26.7 C
Jakarta
Wednesday, December 11, 2024

Kisah Pahit Ojol Saat Mendapat Order Fiktif

Ojek online (ojol) selalu melayani dan memberikan manfaat bagi masyarakat, hal ini dapat dirasakan konsumen ketika mempergunakan jasa mereka. Bukan hal mudah bagi pengendara ojol, faktanya banyak lika-liku kehidupan yang dialami mereka saat menginjakkan kaki di dunia ojol.

SEPERTI kisah seorang pria bernama Lana (20). Dia adalah salah satu ojol di Palangka Raya. Pria ini menceritakan tentang pengalaman pahitnya saat menjadi korban order fiktif.

Kala itu, Lana pernah mendapat orderan dari orang yang mengaku berprofesi sebagai dokter, dan bekerja di salah satu rumah sakit di Kota Palangka Raya. Awalnya, pelaku meminta tolong untuk mentransfer biaya pesanan barang yang dibelinya melalui layanan jual beli online sebesar Rp200 ribu rupiah di toko modern.

Baca Juga :  Bersaing dengan Pandemi, Wanita Malam di Lokasi Bukit Sungkai Berani T

"Saya percaya saja, karena ngakunya Dokter. Ya setidaknya, pasti sibuk dengan pekerjaannya. Uang pun saya transferkan di salah-satu supermaket,” kata Lana menceritakan kepada wartawan Prokalteng.co.

Sesudah Lana membayar pesanan pelaku di supermarket. Pelaku kembali meminta tolong untuk mentransfer pesanan keduanya seharga Rp100 ribu. Lana pun masih tidak menaruh curiga, terlebih pelaku menjanjikan akan melebihkan ongkos kirim sebesar Rp50 ribu.

Setelah menyelesaikan transaksi, Lana akhirnya berangkat menuju lokasi pelaku yang berada di salah satu rumah sakit di Palangka Raya. Ketika sudah sampai di rumah sakit, Lana menghubungi pelaku dan pelaku mengaku masih di toilet. Lama menunggu hampir sekitar 30 menit,  akhirnya Lana menanyakan nama pelaku kepada resepsionis dan ternyata tidak ada nama dokter tersebut.

Baca Juga :  Jadi Ibu Sukses Multitasking di Era Digital

"Karena tidak ada nama dokter yang dimaksud. Saya pun langsung kembali menghubungi pelaku. Namun si pelaku tidak mengangkatnya dan tidak lama kemudian nomornya tidak aktif,” seloroh Lana dengan nada masih kesal.

Tidak hanya Lana yang pernah mendapatkan order fiktif. Ada beberapa ojol lain yang ternyata juga sama seperti Lana pernah menjadi korban orderan fiktif.

“Padahal kawan-kawan ojol lain sudah mengingatkan bahwa itu orderan palsu, tapi  mau seperti apa lagi karena  sudah terjadi dan memang waktu itu orderan saya lagi sepi-sepinya," pungkasnya. (*)

Ojek online (ojol) selalu melayani dan memberikan manfaat bagi masyarakat, hal ini dapat dirasakan konsumen ketika mempergunakan jasa mereka. Bukan hal mudah bagi pengendara ojol, faktanya banyak lika-liku kehidupan yang dialami mereka saat menginjakkan kaki di dunia ojol.

SEPERTI kisah seorang pria bernama Lana (20). Dia adalah salah satu ojol di Palangka Raya. Pria ini menceritakan tentang pengalaman pahitnya saat menjadi korban order fiktif.

Kala itu, Lana pernah mendapat orderan dari orang yang mengaku berprofesi sebagai dokter, dan bekerja di salah satu rumah sakit di Kota Palangka Raya. Awalnya, pelaku meminta tolong untuk mentransfer biaya pesanan barang yang dibelinya melalui layanan jual beli online sebesar Rp200 ribu rupiah di toko modern.

Baca Juga :  Bersaing dengan Pandemi, Wanita Malam di Lokasi Bukit Sungkai Berani T

"Saya percaya saja, karena ngakunya Dokter. Ya setidaknya, pasti sibuk dengan pekerjaannya. Uang pun saya transferkan di salah-satu supermaket,” kata Lana menceritakan kepada wartawan Prokalteng.co.

Sesudah Lana membayar pesanan pelaku di supermarket. Pelaku kembali meminta tolong untuk mentransfer pesanan keduanya seharga Rp100 ribu. Lana pun masih tidak menaruh curiga, terlebih pelaku menjanjikan akan melebihkan ongkos kirim sebesar Rp50 ribu.

Setelah menyelesaikan transaksi, Lana akhirnya berangkat menuju lokasi pelaku yang berada di salah satu rumah sakit di Palangka Raya. Ketika sudah sampai di rumah sakit, Lana menghubungi pelaku dan pelaku mengaku masih di toilet. Lama menunggu hampir sekitar 30 menit,  akhirnya Lana menanyakan nama pelaku kepada resepsionis dan ternyata tidak ada nama dokter tersebut.

Baca Juga :  Jadi Ibu Sukses Multitasking di Era Digital

"Karena tidak ada nama dokter yang dimaksud. Saya pun langsung kembali menghubungi pelaku. Namun si pelaku tidak mengangkatnya dan tidak lama kemudian nomornya tidak aktif,” seloroh Lana dengan nada masih kesal.

Tidak hanya Lana yang pernah mendapatkan order fiktif. Ada beberapa ojol lain yang ternyata juga sama seperti Lana pernah menjadi korban orderan fiktif.

“Padahal kawan-kawan ojol lain sudah mengingatkan bahwa itu orderan palsu, tapi  mau seperti apa lagi karena  sudah terjadi dan memang waktu itu orderan saya lagi sepi-sepinya," pungkasnya. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru