26.4 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Kehadiran Mobil Listrik Harus Diimbangi Infrastruktur Memadai

Rencana soal mobil
listrik atau elektrifikasi kendaraan santer terdengar belakangan ini. Terlebih
pameran otomotif Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2019 yang
mengusung tema Future in Motion banyak menghadirkan teknologi-teknologi terkini
kendaraan utamanya yang membawa teknologi listrik sebagai pokok penggerak
utama.

Soal mobil listrik di
Indonesia sendiri masih terkendala aturan dan regulasi yang belum rampung.
Karenanya, belum tersedia infrastruktur penunjang, aturan pajak, dan sebagainya
yang terkait kendaraan listrik. Tentunya itu masih terganjal lantaran belum ada
regulasi.

Ketika ditanya soal
apakah elektrifikasi masih jauh dari realisasi di Indonesia, Ketua Umum
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi
menyebut perlu membangun infrastruktur terlebih dahulu baru kemudian bicara
banyak soal mobil listrik. Menurut Nangoi, ketika bicara mobil listrik juga
harus tahu dulu jenis-jenisnya.

“Mobil listrik kan
banyak jenisnya, hybrid juga listrik. Kalo hybrid kan nggak perlu dicolokin,
dia jalan saja mesin (fuel)-nya, bergantian saling mengisi baterai elektriknya.
Plug in Hybrid juga demikian. Nah kalau mobil pure listrik atau Battery
Electric Vehicle (BEV) kalau infrastrukturnya belum terbentuk kan bahaya,
dikhawatirkan kalau lagi jalan, di tengah jalan kehabisan listrik, bubar dia,”
ujar Nangoi kepada JawaPos.com di sela-sela acara Gaikindo International
Automotive Conferences di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/7).

Baca Juga :  Mengisi Radiator dengan Air Biasa Mesin Bisa Overheat

Menurut Nangoi, BEV
proses charging-nya juga memakan waktu, beda dengan kendaraan biasa dengan
bahan bakar fosil yang satu menit colok (isi bahan bakar) bisa langsung penuh.
“Kalau listrik kan butuh paling tidak 40 menit dengan voltase yang besar. Kalau
normal (voltase) malah bisa tiga sampai empat jam atau lebih, nah ini yang
harus dibentuk infrastrukturnya,” sambungnya.

Jalan Tengah

Sebagai alternatif,
jika realisasi kendaraan listrik di Indonesia masih belum terwujud dalam waktu
dekat, Nangoi menyebut Indonesia bisa menggunakan jalan tengah.

“Indonesia bisa pakai
jalan tengah, maksudnya kita kan penghasil mobil, semua pabrik kita kan
energinya combustion (menggunakan bahan bakar fosil). Saat ini, ya combustion
jelek jika dibandingkan dengan mobil listrik (untuk dampak lingkungan). Tapi
kan kita juga sudah mulai memakai green fuel. Bahkan nanti seperti di Brasil,
100 persen mobil bensinnya menggunakan etanol dari tebu. Berarti kan nggak
butuh bahan bakar fosil,” papar Nangoi.

Baca Juga :  Cerdas dan Fokus, 4 Zodiak Ini Penuh Totalitas dalam Bekerja

Energi lain yang bisa
dimanfaatkan adalah bahan bakar gas atau BBG. Hal tersebut juga bisa
dimanfaatkan. “Ya mungkin. Tapi kenapa belum bisa jalan karena kemarin SPBBG-nya
juga nggak berjalan. Lagi-lagi infrastrukturnya yang belum berjalan. Konversi
mobil konvensional ke BBG? Bisa. Tapi kalau infrastrukturnya tidak ada nggak
akan bisa jalan,” jelas Nangoi.

Terkait mobil listrik,
Nangoi memprediksi bahwa untuk elektrifikasi di Indonesia sesegera mungkin
harusnya sudah bisa jalan dalam waktu dekat.

“Yang saya sebut
elektrik tadi kan sudah dijelasin, jenis-jenis kendaraannya. Desas-desusnya kan
pemerintah akan segera merilis aturan mobil listrik, ya kita tunggu saja, mudah-mudahan
langsung bisa jalan. Tapi kan bertahap untuk ke elektrifikasi seperti apa.
Belum tentu kan dunia juga larinya akan ke BEV 100 persen. Juga belum tahu,”
tutup Nangoi.(jpg)

 

Rencana soal mobil
listrik atau elektrifikasi kendaraan santer terdengar belakangan ini. Terlebih
pameran otomotif Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2019 yang
mengusung tema Future in Motion banyak menghadirkan teknologi-teknologi terkini
kendaraan utamanya yang membawa teknologi listrik sebagai pokok penggerak
utama.

