25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Tausiah Diselingi Pantun dan Lagu Islami

Di sela menunggu waktu
berbuka, di berbagai kegiatan buka puasa, biasa diisi dengan mendengarkan
siraman rohani. Pada umumnya penceramah adalah orang dewasa. Namun siapa sangka,
di Bumi Tambun Bungai ada seorang anak laki-laki yang sudah berani tampil
memberikan tausiah.

GILANG
RAHMAWATI,

Palangka Raya

==============================

MUHAMMAD Amin
Hafizhi Ash Shaddiq, nama anak laki-laki itu. Ramadan menjadi bulan berkah
baginya, karena di bulan suci ini ia sering dipanggil untuk memberikan tausiah.
Bukan hanya anak-anak saja yang diberinya siraman rohani, tapi juga orang
dewasa.

Kepada Kalteng Pos, ibunya,
Nurul Baiti menceritakan motivasi Hafizh (sapaan Muhammad Amin Hafizhi Ash
Shaddiq) untuk tampil menjadi dai cilik. Hafizh mulai belajar tausiah sejak
masih duduk di bangku PAUD. Kini usianya beranjak tujuh tahun pada 27 Juli ini.

“Ia tertarik untuk
menjadi dai cilik karena terinspirasi menjadi khatib dan imam setiap kali abinya
(ayah, red) mengajak salat berjemaah di masjid,” ucap Nurul membuka cerita,
Rabu (29/5).

Setelah itu, atas kemauan
sendiri, Hafizh mulai belajar tausiah dibimbing oleh ayahnya yang bernama
Hendra Lesmana. Dimulai dari sering melihat ceramah di youtube hingga diajarkan
untuk tampil di depan orang banyak.

Baca Juga :  Rindu Penggemar, Enggan Disebut Legenda Hidup

Hafizh yang bersekolah
di Sekolah Dasar (SD) Aisiyah Kasongan, Kabupaten Katingan, juga sering diajak
ayahnya untuk latihan setelah mengikuti pengajian. Membahas apa yang sudah
dilihat dan didengar. Biar semakin semangat dan termotivasi, Hafizh juga
diperlihatkan tayangan mengenai dai-dai cilik yang sudah berhasil.

“Yang paling utama,
kami sebagai orang tua harus konsisten dan intens mengajari sesuai
kemampuannya. Termasuk saat membuat materi, tentang intonasi suara, dan
retorika saat tampil. Semua selalu dilakukan di waktu senggang. Setelah salat
berjemaah di masjid langsung latihan,” ucap Nurul.

Kebetulan Hafizh
merupakan anak yang suka tampil di depan umum. Jadi, bila ada yang tanya kenapa
dirinya berani untuk memberikan tausiah di depan orang dewasa, Hafizh menjawab
karena dirinya suka dan sudah terbiasa.

“Dia sudah punya modal
percaya diri dan bisa mengimprovisasi isi ceramahnya sendiri sesuai pola
pikirnya,” tambah Nurul sekaligus menyebut, sebagai orang tua mereka sangat mendukung
untuk penyaluran bakat Hafizh.

Baca Juga :  Ombudsman RI Hadir untuk Berada di Tengah, Selektif Melakukan Investig

Anaknya yang lahir di
Kediri pada 2012 silam, akhirnya memiliki ciri khas tersendiri ketika
memberikan tausiah. Selalu ada pantun dan diselingi lagu-lagu Islami. Bahkan,
Hafizh tak lupa untuk tetap memasukan materi tausiahnya dengan hal yang lagi
viral di masyarakat.

“Hafizh selalu
interaktif. Yang paling khas adalah dia ini cadel. Huruf R belum sempurna
diucapkan,” ucap Nurul.

Rupanya, dai cilik yang
mengidolakan Ustaz Jeffri Al Bukhari, Ahmad Saud, dan Muzzammil Hasballah ini
punya cita-cita lain selain menjadi dai atau ustaz. Hafizh mengatakan ia ingin
menjadi seorang arsitek.

Keinginannya ini, ujar Nurul, didukung dengan
hobinya yang suka menggambar, baik menggambar animasi maupun rancangan kota.
Sebagai orang tua, ia berharap Hafizh bisa menjadi tahfiz Alquran dan
melanjutkan pendidikan ke Mesir. Tujuannya agar bakat berceramahnya bisa semakin
berkembang. (*/ce)

Di sela menunggu waktu
berbuka, di berbagai kegiatan buka puasa, biasa diisi dengan mendengarkan
siraman rohani. Pada umumnya penceramah adalah orang dewasa. Namun siapa sangka,
di Bumi Tambun Bungai ada seorang anak laki-laki yang sudah berani tampil
memberikan tausiah.

GILANG
RAHMAWATI,

Palangka Raya

==============================

MUHAMMAD Amin
Hafizhi Ash Shaddiq, nama anak laki-laki itu. Ramadan menjadi bulan berkah
baginya, karena di bulan suci ini ia sering dipanggil untuk memberikan tausiah.
Bukan hanya anak-anak saja yang diberinya siraman rohani, tapi juga orang
dewasa.

Kepada Kalteng Pos, ibunya,
Nurul Baiti menceritakan motivasi Hafizh (sapaan Muhammad Amin Hafizhi Ash
Shaddiq) untuk tampil menjadi dai cilik. Hafizh mulai belajar tausiah sejak
masih duduk di bangku PAUD. Kini usianya beranjak tujuh tahun pada 27 Juli ini.

“Ia tertarik untuk
menjadi dai cilik karena terinspirasi menjadi khatib dan imam setiap kali abinya
(ayah, red) mengajak salat berjemaah di masjid,” ucap Nurul membuka cerita,
Rabu (29/5).

Setelah itu, atas kemauan
sendiri, Hafizh mulai belajar tausiah dibimbing oleh ayahnya yang bernama
Hendra Lesmana. Dimulai dari sering melihat ceramah di youtube hingga diajarkan
untuk tampil di depan orang banyak.

Baca Juga :  Rindu Penggemar, Enggan Disebut Legenda Hidup

Hafizh yang bersekolah
di Sekolah Dasar (SD) Aisiyah Kasongan, Kabupaten Katingan, juga sering diajak
ayahnya untuk latihan setelah mengikuti pengajian. Membahas apa yang sudah
dilihat dan didengar. Biar semakin semangat dan termotivasi, Hafizh juga
diperlihatkan tayangan mengenai dai-dai cilik yang sudah berhasil.

“Yang paling utama,
kami sebagai orang tua harus konsisten dan intens mengajari sesuai
kemampuannya. Termasuk saat membuat materi, tentang intonasi suara, dan
retorika saat tampil. Semua selalu dilakukan di waktu senggang. Setelah salat
berjemaah di masjid langsung latihan,” ucap Nurul.

Kebetulan Hafizh
merupakan anak yang suka tampil di depan umum. Jadi, bila ada yang tanya kenapa
dirinya berani untuk memberikan tausiah di depan orang dewasa, Hafizh menjawab
karena dirinya suka dan sudah terbiasa.

“Dia sudah punya modal
percaya diri dan bisa mengimprovisasi isi ceramahnya sendiri sesuai pola
pikirnya,” tambah Nurul sekaligus menyebut, sebagai orang tua mereka sangat mendukung
untuk penyaluran bakat Hafizh.

Baca Juga :  Ombudsman RI Hadir untuk Berada di Tengah, Selektif Melakukan Investig

Anaknya yang lahir di
Kediri pada 2012 silam, akhirnya memiliki ciri khas tersendiri ketika
memberikan tausiah. Selalu ada pantun dan diselingi lagu-lagu Islami. Bahkan,
Hafizh tak lupa untuk tetap memasukan materi tausiahnya dengan hal yang lagi
viral di masyarakat.

“Hafizh selalu
interaktif. Yang paling khas adalah dia ini cadel. Huruf R belum sempurna
diucapkan,” ucap Nurul.

Rupanya, dai cilik yang
mengidolakan Ustaz Jeffri Al Bukhari, Ahmad Saud, dan Muzzammil Hasballah ini
punya cita-cita lain selain menjadi dai atau ustaz. Hafizh mengatakan ia ingin
menjadi seorang arsitek.

Keinginannya ini, ujar Nurul, didukung dengan
hobinya yang suka menggambar, baik menggambar animasi maupun rancangan kota.
Sebagai orang tua, ia berharap Hafizh bisa menjadi tahfiz Alquran dan
melanjutkan pendidikan ke Mesir. Tujuannya agar bakat berceramahnya bisa semakin
berkembang. (*/ce)

Terpopuler

Artikel Terbaru