Site icon Prokalteng

Nasib Pedagang Atribut Khas Agustusan, Omzet Anjlok Modal Tak Kembali

nasib-pedagang-atribut-khas-agustusan-omzet-anjlok-modal-tak-kembali

Didi hanya bisa duduk termangu sembari memerhatikan lalu lalang kendaraan yang lewat. Sementara di dekatnya berjejer sejumlah bendera dan umbul-umbul merah putih yang digantung atau dibentangkan antara pepohonan.

Bahtiar Edy Faisal, Kuala Pembuang

Menyambut HUT ke-76 Kemerdekaan RI, penjual bendera merah putih dan umbul-umbul musiman khas Agustusan mulai terlihat di Kabupaten Seruyan, khususnya di Kota Kuala Pembuang.

Kemeriahan peringatan HUT Kemerdekaan RI yang dirayakan setiap bulan Agustus, tampaknya tahun ini akan kembali tak semeriah beberapa tahun lalu. Bukan saja hanya dari keramaian warga yang memeriahkan peringatan kemerdekaan yang menyepi, tapi juga pada berbagai atribut khas Agustusan.

Didi (40) salah satunya, pria asal Bandung, Jawa Barat (Jabar) ini sudah mulai berjualan sejak tiga hari terakhir di sekitaran Bundaran I samping Kantor PWI Kabupaten Seruyan.

"Bawa sedikit saja barang dagangannya, enggak berani bawa banyak-banyak kalau sekarang musimnya kayak begini (pendemi, Covid-19, red) ekonominya lagi kurang bagus. Bendera dan umbul-umbul nya ini saya bawa dari Jawa Barat," kata Didi, Kamis (29/7).

Penjual atau pedagang bendera merah putih dan umbul-umbul musiman ini juga mengakui, jika pendapatan atau omzetnya selama masa pendemi Covid-19 ini sangat jauh menurun jika dibandingkan dengan hari-hari normal sebelum pandemi.

Bahkan, bapak dua orang anak ini juga menceritakan untuk pendapatan sehari sebelum dilanda pandemi, dirinya bisa meraih pendapatan sekitar Rp300 ribuan. Namun, saat ini pendapat itu sudah mulai berkurang yaitu dalam sehari di masa pandemi pendapatan nya sekitar Rp100 ribu saja.

"Pendapatan sehari-hari kalau sebelum Corona  biasanya ya lumayan saja, kalau sekarang semenjak Corona menurun jauh omzet saya. Sehari paling bisa dapat 100 ribu pendapatan, kalau hari-hari normal biasanya dapat saja sekitar 300-400 ribu masih ada lebihnya," keluh Didi.

Pria yang tinggal di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ini mengakui sudah hampir lima tahun lebih menekuni pekerjaan nya sebagai penjual bendera, memang biasanya selain menjual bendera dia juga menjual aneka kain di Sampit, mulai dari seprei, sarung bantal maupun aneka kain lainnya.

"Jualan disini setiap tahun, biasanya kalau dekat 17 Agustusan jualan ke sini. Sebenarnya kalau musim gini memang hasil jualan bisa saja balik modal, cuman ya omzet yang di dapat menurun dari sebelum Corona. Ini dari puasa kemarin saya belum pulang ke Jawa, mau pulang sekarang repot harus ada syarat lainnya, segala swab PCR gitu," pungkasnya.

Exit mobile version