28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kotak Ghosn

Tinggal satu pertanyaan: Carlos
Ghosn dimasukkan kotak alat musik atau tidak.

Selebihnya kini sudah jelas.

Mantan CEO
Nissan-Renault-Mitsubishi itu ternyata menyewa ahli sekuriti. Untuk mengatur
pelariannya dari Jepang 30 Desember lalu.

Salah satunya mantan tentara
Amerika Serikat.

Tentang pesawat yang dipakai lari
juga sudah jelas: pesawat sewaan. Dari perusahaan penerbangan carter. Milik
swasta Turki.

Nama perusahaan itu MNG Jet
Airlines.

Yang menyewa bukan Carlos Ghosn.
Tapi dua orang yang namanya beda sekali.

Yang satu orang menyewa pesawat
jet jenis Global 5000 bikinan Bombardier Kanada. Pesawat ini cukup longgar
untuk diisi 12 orang. Pun dengan susunan tempat duduk VIP.

MNG Jet memang punya pesawat
jenis itu. Tapi sedang ‘mangkal’ di Dubai.

Maka yang satu orang itu
menyewanya dari Dubai ke Osaka. Untuk membawa ‘barang’ dari Osaka ke Istanbul,
Turki.

Di bandara Kansai Osaka pesawat
hanya berhenti sebentar. Hanya untuk mengisi bahan bakar. Dan menaikkan
‘barang’ itu.

Jenis pesawat Global 5000 memang
bisa terbang sampai 11.000 Km. Jarak Osaka-Istanbul tidak masalah.

Sewa pesawat jenis ini USD 10.000
per jam. Sehingga total sewanya hari itu sekitar Rp 1,3 miliar.

Nilai segitu tentu bukan uang
banyak untuk kelas CEO seperti Ghosn.

Selain orang itu ada satu orang
lagi yang juga menyewa pesawat milik MNG Jet Airlines.

Untuk jurusan pendek
Istanbul-Lebanon. Hanya 2 jam penerbangan.

Yang disewa pun pesawat jet yang
lebih kecil.

Pihak MNG Jet tidak tahu kalau
dua penyewaan itu terhubung satu sama lainnya.

Perusahaan itu juga tidak tahu
kalau ada ‘barang’ bernama Carlos Ghosn di dalamnya.

Orang seperti Ghosn sudah biasa menggunakan
jasa pesawat pribadi seperti itu.

Baca Juga :  RTH Tidak Pengaruhi Fungsi Trotoar

Ke mana-mana ia selalu
menggunakan pesawat seperti itu. Saat menjadi CEO di Nissan-Mitsubishi-Renault.

Bagi perusahaan persewaan pesawat
sendiri biasanya tidak peduli siapa penumpangnya. Yang penting pembayarannya
sudah lunas.

Perlakuan imigrasinya pun khusus.
Toh penumpang pesawat seperti itu biasanya kalangan VIP.

Apalagi kalau tidak ada nama
Carlos Ghosn di daftar penumpangnya.

Dipilihnya bandara Osaka –dan
bukan Haneda Tokyo– pasti dikaitkan dengan keamanan seperti itu.

Tapi ada juga riskannya: Ghosn
harus naik mobil dulu. Selama enam jam. Dari Tokyo ke Bandara Osaka.

Pengaturan waktunya harus ketat.
Jam kedatangan pesawat dari Dubai dan kedatangan mobil dari Tokyo harus
benar-benar tepat waktu.

Jadi, apakah Ghosn dimasukkan
kotak atau tidak masih jadi perdebatan.

Pihak keamanan Jepang melihat ada
Ghosn di CCTV. Ia terlihat meninggalkan rumah itu. Jelas terlihat di CCTV yang
dipasang di luar rumah –tempat Ghosn menjalani tahanan rumah di pusat kota
Tokyo.

Yang juga sudah jelas Ghosn masuk
ke Lebanon menggunakan paspor Prancis. Ditambah id card sebagai warga
Lebanon.

Ternyata, selama ini Ghosn punya
dua paspor Prancis. Dua-duanya disita. Tapi belakangan Ghosn meminta kembali
salah satunya. Dengan alasan untuk kalau lagi dapat izin jalan-jalan keluar
rumah.

Petugas di Turki kini sudah
menahan tujuh orang –empat di antaranya pilot. Tapi para pilot itu kemungkinan
besar akan bisa bebas. Mestinya. Mereka tidak tahu kalau ada Ghosn di dalamnya.
Bisa dibuat tidak tahu. 

Memang hanya ada dua orang di
pesawat itu. Dua-duanya bukan Ghosn.

Salah satunya adalah karyawan GNM
Jet sendiri.

Yang akan jadi korban tampaknya
si staf MNG Jet. Yang tidak melaporkan skenario pelarian Ghosn itu ke
manajemen.

Baca Juga :  KPU Usulkan Anggaran Pilkada dari APBN

Justru manajemen GNM yang membuat
laporan ke polisi. Bahwa salah satu stafnya berbuat kriminal.

Satu pertanyaan Ghosn masuk kotak
atau tidak sepertinya juga bakal terungkap. Ketika staf GNM Jet sudah diperiksa
secara tuntas.

Ups… Masih ada satu pertanyaan
lagi: siapa yang menghubungi petugas sekuriti yang disewa untuk mengatur semua
itu? Siapa pula yang melaksanakan transaksi dan pembayaran sewa sekuriti itu?

Adakah peran itu dipegang istri
Ghosn, Carole?

Ghosn mengaku semua itu ia
sendiri yang mengatur. Istrinya tidak terkait sama sekali. Tidak ada juga orang
lain yang ikut mengatur.

Itulah keterangan kedua Ghosn
dari Lebanon. Untuk membersihkan nama istrinya –entah bisa bersih atau tidak.

Jepang sendiri akhirnya minta
bantuan Interpol. Pemerintah Lebanon juga sudah menerima permintaan Interpol
itu.

Tinggal polisi Lebanon saja. Mau
menangkap atau tidak. Kalau pun mau menangkap bukan berarti akan diserahkan ke
Jepang. Lebanon tidak punya hubungan ekstradisi dengan Jepang.

Ghosn sendiri tentu tidak
keberatan diadili di Lebanon. Ia sudah mengatakan tidak ingin menghindari
proses hukum. Yang ia hindari adalah ketidakadilan di Jepang. Misalnya,
bagaimana bisa orang ditahan 108 hari tanpa tahu kapan akan diadili.

Di Lebanon Ghosn bisa berharap
dapat kebebasan. Kalau pun dihukum wujudnya adalah denda. Yang ia pasti mampu
membayarnya.

Sampai tadi malam –saat Jakarta
dan sekitarnya masih banjir– dunia juga masih dibanjiri berita tentang Ghosn.

Setidaknya Ghosn bisa ikut
menghibur korban banjir –biar pun DI’s Way tidak menulis tentang banjirnya
sendiri.

Itulah
banjir yang sisi sentimen politiknya lebih kental dari bencana alamnya.(Dahlan
Iskan)

Tinggal satu pertanyaan: Carlos
Ghosn dimasukkan kotak alat musik atau tidak.

Selebihnya kini sudah jelas.

Mantan CEO
Nissan-Renault-Mitsubishi itu ternyata menyewa ahli sekuriti. Untuk mengatur
pelariannya dari Jepang 30 Desember lalu.

Salah satunya mantan tentara
Amerika Serikat.

Tentang pesawat yang dipakai lari
juga sudah jelas: pesawat sewaan. Dari perusahaan penerbangan carter. Milik
swasta Turki.

Nama perusahaan itu MNG Jet
Airlines.

Yang menyewa bukan Carlos Ghosn.
Tapi dua orang yang namanya beda sekali.

Yang satu orang menyewa pesawat
jet jenis Global 5000 bikinan Bombardier Kanada. Pesawat ini cukup longgar
untuk diisi 12 orang. Pun dengan susunan tempat duduk VIP.

MNG Jet memang punya pesawat
jenis itu. Tapi sedang ‘mangkal’ di Dubai.

Maka yang satu orang itu
menyewanya dari Dubai ke Osaka. Untuk membawa ‘barang’ dari Osaka ke Istanbul,
Turki.

Di bandara Kansai Osaka pesawat
hanya berhenti sebentar. Hanya untuk mengisi bahan bakar. Dan menaikkan
‘barang’ itu.

Jenis pesawat Global 5000 memang
bisa terbang sampai 11.000 Km. Jarak Osaka-Istanbul tidak masalah.

Sewa pesawat jenis ini USD 10.000
per jam. Sehingga total sewanya hari itu sekitar Rp 1,3 miliar.

Nilai segitu tentu bukan uang
banyak untuk kelas CEO seperti Ghosn.

Selain orang itu ada satu orang
lagi yang juga menyewa pesawat milik MNG Jet Airlines.

Untuk jurusan pendek
Istanbul-Lebanon. Hanya 2 jam penerbangan.

Yang disewa pun pesawat jet yang
lebih kecil.

Pihak MNG Jet tidak tahu kalau
dua penyewaan itu terhubung satu sama lainnya.

Perusahaan itu juga tidak tahu
kalau ada ‘barang’ bernama Carlos Ghosn di dalamnya.

Orang seperti Ghosn sudah biasa menggunakan
jasa pesawat pribadi seperti itu.