Soal mobil listrik di
Indonesia sendiri masih terkendala aturan dan regulasi yang belum rampung.
Karenanya, belum tersedia infrastruktur penunjang, aturan pajak, dan sebagainya
yang terkait kendaraan listrik. Tentunya itu masih terganjal lantaran belum ada
regulasi.

Ketika ditanya soal
apakah elektrifikasi masih jauh dari realisasi di Indonesia, Ketua Umum
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi
menyebut perlu membangun infrastruktur terlebih dahulu baru kemudian bicara
banyak soal mobil listrik. Menurut Nangoi, ketika bicara mobil listrik juga
harus tahu dulu jenis-jenisnya.

“Mobil listrik kan
banyak jenisnya, hybrid juga listrik. Kalo hybrid kan nggak perlu dicolokin,
dia jalan saja mesin (fuel)-nya, bergantian saling mengisi baterai elektriknya.
Plug in Hybrid juga demikian. Nah kalau mobil pure listrik atau Battery
Electric Vehicle (BEV) kalau infrastrukturnya belum terbentuk kan bahaya,
dikhawatirkan kalau lagi jalan, di tengah jalan kehabisan listrik, bubar dia,”
ujar Nangoi kepada JawaPos.com di sela-sela acara Gaikindo International
Automotive Conferences di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/7).

Baca Juga :  Mengisi Radiator dengan Air Biasa Mesin Bisa Overheat

Menurut Nangoi, BEV
proses charging-nya juga memakan waktu, beda dengan kendaraan biasa dengan
bahan bakar fosil yang satu menit colok (isi bahan bakar) bisa langsung penuh.
“Kalau listrik kan butuh paling tidak 40 menit dengan voltase yang besar. Kalau
normal (voltase) malah bisa tiga sampai empat jam atau lebih, nah ini yang
harus dibentuk infrastrukturnya,” sambungnya.

Jalan Tengah

Sebagai alternatif,
jika realisasi kendaraan listrik di Indonesia masih belum terwujud dalam waktu
dekat, Nangoi menyebut Indonesia bisa menggunakan jalan tengah.

“Indonesia bisa pakai
jalan tengah, maksudnya kita kan penghasil mobil, semua pabrik kita kan
energinya combustion (menggunakan bahan bakar fosil). Saat ini, ya combustion
jelek jika dibandingkan dengan mobil listrik (untuk dampak lingkungan). Tapi
kan kita juga sudah mulai memakai green fuel. Bahkan nanti seperti di Brasil,
100 persen mobil bensinnya menggunakan etanol dari tebu. Berarti kan nggak
butuh bahan bakar fosil,” papar Nangoi.

Baca Juga :  Cerdas dan Fokus, 4 Zodiak Ini Penuh Totalitas dalam Bekerja

Energi lain yang bisa
dimanfaatkan adalah bahan bakar gas atau BBG. Hal tersebut juga bisa
dimanfaatkan. “Ya mungkin. Tapi kenapa belum bisa jalan karena kemarin SPBBG-nya
juga nggak berjalan. Lagi-lagi infrastrukturnya yang belum berjalan. Konversi
mobil konvensional ke BBG? Bisa. Tapi kalau infrastrukturnya tidak ada nggak
akan bisa jalan,” jelas Nangoi.

Terkait mobil listrik,
Nangoi memprediksi bahwa untuk elektrifikasi di Indonesia sesegera mungkin
harusnya sudah bisa jalan dalam waktu dekat.

“Yang saya sebut
elektrik tadi kan sudah dijelasin, jenis-jenis kendaraannya. Desas-desusnya kan
pemerintah akan segera merilis aturan mobil listrik, ya kita tunggu saja, mudah-mudahan
langsung bisa jalan. Tapi kan bertahap untuk ke elektrifikasi seperti apa.
Belum tentu kan dunia juga larinya akan ke BEV 100 persen. Juga belum tahu,”
tutup Nangoi.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru