Desainer busana Itang
Yunasz terus menunjukkan eksistensinya dalam berkarya. Pria yang memulai karir
di tahun 1980an, itu sudah berkiprah dengan berbagai koleksinya seperti Allea, Kamilaa,
Preview, dan Itang Yunasz Collection. Baru-baru ini dalam ajang Indonesia
Sharia Economic Fashion (ISEF), Itang Yunasz menegaskan perjalanan karirnya
yang sudah hampir 40 tahun.
Dia mengangkat tema
‘NuSZantara Untuk Dunia’. Tema itu sengaja menebalkan huruf S dan Z sebagai
pertegas nama besar Itang Yunasz di dunia fashion. Dia bercerita tentang
keelokan bumi Indonesia yang beragam.
“Mulai kampanye dari
sekarang sebagai langkah awal dalam memperingati 40 tahun Itang Yunasz
berkarya,†katanya kepada JawaPos.com baru-baru ini.
Dimulai dari pulau
Andalas yang kaya akan kain dan sulaman, dia mengangkat 8 look dari tenun
songket Sumatera Barat. Itang juga kolaborasi dengan perajin tenun songket
Sumatera Barat dengan benang sutera yang ditenun dengan metode baru yang lembut
dan halus.
Warna-warna lembut
seperti powder pink, lime, cream dengan sdikit campuran copper
gold sebagai aksen tenun songket Minang menjadi detail. Dia juga tak
menghilangkan pakem lamanya.
Itang juga mengusung
konsep sustainable fashion sesuai benang merah acara tersebut.
Salah satunya dengan memanfaatkan benang yang didaur ulang kembaki.
“Beberapa benang
cabutan dari songket lama yang di tenun ulang. Tidak cukup banyak sebab
waktunya tidak cukup untuk mengolah bahan-bahan yang bisa didaur ulang,â€
katanya.
Menurut Itang, siluet
dan style koleksinya mengutamakan gaya androgin dan romantic.
Dengan potongan-potongan songket di-patch dengan bahan polos dan
sulaman-sulaman bunga sebagai aksen romantic.
“Semua koleksi itu
menjadi langkah awal 40 tahun saya berkarya, Insya Allah (nanti ada show
tunggalnya), makanya kampanye mulai dari sekarang,†katanya.(jpc)