah tiga hari terakhir ini lonjakan penderita Covid-19 luar biasa di
Amerika. Sehari saja bisa 50.000 penderita baru. Lebih besar dari angka di
Indonesia selama tiga bulan.

Tapi sikap sang presiden tidak berubah.
Termasuk masih yakin bahwa Covid-19 ini tidak berbahaya. Ia juga tetap menolak
untuk memakai masker.

Bahkan Trump menjadikan masker untuk mengejek
capres lawannya: Joe Biden –yang selalu tampil mengenakan masker.

Lihat wajah Biden, kata Trump, seperti pepes.

Maka wartawan di Amerika pun ingin tahu: apakah
Trump tetap percaya bahwa Covid-19 akan hilang sendiri dari muka bumi. 

”I do, I do,” katanya.

Kebohongan memang hanya bisa ditutupi dengan
kebohongan yang lebih besar. Atau dengan meminta maaf.

Tapi, rupanya, tidak ada kata ”maaf” dalam
kamus Trump.

Karena itu ia konsisten –bohongnya.

Dulu Trump berpendapat Covid-19 –ia sebut
sebagai kungflu– lebih remeh dari flu biasa. Ketika ternyata lebih serius ia
bilang obatnya sudah ditemukan.

Ketika diketahui itu hanya obat malaria, ia
mengatakan sebentar lagi Covid-19 akan hilang –seiring dengan datangnya musim
panas.

Bulan Juli ini adalah puncak musim panas di
Amerika. Justru di awal Juli ini terjadi lonjakan yang belum pernah terjadi di
musim dingin sekali pun.

Baca Juga :  Korban Banjir Sungai Katingan Terima Pengobatan Gratis

Trump bergeming.

”Sebentar lagi juga akan hilang sendiri. Dan
lagi vaksin anti Covid-19 segera datang,” begitu kurang lebih pendapatnya.

Maka inilah 4 Juli (Sabtu besok) yang sangat
berbeda di Amerika. Saya jadi ingin tahu bagaimana Trump merayakan ulang tahun
kemerdekaan Amerika kali ini.

Saya sudah ikut merayakannya Jumat pagi
kemarin. Dengan cara memenuhi permintaan Konsulat Amerika di Surabaya: menjadi
pembicara tunggal di forum Instagram (IG) live. Yang
dihadiri oleh mereka yang pernah diundang ke Amerika oleh pemerintah Amerika.

Saya diminta menceritakan pengalaman itu. Juga
menjawab pertanyaan para pemirsa IG live. ”Siapa
tahu masih ingat,” ujar Esti, staf di Konsulat Amerika yang menjadi moderator
di forum itu. 

Tentu, saya masih ingat. Meski peristiwa itu
sudah 35 tahun lalu. 

Itulah untuk kali pertama saya ke Amerika.
Bukan main senangnya. Apalagi saya boleh ke mana pun. Saya diminta mengajukan
daftar keinginan. Akan dipenuhi semua.

Tentu saya tahu diri: lebih banyak minta ke
kantor-kantor surat kabar. Termasuk ke surat kabar kecil di kota kecil di
pedalaman tengah Amerika. 

Tapi saya juga mengajukan permintaan ke tempat
rekreasi: Disney World dan Universal Studio. Dikabulkan juga. Saya pun dibawa
ke Walt Disney World Resort di Orlando, Florida. Juga ke Universal Studio di
California.

Baca Juga :  Sasar Kaum Milenial, BKKBN Kenalkan KB, Tekan Angka Pernikahan Dini

Saya juga mengaku –di forum IG live itu– baru saat ke sana itulah saya tahu
Amerika itu negara sangat besar –segala-galanya. 

Saya tahu Amerika itu hebat, tapi nilai hebat
itu baru terasa ketika di sana. 

Harus saya akui –dan sudah sering saya akui–
Amerika, lewat undangannya untuk saya itu, telah mengubah peta persuratkabaran
di Indonesia.

Sepulang dari Amerika saya rombak habis Jawa
Pos. Termasuk ruang redaksinya. Juga komputerisasinya –pun sebelum koran
terbesar di Jakarta melakukannya. 

Bentuk ruang redaksi Jawa Pos –yang kemudian
terpilih sebagai terbaik di dunia itu– idenya dari kunjungan itu.

Yang pertama pula menjadi koran berwarna. Cetak
jarak jauh. Punya anak-anak surat kabar di semua kota. Dan banyak lagi.

Sejak itu pula saya meneguhkan niat: tiap enam
bulan harus ke Amerika. Untuk belanja ide. Amerika lah negara impian yang
sesungguhnya.

”Terima kasih saya ke Amerika itu, harusnya
saya tunjukkan sampai bersujud dan menangis di lantai,” kata saya di forum itu.

Selamat ulang tahun Amerika! Saya merayakannya
dengan sangat khusus: menerbitkan Harian DI’s Way. Yang bukan koran. Agar lebih
bermakna –kalau jadi. (Dahlan Iskan) 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru