Site icon Prokalteng

Hujatan Jadi Pelajaran

hujatan-jadi-pelajaran

HOBI dengan dunia
menggambar sejak SMP, membuat Mellisa Thendra menjalani profesi perancang
busana dengan sepenuh hati sejak 2015. Menyelami dunia karier yang sesuai
dengan hobi adalah hal yang begitu disyukuri. Sebab, tidak semua orang berani
melakukan hal serupa.

“Khususnya dalam
bidang jasa seperti ini. Sebab, bisa saja dari hobi yang dijalankan,
pendapatannya tidak menentu. Beda dengan pegawai yang selalu ada dalam satu
bulan. Walhasil, dengan ketidakpastian seperti itu membuat sebagian orang
mengurungkan kembali niat baiknya,” jelasnya.

Padahal, menjalani
profesi yang sesuai dengan kegemaran merupakan hal menguntungkan. Sebab menurut
Mellisa, hal itu pasti dijalani dengan enjoy. Tidak merasa jika sedang
bekerja atau melakukuan pekerjaan dengan suasana hati terpaksa.

Terlebih untuk
seorang perancang busana yang selalu dikejar deadline. Jika tidak dijalani
dengan suasana hati senang, Mellisa memastikan akan sulit dijalani.

“Yang sudah hobi saja
masih suka mengeluh, apalagi kalau jadi perancang busana dengan keadaan
terpaksa. Wah enggak kebayang deh sulitnya bagaimana,” imbuh perempuan berambut
pendek itu.

Terlepas dari
pekerjaannya yang sesuai hobi dan selalu dijalani dengan sepenuh hati. Mellisa
juga mengaku pernah melewati titik terendah ketika dirinya diremehkan atas
kesalahan yang tidak diperbuat.

Pada 2015 saat
memulai karier, dia mengalami hal tak mengenakkan. “Pada saat itu saya
dihubungin sama calon pengantin secara tiba-tiba. Bukan itu yang buat saya
kaget, tetapi permintaannya untuk dibuatkan gaun pengantin dalam waktu kurang
dari enam hari. Padahal, normalnya satu minggu,” ujarnya sambil menepuk jidat.

Calon pengantin yang
memohon-mohon membuat Mellisa iba dan menerima tawarannya. Dengan niat tulus,
tidak ingin mengecewakan klien pada hari spesialnya. Membuat perempuan 24 tahun
itu semangat menyelesaikan dalam waktu singkat.

“Akhirnya setelah
saya setujui, klien memberi tahu bagaimana gaun impiannya. Dressdengan
detail mermaid pada bagian bawah. Enggak hanya itu, klien ini juga
belahan kerahnya itu sedikit lebih turun agar terlihat seksi. Akhirnya saya
jalankan semua permintaan dalam waktu yang terbilang mustahil,” imbuhnya.

Mellisa merelakan
waktu tidurnya demi menciptakan wedding dress impian klien. Hingga
hari yang dijanjikan pun tiba, dengan bangga Mellisa menunjukkan gaun pengantin
yang dia buat dalam waktu singkat. Namun, kenyataan tidak selalu sesuai dengan
apa yang diharapkan.

“Tidak ada kata
terima kasih, atau setidaknya memasang wajah tersanjung karena saya sudah
menyelesaikan gaun itu dalam waktu tiga hari. Faktanya dia malah komplain
karena katanya gaun ini terlalu seksi. Padahal, saya sudah membuat detail
belahan sesuai yang dia inginkan,” jelasnya dengan wajah kesal.

Tidak hanya sampai di
situ, Mellisa mendapat hinaan karena mematok harga yang menurut klien begitu
mahal. Dan, berakhir dengan kata-kata tidak mengenakkan sebab dirinya
dibanding-bandingkan oleh perancang busana lainnya.

“Perasaan? Jangan
ditanya lagi deh, hancur banget. Saya patok harga Rp 700 ribu, karena mintanya
mendadak. Malah dibandingkan dengan desainer lainnya. Bahkan perempuan ini
bilang, kalau saya harus mencontoh gaun yang indah dengan harga yang murah
seperti perancang busana lain,” ungkapnya kesal sambil meniru perkataan
kliennya.

Tidak ingin
memperpanjang urusan, akhirnya Mellisa memberi setengah harga yaitu Rp 300
ribu. “Bukan karena dibayar setengah harga. Tapi, sedih ketika saya sudah rela
mengorbankan waktu istirahat demi menciptakan gaun impiannya. Namun, dibalas
cemooh dan dibandingkan dengan desainer lain,” ujarnya kecewa.

Meski kesal, dia
mengaku ikhlas. Bahkan kisah itu selalu ada di ingatannya. Bukan karena dendam,
namun dijadikan pelajaran. Agar lain kali lebih bijak, dan tegas untuk tidak
menerima pesanan dalam waktu singkat. (*/nul*/rdm2)

Exit mobile version