32.7 C
Jakarta
Wednesday, April 9, 2025

Pascapandemi Covid-19, Tren Berwisata Jadi Baru

KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) mendorong para pelaku dan penyelenggara wisata mempersiapkan
strategi untuk menghadapi perubahan tren baru dalam berwisata. Kemenparekraf
juga meminta mereka bersiap menghadapi proyeksi lonjakan kinerja pariwisata
pascapandemi korona (Covid-19).

Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia
Niscaya saat diskusi virtual Indonesia Professional Organizer Society (IPOS)
BAKUSAPA B2B Virtual Forum, Rabu (29/4), menjelaskan, pascapandemi Covid-19
diperkirakan akan terjadi paradigma dan tren berwisata baru yang lebih mengarah
pada kesehatan dan kenyamanan pada berbagai sektor, mulai dari atraksi,
akomodasi, preferensi produk, transportasi, hingga label higienis.

“Seperti dari sisi atraksi, wisatawan akan lebih
memilih dan fokus pada atraksi wisata yang memperhatikan physical
distancing serta memperhatikan kapasitas daya tampung, di Italia sudah
melakukan bagaimana penerapan itu di area pantai,” kata Nia Niscaya.

Kemudian dari sisi transportasi, umumnya sebelum
wabah terjadi wisatawan tidak terlalu memperhatikan jumlah, lama transit, harga
penerbangan, hingga harga penyeberangan menggunakan feri. Namun pascapandemi
diprediksi terdapat perubahan, wisatawan akan lebih memperhatikan waktu lama
transit dan jika perlu penerbangan langsung. “Contoh lain di Batam dan Bintan,
kenyamanan, sanitasi, dan higenitas di kapal feri juga menjadi perhatian.
Terlebih feri menjadi salah satu moda transportasi untuk bisa membawa wisatawan
Singapura. Contoh lainnya maskapai Emirates yang melakukan rapid
test kepada seluruh calon penumpangnya,” katanya.

Baca Juga :  Kasada untuk Evaluasi Pembukaan Bromo

Untuk preferensi produk, lanjut Nia, sebelumnya
wisatawan mencari atraksi yang sedang ramai dan viral, serta posisinya dekat
atau bahkan di perkotaan. Namun nantinya tren itu berubah ke arah kesehatan,
aktivitas outdoor yang memiliki udara sejuk, self-driving,
dan private tour. Tren baru juga akan tampak di sisi akomodasi, dulu
wisatawan memikirkan harga. Nantinya harga sudah tidak lagi terlalu
diperhatikan yang jadi perhatian adalah higienitas, sanitasi, dan keamanan.

“Untuk tipe akomodasinya seperti vila, resor,
atau bahkan yang dekat dengan bandara/feri terminal, sehingga jika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan akan mudah diakses. Dan yang terakhir adalah
label higienitas. Hal ini sudah kami koordinasikan dengan Kementerian Kesehatan
dan ini menjadi pekerjaan rumah Kemenparekraf untuk memberikan panduan sebagai
pedoman yang dapat disosialisasikan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Libur Lebaran, Pantai Diserbu Wisatawan

Nia juga menjelaskan, di tengah fase tanggap
darurat pihaknya telah melakukan serangkaian strategi komunikasi baik ke dalam
maupun luar negeri. Untuk dalam negeri, Kemenparekraf telah melakukan edukasi
terkait bahaya korona dan kampanye #TundaMudikDulu di media sosial. Lalu
kampanye #kreatifdirumah dan #jelajahdarirumah untuk menginspirasi masyarakat
agar tetap kreatif serta menginspirasi perjalanan wisata setelah wabah usai.
“Di sektor ekonomi kreatif, kami juga memiliki kampanye #BeliKreatifLokal untuk
500 UMKM subsektor fesyen, kuliner, dan kriya dengan tujuan untuk membantu
promosi atau dengan melakukan festival digital bersama partners e-commerce
secara online,” katanya.

Untuk
komunikasi ke luar negeri, Kemenparekraf juga telah melakukan kampanye
#StayatHome #TravelTomorrow. Hal itu lantaran penduduk dunia sangat sensitif saat
ini, maka promosi luar negeri juga akan lebih menyuarakan tentang #StayatHome,
namun tetap kreatif di rumah sambil terus menginspirasi untuk #TravelTomorrow.

KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) mendorong para pelaku dan penyelenggara wisata mempersiapkan
strategi untuk menghadapi perubahan tren baru dalam berwisata. Kemenparekraf
juga meminta mereka bersiap menghadapi proyeksi lonjakan kinerja pariwisata
pascapandemi korona (Covid-19).

Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia
Niscaya saat diskusi virtual Indonesia Professional Organizer Society (IPOS)
BAKUSAPA B2B Virtual Forum, Rabu (29/4), menjelaskan, pascapandemi Covid-19
diperkirakan akan terjadi paradigma dan tren berwisata baru yang lebih mengarah
pada kesehatan dan kenyamanan pada berbagai sektor, mulai dari atraksi,
akomodasi, preferensi produk, transportasi, hingga label higienis.

“Seperti dari sisi atraksi, wisatawan akan lebih
memilih dan fokus pada atraksi wisata yang memperhatikan physical
distancing serta memperhatikan kapasitas daya tampung, di Italia sudah
melakukan bagaimana penerapan itu di area pantai,” kata Nia Niscaya.

Kemudian dari sisi transportasi, umumnya sebelum
wabah terjadi wisatawan tidak terlalu memperhatikan jumlah, lama transit, harga
penerbangan, hingga harga penyeberangan menggunakan feri. Namun pascapandemi
diprediksi terdapat perubahan, wisatawan akan lebih memperhatikan waktu lama
transit dan jika perlu penerbangan langsung. “Contoh lain di Batam dan Bintan,
kenyamanan, sanitasi, dan higenitas di kapal feri juga menjadi perhatian.
Terlebih feri menjadi salah satu moda transportasi untuk bisa membawa wisatawan
Singapura. Contoh lainnya maskapai Emirates yang melakukan rapid
test kepada seluruh calon penumpangnya,” katanya.

Baca Juga :  Kasada untuk Evaluasi Pembukaan Bromo

Untuk preferensi produk, lanjut Nia, sebelumnya
wisatawan mencari atraksi yang sedang ramai dan viral, serta posisinya dekat
atau bahkan di perkotaan. Namun nantinya tren itu berubah ke arah kesehatan,
aktivitas outdoor yang memiliki udara sejuk, self-driving,
dan private tour. Tren baru juga akan tampak di sisi akomodasi, dulu
wisatawan memikirkan harga. Nantinya harga sudah tidak lagi terlalu
diperhatikan yang jadi perhatian adalah higienitas, sanitasi, dan keamanan.

“Untuk tipe akomodasinya seperti vila, resor,
atau bahkan yang dekat dengan bandara/feri terminal, sehingga jika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan akan mudah diakses. Dan yang terakhir adalah
label higienitas. Hal ini sudah kami koordinasikan dengan Kementerian Kesehatan
dan ini menjadi pekerjaan rumah Kemenparekraf untuk memberikan panduan sebagai
pedoman yang dapat disosialisasikan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Libur Lebaran, Pantai Diserbu Wisatawan

Nia juga menjelaskan, di tengah fase tanggap
darurat pihaknya telah melakukan serangkaian strategi komunikasi baik ke dalam
maupun luar negeri. Untuk dalam negeri, Kemenparekraf telah melakukan edukasi
terkait bahaya korona dan kampanye #TundaMudikDulu di media sosial. Lalu
kampanye #kreatifdirumah dan #jelajahdarirumah untuk menginspirasi masyarakat
agar tetap kreatif serta menginspirasi perjalanan wisata setelah wabah usai.
“Di sektor ekonomi kreatif, kami juga memiliki kampanye #BeliKreatifLokal untuk
500 UMKM subsektor fesyen, kuliner, dan kriya dengan tujuan untuk membantu
promosi atau dengan melakukan festival digital bersama partners e-commerce
secara online,” katanya.

Untuk
komunikasi ke luar negeri, Kemenparekraf juga telah melakukan kampanye
#StayatHome #TravelTomorrow. Hal itu lantaran penduduk dunia sangat sensitif saat
ini, maka promosi luar negeri juga akan lebih menyuarakan tentang #StayatHome,
namun tetap kreatif di rumah sambil terus menginspirasi untuk #TravelTomorrow.

Terpopuler

Artikel Terbaru