Baca Juga :  RTH Tidak Pengaruhi Fungsi Trotoar

Ke mana-mana ia selalu
menggunakan pesawat seperti itu. Saat menjadi CEO di Nissan-Mitsubishi-Renault.

Bagi perusahaan persewaan pesawat
sendiri biasanya tidak peduli siapa penumpangnya. Yang penting pembayarannya
sudah lunas.

Perlakuan imigrasinya pun khusus.
Toh penumpang pesawat seperti itu biasanya kalangan VIP.

Apalagi kalau tidak ada nama
Carlos Ghosn di daftar penumpangnya.

Dipilihnya bandara Osaka –dan
bukan Haneda Tokyo– pasti dikaitkan dengan keamanan seperti itu.

Tapi ada juga riskannya: Ghosn
harus naik mobil dulu. Selama enam jam. Dari Tokyo ke Bandara Osaka.

Pengaturan waktunya harus ketat.
Jam kedatangan pesawat dari Dubai dan kedatangan mobil dari Tokyo harus
benar-benar tepat waktu.

Jadi, apakah Ghosn dimasukkan
kotak atau tidak masih jadi perdebatan.

Pihak keamanan Jepang melihat ada
Ghosn di CCTV. Ia terlihat meninggalkan rumah itu. Jelas terlihat di CCTV yang
dipasang di luar rumah –tempat Ghosn menjalani tahanan rumah di pusat kota
Tokyo.

Yang juga sudah jelas Ghosn masuk
ke Lebanon menggunakan paspor Prancis. Ditambah id card sebagai warga
Lebanon.

Ternyata, selama ini Ghosn punya
dua paspor Prancis. Dua-duanya disita. Tapi belakangan Ghosn meminta kembali
salah satunya. Dengan alasan untuk kalau lagi dapat izin jalan-jalan keluar
rumah.

Petugas di Turki kini sudah
menahan tujuh orang –empat di antaranya pilot. Tapi para pilot itu kemungkinan
besar akan bisa bebas. Mestinya. Mereka tidak tahu kalau ada Ghosn di dalamnya.
Bisa dibuat tidak tahu. 

Memang hanya ada dua orang di
pesawat itu. Dua-duanya bukan Ghosn.

Salah satunya adalah karyawan GNM
Jet sendiri.

Yang akan jadi korban tampaknya
si staf MNG Jet. Yang tidak melaporkan skenario pelarian Ghosn itu ke
manajemen.

Baca Juga :  KPU Usulkan Anggaran Pilkada dari APBN

Justru manajemen GNM yang membuat
laporan ke polisi. Bahwa salah satu stafnya berbuat kriminal.

Satu pertanyaan Ghosn masuk kotak
atau tidak sepertinya juga bakal terungkap. Ketika staf GNM Jet sudah diperiksa
secara tuntas.

Ups… Masih ada satu pertanyaan
lagi: siapa yang menghubungi petugas sekuriti yang disewa untuk mengatur semua
itu? Siapa pula yang melaksanakan transaksi dan pembayaran sewa sekuriti itu?

Adakah peran itu dipegang istri
Ghosn, Carole?

Ghosn mengaku semua itu ia
sendiri yang mengatur. Istrinya tidak terkait sama sekali. Tidak ada juga orang
lain yang ikut mengatur.

Itulah keterangan kedua Ghosn
dari Lebanon. Untuk membersihkan nama istrinya –entah bisa bersih atau tidak.

Jepang sendiri akhirnya minta
bantuan Interpol. Pemerintah Lebanon juga sudah menerima permintaan Interpol
itu.

Tinggal polisi Lebanon saja. Mau
menangkap atau tidak. Kalau pun mau menangkap bukan berarti akan diserahkan ke
Jepang. Lebanon tidak punya hubungan ekstradisi dengan Jepang.

Ghosn sendiri tentu tidak
keberatan diadili di Lebanon. Ia sudah mengatakan tidak ingin menghindari
proses hukum. Yang ia hindari adalah ketidakadilan di Jepang. Misalnya,
bagaimana bisa orang ditahan 108 hari tanpa tahu kapan akan diadili.

Di Lebanon Ghosn bisa berharap
dapat kebebasan. Kalau pun dihukum wujudnya adalah denda. Yang ia pasti mampu
membayarnya.

Sampai tadi malam –saat Jakarta
dan sekitarnya masih banjir– dunia juga masih dibanjiri berita tentang Ghosn.

Setidaknya Ghosn bisa ikut
menghibur korban banjir –biar pun DI’s Way tidak menulis tentang banjirnya
sendiri.

Itulah
banjir yang sisi sentimen politiknya lebih kental dari bencana alamnya.(Dahlan
Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru