25.4 C
Jakarta
Saturday, March 15, 2025

Kabel Semrawut

LANGIT Kalimantan Tengah kian sesak. Bukan oleh awan mendung. Bukan oleh kabut asap. Tapi oleh kabel yang menjuntai sembarangan.

Listrik. Telekomunikasi. Internet. Semua melilit. Semua kusut. Seperti akar gantung di hutan tropis.

Gubernur H. Sugianto Sabran gerah. Di mana-mana, pemandangan sama. Kabel melintang di jalan. Menjuntai di tiang.

“Segera benahi!” tegasnya.

Ia tak mau menunggu ada korban. Tak ingin mendengar kabel putus menimpa pengendara. Tak ingin ada kebakaran akibat arus pendek. Tak ingin ada kecelakaan karena infrastruktur dibiarkan tak terurus.

Masalah ini bukan sekadar estetika. Ini soal keselamatan. Kabel yang menggantung sembarangan bisa tersangkut. Bisa roboh. Bisa memicu bencana.

Siapa yang bertanggung jawab? PLN? Operator telekomunikasi? Penyedia layanan internet? Atau semuanya?

Baca Juga :  Direktur Utama PLN Jadi Indonesia Best 50 CEO di Tahun 2023

Masalah ini bukan baru. Sudah bertahun-tahun. Semua tahu. Semua melihat. Tapi tak ada yang benar-benar peduli. Sampai akhirnya Gubernur turun tangan.

“Saya minta ada tindakan nyata,” katanya.

Ia ingin ada koordinasi. Semua pihak harus duduk bersama. Cari solusi. Jangan saling tunggu. Jangan saling lempar tanggung jawab.

Gubernur tak mau hanya sekadar imbauan. Ia ingin aksi nyata. Cepat. Rapi. Aman.

Beberapa daerah mulai berbenah. Kabel yang tak terpakai dipotong. Yang menjuntai diatur ulang. Yang semrawut dirapikan. Tapi masih jauh dari kata tuntas.

Di kota-kota besar dunia, semua kabel sudah masuk ke bawah tanah. Tak ada lagi tiang listrik penuh lilitan kabel. Tak ada lagi benang kusut di langit.

Baca Juga :  PLN, Power Wheeling, dan Dilema Skema ToP

Bisakah Kalteng seperti itu?

Gubernur yakin. Bisa. Asal ada kemauan. Asal semua mau bergerak. Asal ada ketegasan dalam eksekusi.

Langit Kalteng seharusnya bersih. Tak boleh lagi dipenuhi sarang laba-laba raksasa seperti ini. (*)

* Eko Supriadi, pewarta prokalteng.co

LANGIT Kalimantan Tengah kian sesak. Bukan oleh awan mendung. Bukan oleh kabut asap. Tapi oleh kabel yang menjuntai sembarangan.

Listrik. Telekomunikasi. Internet. Semua melilit. Semua kusut. Seperti akar gantung di hutan tropis.

Gubernur H. Sugianto Sabran gerah. Di mana-mana, pemandangan sama. Kabel melintang di jalan. Menjuntai di tiang.

“Segera benahi!” tegasnya.

Ia tak mau menunggu ada korban. Tak ingin mendengar kabel putus menimpa pengendara. Tak ingin ada kebakaran akibat arus pendek. Tak ingin ada kecelakaan karena infrastruktur dibiarkan tak terurus.

Masalah ini bukan sekadar estetika. Ini soal keselamatan. Kabel yang menggantung sembarangan bisa tersangkut. Bisa roboh. Bisa memicu bencana.

Siapa yang bertanggung jawab? PLN? Operator telekomunikasi? Penyedia layanan internet? Atau semuanya?

Baca Juga :  Direktur Utama PLN Jadi Indonesia Best 50 CEO di Tahun 2023

Masalah ini bukan baru. Sudah bertahun-tahun. Semua tahu. Semua melihat. Tapi tak ada yang benar-benar peduli. Sampai akhirnya Gubernur turun tangan.

“Saya minta ada tindakan nyata,” katanya.

Ia ingin ada koordinasi. Semua pihak harus duduk bersama. Cari solusi. Jangan saling tunggu. Jangan saling lempar tanggung jawab.

Gubernur tak mau hanya sekadar imbauan. Ia ingin aksi nyata. Cepat. Rapi. Aman.

Beberapa daerah mulai berbenah. Kabel yang tak terpakai dipotong. Yang menjuntai diatur ulang. Yang semrawut dirapikan. Tapi masih jauh dari kata tuntas.

Di kota-kota besar dunia, semua kabel sudah masuk ke bawah tanah. Tak ada lagi tiang listrik penuh lilitan kabel. Tak ada lagi benang kusut di langit.

Baca Juga :  PLN, Power Wheeling, dan Dilema Skema ToP

Bisakah Kalteng seperti itu?

Gubernur yakin. Bisa. Asal ada kemauan. Asal semua mau bergerak. Asal ada ketegasan dalam eksekusi.

Langit Kalteng seharusnya bersih. Tak boleh lagi dipenuhi sarang laba-laba raksasa seperti ini. (*)

* Eko Supriadi, pewarta prokalteng.co

Terpopuler

Artikel Terbaru