PROKALTENG.CO – Suara Pak Suyuti masih saja menggema dalam ruang
kelas XII Akuntansi 2. Namun Asta hanya melamun dan menatap lesu ke arah meja.
Pagi itu adalah pertama kalinya
Asta tidak bersemangat belajar IPS. Dia benar-benar risau hanya karena
kehilangan satu buah benda yang sangat dicintainya.
Pulpen pemberian kakeknya. Meski
terbuat dari bambu, tetapi pulpen itu sangat berharga baginya. Kapanpun selalu
Asta pakai, jika tintanya habis ia hanya cukup mengganti isinya.
Setelah tiga pekan berlalu, Asta
terus memperlihatkan raut wajah yang sama. Pulpen itu masih dalam
persembunyiannya.
Tempat duduk Asta berdekatan
dengan jendela kelas. Sejak sepekan lalu, ia terus kebingungan menatap ke arah
jendela. Bukan kaca jendelanya, tetapi kusennya. Ada sesuatu yang terletak di
sana. Sebuah pulpen.
Yang paling mengherankan, Warna
dan motif pulpen selalu berbeda. Sudah ada sejak dia belum datang ke sekolah.
Hari pertama, pulpen berwarna
pink dengan motif Hello Kitty. Kemudian berwarna biru dengan motif Doraemon,
lalu kuning dengan gambar Winnie The Pooh. Di hari-hari berikutnya selalu
berbeda.
Entah siapa yang sengaja
meletakkan benda itu di sana. Hari-hari sebelumnya Asta tidak pernah tertarik
untuk menyentuhnya. Karena penasaran, ia mencoba mengamati benda tersebut lebih
dekat.
Ekspresi wajah Asta seketika
berubah. “To: Astaâ€. Benar! Benda itu sengaja diletakkan di kusen jendela
karena memang diberikan kepada Asta.
“Aku harus tahu siapa pelakuya,â€
ujar Asta dalam hati. Ia semakin bertekad untuk mecoba menemukan pelakunya.
Keesokannya, Asta berangkat ke
sekolah lebih pagi dari biasanya. Ia harus sampai di sekolah sebelum pulpen itu
ada di kusen jendela.
Sekolah masih sangat sepi.
Sesegera mungkin Asta membuka pintu kelas dan berlari menuju kusen jendela.
Hari pertama tidak berhasil.
Pulpen itu sudah lebih dahulu ada di sana.
Keesokan harinya, Asta lagi-lagi
tidak bisa menemukan orang yang menaruh pulpen di kusen jendela. Begitu
seterusnya hingga hari kelima.
Asta bahkan sudah mencoba
berangkat setelah salat subuh meskipun hari masih gelap. Ia tetap memberanikan
diri memanjati pagar dan segera berlari menuju kelasnya hanya untuk memastikan
pulpen itu tidak mendahuluinya datang.
“Sial! Orang itu cepat sekali,â€
geram Asta.
“Apa mungkin dia meletakkannya
pada tengah malam? Setelah pulang sekolah? Atau bisa jadi hantu yang
melakukannya?.â€
Pikiran Asta makin tidak karuan.
Sampai-sampai ia kepikiran dengan hantu.
Esok paginya, waktu menunjukkan
pukul 05.40. Asta sudah melangkahkan kaki ke sekolah. Saat berjalan di lorong
kelas, ia tiba-tiba berpapasan dengan Akmal.
“Oh! Jadi kamu yang selalu
meletakkan benda itu di kusen jendela? Ayo ngaku!,†tiba-tiba Asta berteriak.
“Apa sih! Aku mau ambil absen di
ruang guru. Lagian kelasku kan bersebelahan dengan kelasmu. Wajar saja aku lewat
sini,†jawab Akmal dengan sangat santai.
Tak ada ekspresi gugup atau
terkejut mendengar suara teriakan Asta. Benar. Akmal adalah laki-laki yang cuek
dan pendiam. Mustahil dia melakukan hal gila itu. Akmal dan Asta sama sekali
tidak saling akrab.
Jam pelajaran pertama dimulai.
Asta kini mengambil benda itu dari kusen jendela dan menggunakannya untuk
menulis. Tidak peduli siapa yang sengaja melakukannya. Tetapi Asta tahu orang
itu sangat peduli padanya.(*)
(ASNI TAHIR. Siswi SMKN 2 Sidrap,
IG @asnitahireinstein)