25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kotak Gitar?

Mengikuti kisah pelarian
rahasia Carlos Ghosn ini (
Baca
juga: Ghosn Cilukba
) seperti membaca The Da Vinci Code-nya Dan Brown.
Penuh rahasia. Full misteri.

Setting waktunya pun
dinanti dengan sabar. Dicari waktu yang paling tepat: ketika semua orang sibuk
dengan liburan tahun baru.

“Ini pasti menyangkut
organisasi yang besar,” ujar Junichiro Hironaka, pengacara Ghosn.
Hironaka sendiri
kaget. Dan dipenuhi teka-teki. Tiga paspor Ghosn masih utuh di kantor Hironaka.

Saya setuju bahwa pelarian misterius ini
melibatkan organisasi canggih dan besar.

Ada yang menyiapkan paspor.

Atau tidak perlu paspor.

Ada yang menyiapkan pesawat jet. Lengkap
dengan pilotnya.

Ada yang mengatur penerbangan di tiga
bandara: Haneda (Tokyo), Istanbul (Turki), dan Beirut (Lebanon).

Ada yang mengatur imigrasi. Kalau memang
harus lewat imigrasi.

Ada yang mengaburkan kamera-kamera pengintai
di apartemen Ghosn di Tokyo. Agar gerak saat meninggalkan apartemen tidak
ketahuan. Atau kamera itu tidak diapa-apakah karena Ghosn tidak pernah terlihat
di kamera.

Ada kemungkinan Ghosn keluar apartemen dengan
cara yang lebih misterius: dimasukkan kotak alat musik.

Berarti harus ada yang jauh-jauh hari
mengatur pementasan musik di salah satu bar di kompleks apartemen itu. Grup
musiknya harus pula dipilih dari mana dan siapa saja personelnya.

Dan harus dimodifikasi seperti apa kotak itu
agar Ghosn bisa nyaman di dalamnya. Termasuk saat dibanting-banting di bandara.

Harus ada juga yang mengatur transportasi
dari apartemen ke bandara.

Kalaupun benar, kotak itu ditempatkan di
mana. Di bagasi perut pesawat? Atau dibawa masuk ke kabin?

Kalau dimasukkan bagasi berarti Ghosn tidur
di situ selama penerbangan 9 jam. Dari Tokyo ke Istanbul. Ditambah dua jam.
Dari Istanbul ke Beirut.

Baca Juga :  Karhutla Berkurang, Pemerintah Tetap Tak Boleh Lengah

Kalau ditaruh di kabin Ghosn bisa dikeluarkan
dari kotak. Agar selama penerbangan bisa duduk di kursi pesawat.

Namun baiknya tetap saja ditaruh di bagasi.
Biar lebih aman. Kalau perlu awak pesawat pun jangan sampai tahu kalau ada
manusia di kotak itu.

Semua harus di-setting dengan ketat. Dari
detik ke detik. Dari tahap persiapan sampai pesawat take off.

Berarti harus ada juga alat komunikasi
eksklusif. Yang pembicaraan mereka hanya bisa diikuti oleh para petugas
rahasia.

Saya bisa membayangkan betapa tegang yang
bertugas sebagai koordinatornya. Bagaimana si komandan mengikuti semua
pergerakan rahasia itu.

Dan betapa lega si komandan ketika pesawat
akhirnya take off dari
Haneda.

Saya mencoba menghitung mundur: Senin pagi
Ghosn menyatakan sudah di Beirut. Pesawat itu perlu waktu 2 jam dari Istanbul
ke Beirut.

Di Istanbul pesawat harus berhenti satu jam.
Untuk mengisi bahan bakar. Dan mengganti awaknya.

Dari Haneda ke Istanbul perlu waktu terbang
sembilan jam. Lalu Tokyo-Beirut beda waktu 6 jam.

Berarti pesawat itu take off dari
Tokyo pada hari Minggu malam, sekitar jam 23.00.

Betapa tepat perencanaan skenario pelarian
ini: Minggu malam menjelang dini hari tanggal 30 Desember 2019.

Kalau perkiraan itu betul maka memang tidak
perlu paspor. Juga tidak perlu penyamaran.

Mungkin sudah dihitung: sulit menyamarkan
wajah Ghosn. Ia begitu populer di Jepang. Dianggap pahlawan –berhasil
menyelamatkan Nissan yang nyaris bangkrut menjadi perusahaan mobil yang jaya.

Sejak di tangan manajemen baru Nissan kembali
merosot. Dan terus merosot. Apalagi ketika Ghosn ditahan. Akibat pengaduan
manajemen baru. Nissan njungkel kembali.

Manajemen baru itu pun kini sudah diganti lagi.
Dianggap tidak mampu menjadi CEO Nissan. Bahkan juga mempraktikkan pengelolaan
keuangan yang dianggap salah.

Baca Juga :  Agenda Ini yang akan Diikuti SIWO Kalteng di Rakernaslub

Namun siapa sih yang diduga sebagai
organisasi besar di balik pelarian rahasia itu?

Dinas rahasia pemerintah Lebanon kah? Dinas
rahasia pemerintah Jepang kah? Atau organisasi gelap Yakuza? Atau paguyuban
pembaca novel Dan Brown?

Presiden Lebanon memang baru bertemu perdana
menteri Jepang sebulan lalu. Salah satu agenda pembicaraan itu adalah soal
Ghosn. Di samping soal penyelamatan ekonomi Lebanon yang lagi krisis-krisisnya.

Jangan-jangan pelarian rahasia Ghosn ini
memang bagian dari penyelamatan Lebanon. Yang berarti juga penyelamatan
investasi Jepang.

Atau jangan-jangan ini operasi rahasia
komunis Tiongkok. Agar Huawei dapat pasar di sana –Huawei baru buka counter di Beirut
saat saya di ibu kota Lebanon itu.

Jangan-jangan Ghosn benar-benar akan
dijadikan perdana menteri negara yang lagi kacau itu. Kacau di segala bidang
itu –politik dan ekonomi.

Satu-satunya yang stabil hanyalah kurs mata
uangnya. Pound Lebanon tidak jatuh: satu pound Lebanon tetap sama dengan 1
dolar Amerika. Memang dibuat sama. Sejak lama.

Di Lebanon Anda bisa belanja dengan dolar
atau pound. Toh sama saja.

Seperti di Brunei: mata uangnya di-peg ke dolar
Singapura.

Kini rumah Ghosn di Beirut ramai. Di luarnya.
Banyak kamera besar dipasang mengarah ke rumah itu. Wartawan berjubel menunggu
keberuntungan.

Ghosn memang berjanji akan berkomunikasi
dengan media secara bebas. Seminggu lagi.

Jepang pun heboh.

Bagaimana bisa seorang tahanan yang very high profile bisa
lolos.

Semua kaget.

Semua kagum.

emua ingin menjawab teka-teki itu.

Penulis novel tidak perlu cari ide untuk
menyaingi sukses The Da Vinci Code.(***) 

Mengikuti kisah pelarian
rahasia Carlos Ghosn ini (
Baca
juga: Ghosn Cilukba
) seperti membaca The Da Vinci Code-nya Dan Brown.
Penuh rahasia. Full misteri.

Setting waktunya pun
dinanti dengan sabar. Dicari waktu yang paling tepat: ketika semua orang sibuk
dengan liburan tahun baru.

“Ini pasti menyangkut
organisasi yang besar,” ujar Junichiro Hironaka, pengacara Ghosn.
Hironaka sendiri
kaget. Dan dipenuhi teka-teki. Tiga paspor Ghosn masih utuh di kantor Hironaka.

Saya setuju bahwa pelarian misterius ini
melibatkan organisasi canggih dan besar.

Ada yang menyiapkan paspor.

Atau tidak perlu paspor.

Ada yang menyiapkan pesawat jet. Lengkap
dengan pilotnya.

Ada yang mengatur penerbangan di tiga
bandara: Haneda (Tokyo), Istanbul (Turki), dan Beirut (Lebanon).

Ada yang mengatur imigrasi. Kalau memang
harus lewat imigrasi.

Ada yang mengaburkan kamera-kamera pengintai
di apartemen Ghosn di Tokyo. Agar gerak saat meninggalkan apartemen tidak
ketahuan. Atau kamera itu tidak diapa-apakah karena Ghosn tidak pernah terlihat
di kamera.

Ada kemungkinan Ghosn keluar apartemen dengan
cara yang lebih misterius: dimasukkan kotak alat musik.

Berarti harus ada yang jauh-jauh hari
mengatur pementasan musik di salah satu bar di kompleks apartemen itu. Grup
musiknya harus pula dipilih dari mana dan siapa saja personelnya.

Dan harus dimodifikasi seperti apa kotak itu
agar Ghosn bisa nyaman di dalamnya. Termasuk saat dibanting-banting di bandara.

Harus ada juga yang mengatur transportasi
dari apartemen ke bandara.

Kalaupun benar, kotak itu ditempatkan di
mana. Di bagasi perut pesawat? Atau dibawa masuk ke kabin?

Kalau dimasukkan bagasi berarti Ghosn tidur
di situ selama penerbangan 9 jam. Dari Tokyo ke Istanbul. Ditambah dua jam.
Dari Istanbul ke Beirut.

