27.8 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

TV Bekas Jadi Robot, Miniatur Suramadu dari Rokok

Kampung
Pintar di Kecamatan Bubutan menjadi primadona pelajar dan mahasiswa untuk studi
banding. Mereka kesengsem dengan kreativitas warga yang tinggal di RT 3, RW 2,
Kelurahan Bubutan, tersebut dalam mengolah limbah menjadi produk yang unik dan
bernilai tinggi.

Dua
robot berdiri di dekat gapura Jalan Tembok Gede III, RT 3, RW 2, Kelurahan
Bubutan. Bentuk dan ukurannya berbeda. Satu robot memiliki tinggi sekitar 2
meter. Sementara itu, satunya lebih pendek.

Saat
mendekat, makin tampak keunikan robot. Seluruh bagian tubuhnya dirancang dari
limbah elektronik. Kepalanya berasal dari TV dan helm bekas. ”Seluruh warga
Tembok Gede diminta menaati protokol kesehatan. Semuanya wajib jaga jarak,”
kata robot yang mengeluarkan suara saat didekati tersebut. Robot yang
berwarna-warni itu tampak unik. Selain bisa berbicara, kepalanya terus menoleh
ke kanan dan kiri.

”Dulu
namanya Robot SSC. Sekarang jadi Robot Kampung Pintar,” kata Aseyan, ketua RT
3, RW 2, Kelurahan Bubutan, saat menemani Jawa Pos pada Rabu (30/9). Pria
tersebut merupakan kreator lahirnya Kampung Pintar. Dia adalah penggagas
pembuatan robot dan beberapa mainan lainnya.

Baca Juga :  Ajak Anak Ikut Lestarikan Laut dan Lingkungan lewat Fashion

Menurut
Aseyan, robot di Kampung Pintar belum lama dibuat. Karena cukup sulit,
pembuatannya memakan waktu sebulan. Terutama merangkai bagian kaki dan
tangannya. ”Saya pastikan seluruh bahannya dari limbah. Kami sengaja memanfaatkan
barang bekas,” tegasnya.

Robot
yang membawa tameng dibuat dari 20 PJU (penerangan jalan umum) bekas. Untuk
merancangnya, Aseyan mengaku tak sendirian. Bapak dua anak itu dibantu beberapa
warga untuk membuat robot bisa berdiri.

Ternyata,
karya Aseyan bukan hanya satu. Ada satu lagi robot yang juga sering difoto
warga. Namanya robot Paijo. Robot itu juga diletakkan di gapura pintu masuk
Jalan Tembok Gede III.

Berbeda
dengan Robot Kampung Pintar, Paijo lebih mungil. Robot itu dibuat dari lampu
dan TV bekas. Paijo diciptakan sebagai simbol kekompakan warga untuk menjaga
kebersihan lingkungan. Karena itu, robot tersebut tak bisa lepas dari sapu di
tangannya.

Bersama
masyarakat, Aseyan tidak hanya menghijaukan Jalan Tembok Gede III. Masyarakat
juga menghias jalan dengan berbagai mainan dari daur ulang. Hasil karya warga
tersebut tampak menarik dan menghibur.

Baca Juga :  Lagi Trend, Ghosting Apaan Sih? Ini Penjelasannya

Ketua
RT 3, RW 2, Tembok Gede, Aseyan memeriksa bibit lele yang juga dibudidayakan di
sana. (Ahmad Khusaini/Jawa Pos)

Banyak
kerajinan berbahan limbah yang tersebar di Kampung Pintar. Mulai motor dari ban
bekas, patung buaya dari plastik bekas, hingga pot dari limbah elektronik.
Aseyan juga dibantu warga dalam merancang miniatur Jembatan Suramadu dari
puntung rokok.

Ada
600 puntung rokok yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan. Puntung dikumpulkan
dari warung ke warung di Kelurahan Bubutan.

Menurut
Aseyan, keberadaan robot tidak saja berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga
sebagai penghibur anak-anak. Bukan hanya warga kampung lain, banyak mahasiswa
yang mendatangi rumah Aseyan untuk menimba ilmu.

Aseyan
bercerita jika dulu kampungnya sama sekali tak tertata. Tidak ada tempat
sampah. Suasana di jalan permukiman cenderung panas dan gersang.

Kini
kondisinya telah berubah. Tidak saja berhias ornamen dari barang bekas, Jalan
Tembok Gede III juga sudah hijau. Selain tanaman hidroponik, jalan kampung
ditanami markisa.

