27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Naila Novaranti Sukses Taklukkan Antartika

PELATIH dan penerjun payung
dari Indonesia, Naila Novaranti sukses melakukan terjun payung di benua
Antartika, Kamis (5/12). Aksinya itu ternyata bagian dari misinya dalam
menaklukan tujuh benua di Dunia dengan penerjunan payung.

Antartika atau wilayah Kutub
Selatan adalah salah satu tempat yang paling ekstrem di dunia. Selain tak
berpenduduk tetap dan sulit dijangkau, Antartika hanya dikunjungi bagi yang berkepentingan
seperti para peneliti atau ilmuwan, penjelajah, dan sedikit wisatawan.

Meski lokasi yang berbahaya,
Naila berhasil melakukan aksi terjun payung tepat di atas Kutub Selatan Bumi
sambil mengibarkan Bendera Merah Putih di Benua Antartika dari ketinggian
13.500 kaki (4.114 m). Sebelum aksi ini, pada 16 November 2018 yang lalu, Naila
pernah berhasil menaklukkan ketinggian Gunung Everst di Nepal.

Baca Juga :  MTsN 2 Sembelih Dua Ekor Sapi

“Alhamdulillah dan bersyukur
menjadi wanita Indonesia pertama dan tercepat di dunia dengan terjun payung
ke-7 Benua,” kata Naila Novaranti dalam keterangan tertulis, Jumat (13/12).

Peraih predikat ‘Women of The
Year 2019″ dan Ikon Pancasila itu sempat mengalami banyak kendala. Mulai dari
cuaca yang sangat dingin, lokasi yang tak terlihat, serta masalah dropping zone
atau tempat mendarat. Dia mengungkapkan seluruh daratan Antartika itu tertutup
es sehingga sulit mengetahui ketebalan lapisan es yang akan didarati.

“Jika salah keputusan
menghitung angin dan ketepatan mendarat salah, bisa membuat terperosok ke dalam
longsoran lapisan tipis es yang sangat tajam berjurang terjal,” ungkap Naila.

Di Antartika, Naila
menggunakan parasut yang berbeda dari biasanya. Ukuran parasut lebih besar
untuk menghadapi udara yang sangat tipis. Selain itu, penerjun juga menggunakan
pesawat De Haviland DHC-6 Twin Otter bermesin ganda bernama ILYUSHIN 1992.
Pesawat dilengkapi skid pendarat untuk pendaratan di wilayah beriklim salju.
“Ini pengalaman yang luar biasa sebagai penerjun payung dan saya merasa
bangga,” ujar ibu tiga anak ini.

Baca Juga :  3 Langkah Pengunaan Skin Care Sebelum Pakai Foundation

Kutub Selatan atau Antartika
yang menjadi lokasi penerjunan bagi Naila Novaranti adalah wilayah yang sangat jarang
dikunjungi oleh manusia. Meski begitu, Naila akhirnya bisa menyelesaikan
misinya di sana dengan memakan waktu beberapa hari saja untuk bisa sampai ke
lokasi Antartika.(jpc)

 

PELATIH dan penerjun payung
dari Indonesia, Naila Novaranti sukses melakukan terjun payung di benua
Antartika, Kamis (5/12). Aksinya itu ternyata bagian dari misinya dalam
menaklukan tujuh benua di Dunia dengan penerjunan payung.

Antartika atau wilayah Kutub
Selatan adalah salah satu tempat yang paling ekstrem di dunia. Selain tak
berpenduduk tetap dan sulit dijangkau, Antartika hanya dikunjungi bagi yang berkepentingan
seperti para peneliti atau ilmuwan, penjelajah, dan sedikit wisatawan.

Meski lokasi yang berbahaya,
Naila berhasil melakukan aksi terjun payung tepat di atas Kutub Selatan Bumi
sambil mengibarkan Bendera Merah Putih di Benua Antartika dari ketinggian
13.500 kaki (4.114 m). Sebelum aksi ini, pada 16 November 2018 yang lalu, Naila
pernah berhasil menaklukkan ketinggian Gunung Everst di Nepal.

Baca Juga :  MTsN 2 Sembelih Dua Ekor Sapi

“Alhamdulillah dan bersyukur
menjadi wanita Indonesia pertama dan tercepat di dunia dengan terjun payung
ke-7 Benua,” kata Naila Novaranti dalam keterangan tertulis, Jumat (13/12).

Peraih predikat ‘Women of The
Year 2019″ dan Ikon Pancasila itu sempat mengalami banyak kendala. Mulai dari
cuaca yang sangat dingin, lokasi yang tak terlihat, serta masalah dropping zone
atau tempat mendarat. Dia mengungkapkan seluruh daratan Antartika itu tertutup
es sehingga sulit mengetahui ketebalan lapisan es yang akan didarati.

“Jika salah keputusan
menghitung angin dan ketepatan mendarat salah, bisa membuat terperosok ke dalam
longsoran lapisan tipis es yang sangat tajam berjurang terjal,” ungkap Naila.

Di Antartika, Naila
menggunakan parasut yang berbeda dari biasanya. Ukuran parasut lebih besar
untuk menghadapi udara yang sangat tipis. Selain itu, penerjun juga menggunakan
pesawat De Haviland DHC-6 Twin Otter bermesin ganda bernama ILYUSHIN 1992.
Pesawat dilengkapi skid pendarat untuk pendaratan di wilayah beriklim salju.
“Ini pengalaman yang luar biasa sebagai penerjun payung dan saya merasa
bangga,” ujar ibu tiga anak ini.

Baca Juga :  3 Langkah Pengunaan Skin Care Sebelum Pakai Foundation

Kutub Selatan atau Antartika
yang menjadi lokasi penerjunan bagi Naila Novaranti adalah wilayah yang sangat jarang
dikunjungi oleh manusia. Meski begitu, Naila akhirnya bisa menyelesaikan
misinya di sana dengan memakan waktu beberapa hari saja untuk bisa sampai ke
lokasi Antartika.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru