Tak
ada pekerjaan yang berat jika dilakukan dengan enjoy dan selalu bersyukur.
Terlebih jika pekerjaan diselesaikan secara bersama sesuai tugas dan fungsi
masing-masing. Karena baginya membangun sebuah tim yang solid merupakan keniscayaan.
AZUBA,
Palangka Raya
MENGIKUTI jejak takdir yang membawanya ke Kota Palangka Raya, dilakoni Dwi Santosa
Juniarto dengan penuh kesabaran. Pasalnya, ia harus mulai belajar hidup mandiri
dan terpisah dari keluarga.
Di sisi lain, ia
harus membesarkan kantor cabang, mengelolanya seorang diri tanpa bimbingan para
senior yang telah dimutasi ke daerah lain. Sementara sumber daya manusia (SDM)
yang ada di Pegadaian Palangka Raya saat itu didominasi pegawai baru. Diperlukan
tenaga ekstra untuk me-manage dan mengasah SDM tersebut.
Tahun 2017, banyak
pegawai senior dimutasi ke Banjarmasin maupun Jawa. Otomatis ia harus membawahi
pegawai angkatan 2016 yang masih muda-muda, tapi sudah diserahi memegang kantor
unit.
“Dalam me-manage
dan mengelola SDM yang ada, benar-benar membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Harus
bisa mengayomi 19 orang bawahan. Sebab, jika anak buah tidak mampu, maka yang
dianggap gagal adalah pemimpinnya. Tapi saya dorong terus. Saya juga bilang ke
mereka, jika Anda bisa, berarti Anda hebat dan layak menjadi pemimpin unit,â€
kata lelaki yang kini berusia 49 tahun ini.
Dengan berpegang
pada prinsip disiplin, usaha, dan doa, akhirnya tantangan keterbatasan SDM
tersebut bisa ia lalui. Ia selalu mengedepankan tiga prinsip itu. Baginya
mengandalkan doa dan usaha saja tanpa ada kedisiplinan, maka akan sulit
mencapai kesuksesan.
“Misal cuma usaha
dan doa tapi tidak disiplin, maka pekerjaan dan administrasi tak akan tertib.
Penyimpanan barang suka-suka saja atau pas ada audit gak siap. Pegawai BUMN itu
berbeda dengan PNS. BUMN punya target. Jika tidak terpenuhi, maka hasil tidak
baik,†ucapnya.
Dalam hal waktu
bekerja, ia juga memberi contoh kedisiplinan. Ia selalu datang sebelum anak
buahnya datang. Begitu pula ketika pulang, kadang menjadi orang terakhir.
Bahkan jika ada pekerjaan yang membutuhkan waktu ekstra, tak jarang ia datang
ke kantor meski hari Minggu.
Dwi juga berusaha
untuk mengerjakan sesuatu dengan enjoy dan penuh rasa syukur. Terlebih jika
pekerjaan itu diselesaikan secara bersama-sama salam tim, sesuai tugas dan
fungsi masing-masing. Karena baginya, membangun tim yang solid merupakan keniscayaan.
“Bersyukur bukan
berarti menerima apa adanya. Kita harus berani berubah dan berusaha. Apalagi
perusahaan kami pada 2017 bertransformasi,
budayakan tidak berdiam diri, tapi
keluar menjemput bola, koordinasi kiri-kanan untuk menceritakan produk yang
dijual,†tuturnya.
Soal keuangan, ia
juga selalu menasihati anak buahnya untuk selalu disiplin dan jujur. Apalagi
kantor pegadaian selalu berurusan dengan barang dan uang. Karena itu, apabila
ada yang berani menyalahgunakan aset perusahaan, cepat atau lambat akan ketahuan
pula.
Dwi menegaskan
bahwa kesuskesan dalam meniti karier tak didapatkan secara instan. Harus berani
dimulai dari bawah.
“Kalau jadi
pemimpin secara instan, maka kita akan gampang jatuh bila tak hati-hati. Selain
itu, kita juga mudah dibunguli bila ada anggota tim yang mau menyelewang. Ini
untungnya menjadi pemimpin yang tidak instan,†kata lelaki yang suka berolahraga
ini.
Kedisiplinan ia
terapkan dalam segala hal. Tak hanya di tempat kerja, tapi juga dalam beribadah
maupun berumah tangga. Dalam kehidupan rumah tangga, ia menerapkan prinsip
kedisiplinan itu dalam berkomunikasi dengan istri dan anaknya yang berada di Pulau
Jawa. Pagi sebelum kerja menyempatkan untuk telepon. Begitu pun siang maupun malam. Hampir lima tahun ia menjalani
hal itu.
“Saya juga selalu
video call dengan anak saya. Misalnya membicarakan tentang kesulitan mereka
dalam pelajaran sekolah. Jangan mentang-mentang sebagai kepala keluarga dan punya
banyak duit, komunikasi sama keluarga gak jalan. Itu gak boleh,†pesannya.
Setiap satu
setengah bulan ia menyempatkan waktu untuk menemui dan berkumpul bersama anak
dan sang istri. Menurutnya, tak ada artinya kesuksesan karier jika keluarga tak
harmonis.
Telah tiga tahun Dwi
Santosa Juniarto memimpin Pegadaian Cabang Palangka Raya. Berbagai inovasi dan
terobosan dilakukan demi mengembangkan pegadaian di Kota Cantik ini. Alhasil,
pada 2017 lalu ia mendapat reward perjalanan ke Singapura, karena pegadaian
yang dipimpinnya menjadi salah satu kantor cabang di kanwil Balikpapan yang
masuk tiga besar terbaik dalam penilaian KPI (key performance indikators).
Semoga spirit Kota Cantik terus memberi inspirasi bagi PT Pegadaian Cabang
Palangka Raya untuk memberikan yang terbaik. (*/ce/bersambung)