Baca Juga :  Karhutla Berkurang, Pemerintah Tetap Tak Boleh Lengah

Kalau ditaruh di kabin Ghosn bisa dikeluarkan
dari kotak. Agar selama penerbangan bisa duduk di kursi pesawat.

Namun baiknya tetap saja ditaruh di bagasi.
Biar lebih aman. Kalau perlu awak pesawat pun jangan sampai tahu kalau ada
manusia di kotak itu.

Semua harus di-setting dengan ketat. Dari
detik ke detik. Dari tahap persiapan sampai pesawat take off.

Berarti harus ada juga alat komunikasi
eksklusif. Yang pembicaraan mereka hanya bisa diikuti oleh para petugas
rahasia.

Saya bisa membayangkan betapa tegang yang
bertugas sebagai koordinatornya. Bagaimana si komandan mengikuti semua
pergerakan rahasia itu.

Dan betapa lega si komandan ketika pesawat
akhirnya take off dari
Haneda.

Saya mencoba menghitung mundur: Senin pagi
Ghosn menyatakan sudah di Beirut. Pesawat itu perlu waktu 2 jam dari Istanbul
ke Beirut.

Di Istanbul pesawat harus berhenti satu jam.
Untuk mengisi bahan bakar. Dan mengganti awaknya.

Dari Haneda ke Istanbul perlu waktu terbang
sembilan jam. Lalu Tokyo-Beirut beda waktu 6 jam.

Berarti pesawat itu take off dari
Tokyo pada hari Minggu malam, sekitar jam 23.00.

Betapa tepat perencanaan skenario pelarian
ini: Minggu malam menjelang dini hari tanggal 30 Desember 2019.

Kalau perkiraan itu betul maka memang tidak
perlu paspor. Juga tidak perlu penyamaran.

Mungkin sudah dihitung: sulit menyamarkan
wajah Ghosn. Ia begitu populer di Jepang. Dianggap pahlawan –berhasil
menyelamatkan Nissan yang nyaris bangkrut menjadi perusahaan mobil yang jaya.

Sejak di tangan manajemen baru Nissan kembali
merosot. Dan terus merosot. Apalagi ketika Ghosn ditahan. Akibat pengaduan
manajemen baru. Nissan njungkel kembali.

Manajemen baru itu pun kini sudah diganti lagi.
Dianggap tidak mampu menjadi CEO Nissan. Bahkan juga mempraktikkan pengelolaan
keuangan yang dianggap salah.

Baca Juga :  Agenda Ini yang akan Diikuti SIWO Kalteng di Rakernaslub

Namun siapa sih yang diduga sebagai
organisasi besar di balik pelarian rahasia itu?

Dinas rahasia pemerintah Lebanon kah? Dinas
rahasia pemerintah Jepang kah? Atau organisasi gelap Yakuza? Atau paguyuban
pembaca novel Dan Brown?

Presiden Lebanon memang baru bertemu perdana
menteri Jepang sebulan lalu. Salah satu agenda pembicaraan itu adalah soal
Ghosn. Di samping soal penyelamatan ekonomi Lebanon yang lagi krisis-krisisnya.

Jangan-jangan pelarian rahasia Ghosn ini
memang bagian dari penyelamatan Lebanon. Yang berarti juga penyelamatan
investasi Jepang.

Atau jangan-jangan ini operasi rahasia
komunis Tiongkok. Agar Huawei dapat pasar di sana –Huawei baru buka counter di Beirut
saat saya di ibu kota Lebanon itu.

Jangan-jangan Ghosn benar-benar akan
dijadikan perdana menteri negara yang lagi kacau itu. Kacau di segala bidang
itu –politik dan ekonomi.

Satu-satunya yang stabil hanyalah kurs mata
uangnya. Pound Lebanon tidak jatuh: satu pound Lebanon tetap sama dengan 1
dolar Amerika. Memang dibuat sama. Sejak lama.

Di Lebanon Anda bisa belanja dengan dolar
atau pound. Toh sama saja.

Seperti di Brunei: mata uangnya di-peg ke dolar
Singapura.

Kini rumah Ghosn di Beirut ramai. Di luarnya.
Banyak kamera besar dipasang mengarah ke rumah itu. Wartawan berjubel menunggu
keberuntungan.

Ghosn memang berjanji akan berkomunikasi
dengan media secara bebas. Seminggu lagi.

Jepang pun heboh.

Bagaimana bisa seorang tahanan yang very high profile bisa
lolos.

Semua kaget.

Semua kagum.

emua ingin menjawab teka-teki itu.

Penulis novel tidak perlu cari ide untuk
menyaingi sukses The Da Vinci Code.(***) 

Terpopuler

Artikel Terbaru