Kampung
Pintar di Kecamatan Bubutan menjadi primadona pelajar dan mahasiswa untuk studi
banding. Mereka kesengsem dengan kreativitas warga yang tinggal di RT 3, RW 2,
Kelurahan Bubutan, tersebut dalam mengolah limbah menjadi produk yang unik dan
bernilai tinggi.

Dua
robot berdiri di dekat gapura Jalan Tembok Gede III, RT 3, RW 2, Kelurahan
Bubutan. Bentuk dan ukurannya berbeda. Satu robot memiliki tinggi sekitar 2
meter. Sementara itu, satunya lebih pendek.

Saat
mendekat, makin tampak keunikan robot. Seluruh bagian tubuhnya dirancang dari
limbah elektronik. Kepalanya berasal dari TV dan helm bekas. ”Seluruh warga
Tembok Gede diminta menaati protokol kesehatan. Semuanya wajib jaga jarak,”
kata robot yang mengeluarkan suara saat didekati tersebut. Robot yang
berwarna-warni itu tampak unik. Selain bisa berbicara, kepalanya terus menoleh
ke kanan dan kiri.

”Dulu
namanya Robot SSC. Sekarang jadi Robot Kampung Pintar,” kata Aseyan, ketua RT
3, RW 2, Kelurahan Bubutan, saat menemani Jawa Pos pada Rabu (30/9). Pria
tersebut merupakan kreator lahirnya Kampung Pintar. Dia adalah penggagas
pembuatan robot dan beberapa mainan lainnya.

Baca Juga :  Ajak Anak Ikut Lestarikan Laut dan Lingkungan lewat Fashion

Menurut
Aseyan, robot di Kampung Pintar belum lama dibuat. Karena cukup sulit,
pembuatannya memakan waktu sebulan. Terutama merangkai bagian kaki dan
tangannya. ”Saya pastikan seluruh bahannya dari limbah. Kami sengaja memanfaatkan
barang bekas,” tegasnya.

Robot
yang membawa tameng dibuat dari 20 PJU (penerangan jalan umum) bekas. Untuk
merancangnya, Aseyan mengaku tak sendirian. Bapak dua anak itu dibantu beberapa
warga untuk membuat robot bisa berdiri.

Ternyata,
karya Aseyan bukan hanya satu. Ada satu lagi robot yang juga sering difoto
warga. Namanya robot Paijo. Robot itu juga diletakkan di gapura pintu masuk
Jalan Tembok Gede III.

Berbeda
dengan Robot Kampung Pintar, Paijo lebih mungil. Robot itu dibuat dari lampu
dan TV bekas. Paijo diciptakan sebagai simbol kekompakan warga untuk menjaga
kebersihan lingkungan. Karena itu, robot tersebut tak bisa lepas dari sapu di
tangannya.

Bersama
masyarakat, Aseyan tidak hanya menghijaukan Jalan Tembok Gede III. Masyarakat
juga menghias jalan dengan berbagai mainan dari daur ulang. Hasil karya warga
tersebut tampak menarik dan menghibur.

Baca Juga :  Lagi Trend, Ghosting Apaan Sih? Ini Penjelasannya

Ketua
RT 3, RW 2, Tembok Gede, Aseyan memeriksa bibit lele yang juga dibudidayakan di
sana. (Ahmad Khusaini/Jawa Pos)

Banyak
kerajinan berbahan limbah yang tersebar di Kampung Pintar. Mulai motor dari ban
bekas, patung buaya dari plastik bekas, hingga pot dari limbah elektronik.
Aseyan juga dibantu warga dalam merancang miniatur Jembatan Suramadu dari
puntung rokok.

Ada
600 puntung rokok yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan. Puntung dikumpulkan
dari warung ke warung di Kelurahan Bubutan.

Menurut
Aseyan, keberadaan robot tidak saja berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga
sebagai penghibur anak-anak. Bukan hanya warga kampung lain, banyak mahasiswa
yang mendatangi rumah Aseyan untuk menimba ilmu.

Aseyan
bercerita jika dulu kampungnya sama sekali tak tertata. Tidak ada tempat
sampah. Suasana di jalan permukiman cenderung panas dan gersang.

Kini
kondisinya telah berubah. Tidak saja berhias ornamen dari barang bekas, Jalan
Tembok Gede III juga sudah hijau. Selain tanaman hidroponik, jalan kampung
ditanami markisa.

Terpopuler

Artikel Terbaru