29.6 C
Jakarta
Friday, September 27, 2024

Tuntutan Pembebasan Pilot Susi Air Jadi Aspirasi Warga yang Rawat Phillip Mehrtens

Dalam upaya mendekati penyandera, tim negosiator keluar masuk hutan dan melakukan berbagai pelayanan, mulai pendidikan, kesehatan, sampai makanan. Indonesia maupun Selandia Baru membantah adanya uang tebusan.

UNTUK kali pertama setelah hampir 600 hari, Phillip Mehrtens tidur di tempat tidur yang layak setelah dia dibebaskan dari penyanderaan pada Sabtu (21/9) pekan lalu. Ada istri dan anak yang mendampingi pilot 38 tahun itu di tempat tinggal mereka di Bali.

”Keluarganya sudah pasti sangat berbahagia,” kata Winston Peters, menteri luar negeri dan perdagangan Selandia Baru, seperti dikutip dari New Zealand Herald.

Peters menggambarkan negosiasi untuk membebaskan pilot Susi Air itu ”cukup menegangkan”.

”Kami harus menahan diri, tidak boleh terlalu terbawa perasaan dan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan peluang kami,” katanya.

Kuncinya Pendekatan Halus

Mehrtens, kata Asisten Operasi Polri Irjen Pol Verdianto Iskandar Bitticaca, sebenarnya akan dibebaskan pada 16 Maret lalu. Bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-38.

”Tapi, tertunda karena masih ada prosedur lain yang harus dipenuhi,” kata Verdianto kepada Cenderawasih Pos pada Minggu (22/9).

Verdianto tak menyebut apa yang dimaksud dengan ”prosedur lain yang harus dipenuhi”. Tapi, sejak Mehrtens disandera kelompok Egianus Kogoya, salah satu fasi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, proses negosiasi pembebasannya memang mengalami naik turun.

Tak lama setelah penyanderaan pada 7 Februari 2023 itu, Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sembom sempat menyebut Mehrtens tidak akan pernah dilepas sampai Indonesia mengakui kemerdekaan Papua. Pada Mei tahun yang sama, kelompok penyandera juga mengancam membunuh ayah satu anak itu kalau tuntutan pembicaraan tentang kemerdekaan Papua tak dipenuhi dalam dua bulan.

Baca Juga :  Dessy Oktavia Effendi, Siswa SLB yang Wakili Kalteng di Kancah Nasiona

Kepala Operasi Damai Cartenz 2024 Brigjen Pol Faizal Ramadhani menyampaikan, pihaknya selama ini mengedepankan upaya soft approach ketimbang hard approach. Pendekatan melalui tokoh agama, tokoh gereja, tokoh adat, dan keluarga dekat Egianus.

”Karena kita tahu, dalam sebuah operasi pembebasan, keselamatan sandera merupakan prioritas utama,” kata Kapolri Listyo Sigit Prabowo di hadapan tim negosiator yang dia undang ke Jakarta kemarin untuk menyampaikan apresiasinya.

Edison Gwijangge, mantan penjabat bupati Nduga yang termasuk dalam tim negosiator, menceritakan bagaimana dirinya keluar masuk hutan mengikuti ke mana Mehrtens dibawa. Di distrik-distrik tempat Mehrtens berada, tim yang dipimpin Edison melakukan pelayanan kepada masyarakat setempat.

Mulai pelayanan pendidikan, memberikan bahan makanan kepada masyarakat, pelayanan kesehatan, hingga melakukan komunikasi dengan pimpinan Kodap (Komando Daerah Pertahanan) III Egianus Kogoya dan jajarannya. ”Kami berikan pemahaman saat itu bahwa demi kemanusiaan pilot harus dibebaskan,” kata Edison.

Dari penuturan Edison tersebut, bisa diasumsikan bahwa aparat sebenarnya sudah lama mengetahui di mana pilot bernama lengkap Phillip Mark Mehrtens itu ditahan. Tapi, seperti disampaikan Faizal, soft approach atau pendekatan halus kuncinya.

Meski butuh waktu tidak sebentar, pendekatan halus itu membuahkan hasil. Pada 3 Agustus, Egianus mengeluarkan pernyataan, demi kemanusiaan, dirinya akan membebaskan Mehrtens.

Sikap Egianus itu, kata Edison, juga tak lepas dari tuntutan masyarakat di mana Mehrtens ditahan. Terutama warga Kampung Yuguru, tempat Mehrtens dilepaskan pada Sabtu pekan lalu.

Egianus, lanjut Edison, menghormati apa yang menjadi permintaan warga. Sebab, warga di Kampung Yuguru itulah yang selama ini menjaga dan merawat sang pilot. ”Jika memaksakan kehendak, Egianus akan diprotes keras warga di kampung tersebut,” katanya.

Baca Juga :  Letkol Piper

Selain di Yuguru yang berada di Distrik (Kecamatan) Maibarok, Kabupaten Nduga, Mehrtens juga sempat disandera di sejumlah desa di Distrik Kuyagawe, Kabupaten Lanny Jaya. Kalau kemudian tempat pembebasannya di Yuguru, kata Edison, itu atas permintaan warga Kuyagawe.

”Mereka khawatir jadi sasaran operasi militer setelah Phillip dibebaskan,” ujarnya.

Isu Uang Tebusan

Pembebasan Mehrtens terbilang mengejutkan mengingat dua pekan sebelumnya Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sembom melansir proposal pembebasan yang diklaim telah disetujui Egianus. Setelah pembebasan, Sebby juga menyebut bahwa Mehrtens dibebaskan karena kompensasi uang dari militer dan polisi.

Uang itu, sebut dia, diserahkan Edison. ”Uang kemudian sampai ke tangan kelompok Egianus lewat ’perantaraan sistem keluarga’. TPNPB lalu menyerahkan Phillip, kemudian Phillip diserahkan ke militer dan polisi Indonesia,” kata Sebby seperti dikutip dari AFP.

Namun, Satgas Operasi Damai Cartenz dan pemerintah Selandia Baru menampik klaim itu. Peters menyebut diplomasilah yang membuat Mehrtens bisa bebas. ”Kami tidak membayar tebusan. Kami tidak memberikan suap,” kata Peters kepada Radio New Zealand.

Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz Kombes Bayu Suseno juga memastikan tidak ada permintaan tebusan dari Egianus. ”Tidak ada syarat lain yang diminta juga,” ujarnya.

Mehrtens dievakuasi dalam kondisi fisik sangat sehat. Kini dia tinggal menenangkan diri. ”Kami meminta semua pihak untuk memberi Phil waktu,” tulis keluarga sang pilot dalam pernyataan resminya. (kar/jim/jo/fia/mww/ade/idr/c19/ttg/jpg)

 

Dalam upaya mendekati penyandera, tim negosiator keluar masuk hutan dan melakukan berbagai pelayanan, mulai pendidikan, kesehatan, sampai makanan. Indonesia maupun Selandia Baru membantah adanya uang tebusan.

UNTUK kali pertama setelah hampir 600 hari, Phillip Mehrtens tidur di tempat tidur yang layak setelah dia dibebaskan dari penyanderaan pada Sabtu (21/9) pekan lalu. Ada istri dan anak yang mendampingi pilot 38 tahun itu di tempat tinggal mereka di Bali.

”Keluarganya sudah pasti sangat berbahagia,” kata Winston Peters, menteri luar negeri dan perdagangan Selandia Baru, seperti dikutip dari New Zealand Herald.

Peters menggambarkan negosiasi untuk membebaskan pilot Susi Air itu ”cukup menegangkan”.

”Kami harus menahan diri, tidak boleh terlalu terbawa perasaan dan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan peluang kami,” katanya.

Kuncinya Pendekatan Halus

Mehrtens, kata Asisten Operasi Polri Irjen Pol Verdianto Iskandar Bitticaca, sebenarnya akan dibebaskan pada 16 Maret lalu. Bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-38.

”Tapi, tertunda karena masih ada prosedur lain yang harus dipenuhi,” kata Verdianto kepada Cenderawasih Pos pada Minggu (22/9).

Verdianto tak menyebut apa yang dimaksud dengan ”prosedur lain yang harus dipenuhi”. Tapi, sejak Mehrtens disandera kelompok Egianus Kogoya, salah satu fasi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, proses negosiasi pembebasannya memang mengalami naik turun.

Tak lama setelah penyanderaan pada 7 Februari 2023 itu, Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sembom sempat menyebut Mehrtens tidak akan pernah dilepas sampai Indonesia mengakui kemerdekaan Papua. Pada Mei tahun yang sama, kelompok penyandera juga mengancam membunuh ayah satu anak itu kalau tuntutan pembicaraan tentang kemerdekaan Papua tak dipenuhi dalam dua bulan.

