Namanya Rizki. Seorang ayah. Bukan PNS. Bukan pula pegawai tetap sebuah perusahaan besar. Tapi ia punya satu hal yang sama dengan jutaan orang tua di Indonesia. Rizki ingin masa depan anaknya lebih baik darinya. Harapan itu kini ia wujudkan lewat langkah sederhana, Bersama Pegadaian MengEMASkan Indonesia.
Eko Supriadi, Palangka Raya
Rizki ingin anaknya sekolah setinggi mungkin. Itu mimpi semua orang tua. Namun, seperti mimpi lain dalam hidup ini, kadang realitasnya tak semulus harapan. Beberapa bulan lalu, Rizki kepepet. Sekolah anaknya meminta daftar ulang, sementara batas pembayaran kian mepet dan uang belum tersedia.
Ia hanya punya satu barang bernilai yang bisa diuangkan. Sebuah tablet Redmi yang selama ini menemaninya bekerja. Menjual berarti kehilangan. Menggadai berarti masih ada harapan kembali. Tapi ke mana? Kredit online ia tolak karena jebakan bunga dan denda yang mencekik. Pinjam ke teman terasa sungkan. Akhirnya, ia memilih langkah yang bijak. Mendatangi Pegadaian.
Hanya dalam 15 menit, uang cair. Tablet tetap di tangan. Ia menggadaikan cincin kawin istrinya, bukan alat kerja utamanya. Wajahnya lega. Tidak ada malu. Hanya rasa syukur.
“Untung masih ada Pegadaian,” ucap pria yang tinggal di seputran Jalan Mendawai Palangka Raya ini.
Saya penasaran. Cerita Rizki terdengar terlalu ringan untuk sebuah situasi kepepet. Selasa (24/6/2025, saya datang ke kantor Pegadaian Palangka Raya. Bertemu langsung dengan Kepala Pegadaian, Hermin Pongtuluran, SE. Kantornya terang, bersih, tanpa antrean panjang. Petugas ramah, siap membantu.
“Kalau datang hari ini, cair hari ini juga,” kata Hermin seraya menegaskan cerita Rizki.
Prosedurnya mudah. Isi formulir, bawa KTP, dan barang jaminan. Setelah ditaksir, nilai pinjaman ditentukan, lalu uang cair. Tidak ada wawancara berbelit atau syarat yang memberatkan. Bunga pun kecil, hanya 0,75% per 15 hari untuk pinjaman Rp50 ribu–Rp500 ribu. Tidak ada penalti pelunasan cepat, bahkan diberi diskon.
Bersama Pegadaian MengEMASkan Indonesia bukan sekadar slogan. Itu terlihat dari bagaimana mereka memanusiakan nasabah. Tak ada pembedaan layanan antara yang menggadai Rp100 ribu dengan yang bernilai jutaan. Pegadaian paham, yang datang bukan hanya butuh uang, tapi juga tempat yang menjaga harga diri.
Transformasi Pegadaian kini menjangkau seluruh Indonesia. Layanan digital melalui aplikasi Pegadaian Digital memudahkan transaksi dari rumah. Cek saldo, beli emas, transfer, hingga gadai. Produk pun beragam. Gadai konvensional, cicil emas, tabungan emas, pembiayaan kendaraan, hingga modal usaha.
Hermin menegaskan, “Yang orang cari bukan hanya uang, tapi rasa aman.” Dan rasa aman itulah yang kini membuat Pegadaian relevan di mata anak muda, pelaku UMKM, hingga pensiunan.
Kisah Rizki hanyalah satu dari ribuan cerita lain yang membuktikan, Bersama Pegadaian MengEMASkan Indonesia bukanlah kata-kata kosong. Ini adalah bukti bahwa di tengah himpitan ekonomi, masih ada lembaga yang memberi solusi tanpa menambah masalah.
Pegadaian kini bukan sekadar tempat orang kepepet. Tapi tempat untuk bersiap, bangkit, dan merancang masa depan dengan kepala tegak. Sebab mengatasi masalah tanpa menambah masalah adalah seni yang sudah mereka kuasai lebih dari satu abad. (*)