Saya, Butet Kartaredjasa, dan banyak spiritualis lainnya sedang sibuk memikirkan cara mengundang roh pakar metafisika Arkand Bodhana Zeshaprajna yang dikenal telah memberi nama Nusantara untuk ibu kota baru Indonesia di Pulau Kalimantan.
SUATU malam kami berkumpul di sebuah rumah yang katanya wingit. Rumah peninggalan zaman kolonial Belanda yang pada waktu tertentu akan sangat menakutkan bagi warga di sekitarnya.
Menurut penduduk di sekitar rumah itu, suara aneh yang keluar jika malam dari arah rumah itu macam-macam. Bisa lolongan anjing, suara tawa perempuan, suara laki-laki menyanyi, dan lainnya.
Tentu kami percaya dunia gaib memang ada dan oleh sebab itu kami berniat mengundang roh kawan kami Arkand Bodhana Zeshaprajna di rumah itu.
Kami pun berkumpul duduk di lantai yang sudah dibersihkan. Kami duduk melingkar. Lalu di antara kami menyepakati cara paling baik untuk mengundang roh Arkand Bodhana Zeshaprajna.
”Cara paling bagus seperti bermain jailangkung. Persis seperti ketika aku bermain di film Jailangkung juga,” celetuk Butet Kartaredjasa.
”Asu. Kita semua orang hebat di sini, para spiritualis lagi, ternyata hanya punya satu cara itu. Wah, memalukan,” respons salah satu spiritualis.
”Kalau tidak ada cara lain ya tidak usah protes. Gitu saja kok repot,” tukas Butet Kartaredjasa sembari memonyongkan bibirnya yang khas. Sebagai pengecer jasa hiburan melalui mulut branding bibir Butet Kartaredjasa memang bernilai jual mahal.
Seperti biasanya Butet Kartaredjasa dan spiritualis lainnya tetap suka bercanda dalam situasi apa pun.
Sayalah orang yang memulai ritual mengundang roh itu. Dibantu spiritualis lainnya. Memang hanya satu orang yang bukan spiritualis dalam lingkaran itu, yaitu Butet Kartaredjasa sendiri.
Hanya dalam waktu kurang dari setengah jam roh Arkand Bodhana Zeshaprajna memang datang. Tangan saya sebagai media perpanjangan roh yang datang itu spontan menuliskan sesuatu di kertas tebal, panjang, dan besar. Kami siapkan kertas banyak.
Ketika saya tanya siapa yang datang dan masuk tubuh saya, dijawab oleh tulisan dalam tangan saya yang bergerak refleks secepat kedipan mata: Arkand Bodhana Zeshaprajna.
Saya jelaskan pula bahwa maksud kedatangan kami adalah untuk reuni. Kami merindukan dia. Kami ingin kembali bercanda dengannya. Sebagai sesama orang Jogjakarta kami ingin kembali bisa saling meledek.
Tapi tiba-tiba saja di tengah situasi yang khusyuk itu Butet Kartaredjasa kesurupan.
”Waduh Butet Kartaredjasa kelenger!” pekik saya.
”Asu Butet Kartaredjasa malah ngrepoti. Mungkin karena dia bukan spiritualis jadinya begini,” umpat salah seorang spiritualis.
”Lha itu, ini medan khusus spiritualis. Sudah nggak usah bertengkar, sekarang siapa yang mengurusi Butet Kartaredjasa kesurupan,” ujar salah seorang di antara kami.
”Lha tadi yang mengajak siapa? Yang mengajak harus bertanggung jawab mengurusi Butet Kartaredjasa!” gugat seorang spiritualis lainnya.
”Asu tenan kok. Besok lagi nggak usah mengajak Butet Kartaredjasa kalau urusan begini,” gerutu yang lain lagi.
Mau tidak mau di antara kami kemudian mengurusi Butet Kartaredjasa yang sedang kesurupan. Saya masih harus terus berkomunikasi dengan roh Arkand Bodhana Zeshaprajna. Komunikasi kami harus tuntas. Dalam etika mengundang roh apa pun yang terjadi tidak boleh ada yang memutus ritual.
Saya terus menanyakan pada roh yang masuk di dalam tubuh saya untuk menjawab banyak hal. Roh itu ternyata juga menanyakan bagaimana kabar Butet Kartaredjasa. Terjawab juga melalui tulisan tangan bahwa Butet Kartaredjasa sedang kesurupan. Kami pun terus berkomunikasi secara hangat.
Begitu terus sampai tulisan dalam kertas panjang, besar, dan lebar itu penuh coretan spidol merah. Bahkan pertemuan itu menghabiskan banyak spidol merah. Bisa dibayangkan begitu panjang percakapan kami.
Sepanjang percakapan berupa ritual mendatangkan roh hampir satu jam itu Butet Kartaredjasa juga terus kesurupan. Percakapan saya dengan roh Arkand Bodhana Zeshaprajna pun tersimpulkan bahwa Butet Kartaredjasa kesurupan oleh roh entah siapa.
”Bukan aku yang membuat Butet Kartaredjasa kesurupan, ya. Ada roh lain yang ngisruh,” tutur roh Arkand Bodhana Zeshaprajna.
Itu kalimat terakhir perjumpaan kami. Hingga akhirnya kami fokus pada Butet Kartaredjasa yang tak henti kesurupan.
***
Kesurupan Butet Kartaredjasa hilang setelah seorang spiritualis berinisiatif membawakan tanaman tebu wuluh.
”Sesaplah air tebu wuluh ini, wahai roh entah siapa kamu,” celetuk salah seorang spiritualis.
”Kok tahu aku suka sesap air batang tebu wuluh,” jawab roh misterius itu melalui mulut Butet Kartaredjasa.
”Aku tahu apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Kamu tidak butuh Butet Kartaredjasa. Kamu butuh enaknya air tebu wuluh saja,” lanjut spiritualis yang menangani Butet Kartaredjasa itu.
”Baiklah. Terima kasih. Aku akan pergi. Tapi ingat, permainan ini belum selesai,” tukas roh misterius itu dan menghilang.
Mulut Butet Kartaredjasa tiba-tiba mendengkur keras. Lima menit. Habis itu dia siuman. Persis seperti bangun tidur lelap.
Butet Kartaredjasa kemudian menceritakan pengalamannya kesurupan. Kata Butet Kartaredjasa, dia seperti tamasya ke dunia yang sangat menyenangkan. Banyak bidadari mengerubungi, semua lebih cantik dari Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Kami para spiritualis tumben terkesima. Sebenarnya, pemandangan seperti ini bukan hal yang baru dan aneh. Tapi, baru kali ini kami mendengar ada roh yang bisa mengancam bahwa permainan belum selesai.
Itu semua kami sampaikan juga kepada Butet Kartaredjasa. Biasanya, setelah dibawakan sesuatu oleh yang disukai roh, roh yang bersangkutan akan pergi secara sempurna. Perjanjian di antara roh dan orang yang mengusir pun tuntas saat itu juga. Tidak ada buntut berkepanjangan.
”Waduh, rohnya masih mengancam to?” tanya Butet Kartaredjasa.
”Iya. Tapi itu tidak usah kamu pikirkan dalam-dalam. Kami para spiritualis siap menjadi tamengmu,” jawab saya ringkas. Saya berharap Butet Kartaredjasa tidak stres memikirkan pengalaman gaib itu.
***
Tibalah mewujudkan ide untuk memamerkan berlembar-lembar tulisan tangan berspidol merah hasil rekaman percakapan dengan roh Arkand Bodhana Zeshaprajna. Kami pastikan memamerkannya bertepatan dengan tanggal kelahiran Arkand Bodhana Zeshaprajna.
Tentu saja pengunjung yang datang di pameran penuh. Luber. Pengunjung pameran menjadi yakin apa yang dipamerkan memang merupakan hasil percakapan otentik dengan roh Arkand Bodhana Zeshaprajna karena disajikan juga video hasil rekaman proses ritual secara lengkap dan utuh. Mulai awal hingga akhir. Bahkan mulai awal Butet Kartaredjasa kesurupan hingga akhir roh misterius dari tubuhnya minggat, rekaman videonya juga ada.
Jadilah pameran saat itu bernilai fenomenal dan kontroversial tidak hanya di jagat dalam negeri, namun juga luar negeri.
Para perupa, kolektor, penggila benda antik, penggila dunia gaib, pejabat, mantan koruptor, terpidana yang bisa bebas mencuri waktu untuk jalan-jalan dengan wajah dan rambut dipoles, mahasiswa, dosen, artis, politisi, tentara, wartawan, copet, kaum transgender, kaum transseksual, difabel, petani, pedagang, pelajar, kiai, biksu, pendeta, pastor, santri, dan status sosial lain tumpah ruah memenuhi ruang pamer yang meluber hingga jalan raya.
Hingga pihak event organizer pameran berinisiatif memajang banyak videotron di halaman galeri dan pinggir jalan agar khalayak luas bisa menikmati seperti berada dalam ruang pameran. Bisa menyaksikan pula secara langsung peristiwa yang super menggetarkan itu.
Pameran yang diadakan di Museum Benteng Vredeburg Jogjakarta itu sampai memacetkan jalanan di sekitarnya. Titik Nol Kilometer Jogjakarta macet total tujuh jam.
Helikopter kepolisian dikerahkan untuk memantau situasi. Masyarakat sungguh bahagia dan ingar bingar dengan adanya pameran itu. Meskipun masyarakat juga bisa menyaksikan melalui media sosial secara live streaming, tampaknya mereka lebih puas jika mendatangi area lokasi pameran secara langsung.
Museum Rekor Indonesia milik Jaya Suprana dan lembaga pemberi penghargaan rekor secara internasional lainnya juga langsung memberikan apresiasi tinggi sebagai pameran terheboh di dunia berbasis rekaman otentik percakapan dengan roh.
Pameran itu sendiri digelar seminggu dan setiap harinya selalu penuh. Pameran juga dijaga ketat oleh polisi bersenjata lengkap, seperti menghadapi teroris, siap tembak jika pengunjung menyentuh batas ruang pameran.
***
Usai pameran, sebagai inisiator pameran, para spiritualis dan Butet Kartaredjasa kembali berkumpul. Mereka memperbincangkan event dahsyat yang pernah digelar.
”Kalau hasil percakapan dengan roh Arkand Bodhana Zeshaprajna saja bisa kita pamerkan, bagaimana kalau kita ke depan memamerkan tokoh-tokoh lain? Memanggil roh Presiden Soekarno untuk bicara soal G 30 S/PKI misalnya? Atau bahkan Aidit dan juga Nyoto? Artinya juga kita jadi tahu di mana Wiji Thukul Wijaya dan orang-orang yang hilang sebenarnya berada?” cetus salah seorang spiritualis.
”Asu. Jadinya kita akan kaya raya sebab jualan roh,” pangkas Butet Kartaredjasa.
”Hahaha….”
”Hahaha….”
”Hahaha….”
Tawa kami meledak.
***
Sehari setelah saya, Butet Kartaredjasa, dan para spiritualis inisiator pameran itu membubarkan kepanitiaan, ternyata Butet Kartaredjasa dinyatakan hilang! Dipastikan, Butet Kartaredjasa hilang di dalam rumahnya sendiri! Kesaksian istri Butet Kartaredjasa, terakhir Butet Kartaredjasa duduk di kursi dekat meja tengah, meja yang biasa untuk nongkrong keluarga dan para tamu khusus.
Terakhir dia masih menghadap laptop dan istrinya sedang membuatkan minum, begitu balik ke arah Butet Kartaredjasa ternyata sudah tidak ada. Padahal hanya berjarak sekitar sepuluh menit. Dipastikan juga semua pintu rumah masih terkunci karena pagi hari. Belum ada tamu atau penghuni rumah yang keluar rumah. Semua masih terkunci rapat.
CCTV di rumah Butet Kartaredjasa yang hanya mengarah ke titik tertentu juga bersih dari kunjungan orang. Atap rumah juga tidak jebol. Lalu, ke manakah Butet Kartaredjasa hilang?
Istri Butet Kartaredjasa pun panik. Lalu istri Butet Kartaredjasa meminta bantuan orang terdekat untuk mencarikan hacker siapa tahu hilangnya Butet Kartaredjasa masih bisa diusut.
Berkat jejaring pertemanan dengan perupa Jumaldi Alfi, hacker paling bagus di Jogjakarta pun bisa datang membantu membuktikan bahwa Butet Kartaredjasa memang hilang di kursi yang terakhir ia duduki.
Luar biasa! Mukjizat teknologi melalui jasa hacker membuktikan bahwa Butet Kartaredjasa memang hilang mendadak dari kursi terakhir yang ia duduki itu! Cling!!! Lenyap!!! Simsalabim!!! Abrakadabra!!!
Barulah kemudian istri Butet Kartaredjasa membuat siaran pers menyatakan soal hilangnya sang suami.
Dunia mendadak gempar. Wartawan yang datang mendokumentasikan kalimat terakhir yang dituliskan Butet Kartaredjasa di laptop.
Di tengah situasi itu pula, saya wakil dari para spiritualis yang dekat dengan Butet Kartaredjasa menyatakan bingung apakah hilangnya Butet Kartaredjasa itu adalah bagian dari ancaman roh misterius yang pernah singgah di tubuh Butet Kartaredjasa saat melakukan ritual memanggil roh Arkand Bodhana Zeshaprajna.
”Saya wakil para spiritualis tidak berani spekulatif menyatakan ada kaitannya dengan ancaman roh misterius itu. Tapi, hal itu juga membuat kami bertanya-tanya,” papar saya singkat saat jumpa pers soal menghilangnya Butet Kartaredjasa. Saya sampaikan usai istri Butet Kartaredjasa memaparkan kronologi kejadian.
Polisi pun bingung bagaimana menangani peristiwa itu. Banyak miliarder bahkan triliuner di dunia ini hilang dengan penyebab yang mudah ditemukan. Misalnya Jack Ma dan Bao Fan. Tapi, motif menghilangnya Butet Kartaredjasa ini benar-benar sukar dirunut.
Media sosial pun ramai membicarakan hilangnya Butet Kartaredjasa. Video rekaman yang menayangkan tulisan terakhir Butet Kartaredjasa di laptop juga sontak beredar luas.
Berminggu-minggu, berbulan-bulan, Butet Kartaredjasa sudah lenyap. Pemberitaan mengenai Butet Kartaredjasa sendiri hanya berlangsung sekitar sebulan. Spiritualis dalam negeri dan luar negeri sudah angkat tangan. Seluruh jalan buntu untuk menemukan Butet Kartaredjasa. Jalan rasional dan irasional macet.
Saya secara iseng sendirian di rumah, kembali mengundang roh Arkand Bodhana Zeshaprajna. Saya tanyakan kepadanya apakah tahu menghilangnya Butet Kartaredjasa di mana? Sampai pada pertanyaan itu roh Arkand Bodhana Zeshaprajna tidak mau menjawab. Saya tanyakan tiga kali kepadanya tidak ada jawaban. Padahal jika bertanya hal lain selalu dijawab. Saya kembali menemui jalan buntu.
Jika Anda, para pembaca yang budiman, tahu ke mana menghilangnya Butet Kartaredjasa, kenapa dia sampai hilang, dan siapa yang mencuri Butet Kartaredjasa secara gaib, silakan menghubungi saya.
Saya akan berikan hadiah terindah kepada Anda, apa pun yang Anda mau. Sebagai spiritualis paling muda dan paling cantik di Jogjakarta, saya berharap Anda juga mau berjuang keras menemukan jawaban ke mana Butet Kartaredjasa pergi. Apakah Butet Kartaredjasa pergi sebagai tumbal kecantikan saya?
Jangan libatkan pandangan minor dan mencurigakan itu. Manusia harus bisa membuktikan jika ada sesuatu yang telah hilang dari depan matanya. Itulah ujian hakikat kemanusiaan sejati. Setidaknya itulah salah satu laku spiritualitas yang juga saya pelajari dan bernilai penting. (*)
Jogjakarta, 2023
—
SATMOKO BUDI SANTOSO, Lahir di Kulon Progo, Jogjakarta. Buku terbarunya Uang yang Terselip di Peci (Basabasi, 2022).