Baca Juga :  Dessy Oktavia Effendi, Siswa SLB yang Wakili Kalteng di Kancah Nasiona

Kepala Operasi Damai Cartenz 2024 Brigjen Pol Faizal Ramadhani menyampaikan, pihaknya selama ini mengedepankan upaya soft approach ketimbang hard approach. Pendekatan melalui tokoh agama, tokoh gereja, tokoh adat, dan keluarga dekat Egianus.

”Karena kita tahu, dalam sebuah operasi pembebasan, keselamatan sandera merupakan prioritas utama,” kata Kapolri Listyo Sigit Prabowo di hadapan tim negosiator yang dia undang ke Jakarta kemarin untuk menyampaikan apresiasinya.

Edison Gwijangge, mantan penjabat bupati Nduga yang termasuk dalam tim negosiator, menceritakan bagaimana dirinya keluar masuk hutan mengikuti ke mana Mehrtens dibawa. Di distrik-distrik tempat Mehrtens berada, tim yang dipimpin Edison melakukan pelayanan kepada masyarakat setempat.

Mulai pelayanan pendidikan, memberikan bahan makanan kepada masyarakat, pelayanan kesehatan, hingga melakukan komunikasi dengan pimpinan Kodap (Komando Daerah Pertahanan) III Egianus Kogoya dan jajarannya. ”Kami berikan pemahaman saat itu bahwa demi kemanusiaan pilot harus dibebaskan,” kata Edison.

Dari penuturan Edison tersebut, bisa diasumsikan bahwa aparat sebenarnya sudah lama mengetahui di mana pilot bernama lengkap Phillip Mark Mehrtens itu ditahan. Tapi, seperti disampaikan Faizal, soft approach atau pendekatan halus kuncinya.

Meski butuh waktu tidak sebentar, pendekatan halus itu membuahkan hasil. Pada 3 Agustus, Egianus mengeluarkan pernyataan, demi kemanusiaan, dirinya akan membebaskan Mehrtens.

Sikap Egianus itu, kata Edison, juga tak lepas dari tuntutan masyarakat di mana Mehrtens ditahan. Terutama warga Kampung Yuguru, tempat Mehrtens dilepaskan pada Sabtu pekan lalu.

Egianus, lanjut Edison, menghormati apa yang menjadi permintaan warga. Sebab, warga di Kampung Yuguru itulah yang selama ini menjaga dan merawat sang pilot. ”Jika memaksakan kehendak, Egianus akan diprotes keras warga di kampung tersebut,” katanya.

Baca Juga :  Letkol Piper

Selain di Yuguru yang berada di Distrik (Kecamatan) Maibarok, Kabupaten Nduga, Mehrtens juga sempat disandera di sejumlah desa di Distrik Kuyagawe, Kabupaten Lanny Jaya. Kalau kemudian tempat pembebasannya di Yuguru, kata Edison, itu atas permintaan warga Kuyagawe.

”Mereka khawatir jadi sasaran operasi militer setelah Phillip dibebaskan,” ujarnya.

Isu Uang Tebusan

Pembebasan Mehrtens terbilang mengejutkan mengingat dua pekan sebelumnya Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sembom melansir proposal pembebasan yang diklaim telah disetujui Egianus. Setelah pembebasan, Sebby juga menyebut bahwa Mehrtens dibebaskan karena kompensasi uang dari militer dan polisi.

Uang itu, sebut dia, diserahkan Edison. ”Uang kemudian sampai ke tangan kelompok Egianus lewat ’perantaraan sistem keluarga’. TPNPB lalu menyerahkan Phillip, kemudian Phillip diserahkan ke militer dan polisi Indonesia,” kata Sebby seperti dikutip dari AFP.

Namun, Satgas Operasi Damai Cartenz dan pemerintah Selandia Baru menampik klaim itu. Peters menyebut diplomasilah yang membuat Mehrtens bisa bebas. ”Kami tidak membayar tebusan. Kami tidak memberikan suap,” kata Peters kepada Radio New Zealand.

Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz Kombes Bayu Suseno juga memastikan tidak ada permintaan tebusan dari Egianus. ”Tidak ada syarat lain yang diminta juga,” ujarnya.

Mehrtens dievakuasi dalam kondisi fisik sangat sehat. Kini dia tinggal menenangkan diri. ”Kami meminta semua pihak untuk memberi Phil waktu,” tulis keluarga sang pilot dalam pernyataan resminya. (kar/jim/jo/fia/mww/ade/idr/c19/ttg/jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/