28.5 C
Jakarta
Tuesday, April 8, 2025

Tim FK UPR Temukan 10 Jenis Bajakah

Lama tak terdengar setelah sempat heboh
pertengahan tahun lalu, kini terungkap fakta baru bahwa bajakah memiliki banyak
jenis. Hal tersebtu disampaikan oleh tim peneliti Fakultas Kedokteran (FK)
Universitas Palangka Raya (UPR).

 

MOHAMMAD
ISMAIL,
Palangka Raya

 

PENELITIAN
tahap
pertama oleh tim peneliti FK UPR menemukan sedikitnya 10 jenis bajakah. Hal ini
disampaikan dalam Seminar Diseminasi Hasil Penelitian Bajakah Tahap I, di Aula
RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, Kamis (19/12). Setelah penelitian tahap
I, akan ada tahap II, III, IV, hingga tahap V yang harus dilalui untuk
memastikan apakah bajakah bisa menjadi obat kanker.

Tim Peneliti diketuai
oleh Dekan FK UPR, Dr dr Syamsul  Arifin,
beranggotakan Dr dr Nawan MKed Trop, Fatmaria MFarm Apt, Elsa Trinovita MSi Apt,
dr Herlina Eka Shinta MBiomed Sp PA, dr Austin Bertilova Carmelita MImun, dan
Revenalla Abdurahman Al Hakim SKM MPH.

“Diseminasi ini
merupakan pertanggungjawaban kami sebagai peneliti kepada masyarakat,” ujar
Syamsul saat menyampaikan sambutan.

Penelitian ini berawal
dari instruksi Menristekdikti pada Agustus lalu, untuk meneliti tumbuhan
bajakah yang sempat heboh karena dikabarkan mampu menyebuhkan penyakit kanker.
Kemudian ditindaklanjuti oleh Rektor UPR Dr Andrie Elia dengan membentuk tim
peneliti dari FK UPR, berjumlah enam orang.

“Mulai November 2019,
tim mulai bekerja. Turun ke lapangan melakukan survei dan identifikasi tumbuhan
bajakah. Ada 16 sampel yang diambil dan dikirim ke LIPI. Namun, hanya 10 sampel
yang bisa diidentifikasi,” kata Syamsul.

Baca Juga :  Akses Masuk Ada Tiga Jalur, Ditandai dengan Sticker Berwarna

Pada penelitian tahap
I, tim melakukan inventarisasi awal jenis, manfaat, dan identifikasi bajakah
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Kalimantan Tengah. Survei dilakukan
di tiga lokasi, yaitu Kabupaten Katingan, Kabupaten Gunung Mas, dan Kabupaten
Barito Utara.

Meski mengetahui
nama-nama lokal bajakah yang dijadikan sampel, namun saat seminar kemarin tim peneliti
hanya menyebutkan dan memberi nama bajakah 1 sampai bajakah 10. Tim tidak akan
menyebutkan jenis dan nama bajakah, sebelum penelitian diselesaikan.

Penelitian tumbuhan bajakah
ini masih panjang. Perlu lima tahap. Setelah tahap I tahun ini, akan dilanjutkan
tahap II pada tahun 2020-2022. Tahapan itu meliputi skrining fitokimia dan
potensi bajakah sebagai antioksidan, antiflasi, dan antikanker payudara in
vitro dan in vivo.

Tahap III akan
dilaksanakan pada 2023-2024. Pada tahap itu akan dilakukan uji toksisitas akut
dan kronis ekstrak bajakah in vitro dan in vivo. Selanjutnya, tahap IV dilaksanakan
pada 2025-2027, yakni berupa uji klinis ekstrak bajakah. Sementara pada tahap V
akan dilakukan formularium ekstrak bajakah sebagai fitofarmaka. Tahap terakhir
ini dilaksanakan pada 2027-2030.

“Kami berharap ada support
pendanaan. Karena semakin naik penelitian ini, semakin besar pula biaya yang
diperlukan,” kata Syamsul yang pernah bertugas di FK Unlam Banjarmasin.

Sementara itu, Direktur
RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, drg Yayu Indriaty SpKGA, yang mewakili
gubernur menyampaikan bahwa tumbuhan bajakah tidak bisa langsung dimanfaatkan
untuk obat. Oleh karena itu, penelitian ilmiah yang dilakukan oleh tim FK UPR
ini sangatlah penting. Penelitian dimaksud untuk mengetahui dan memastikan
bahwa tumbuhan bajakah secara ilmiah bisa dijadikan obat kanker.

Baca Juga :  Sama-sama Duduk di Dewan, Dua Sahabat Saling Memuji

“Selama ini kita
mendengar tumbuhan ini (bajakah, red) bisa jadi obat. Namun, tulisan ilmiah
tentang hal itu masih kurang. Karena itulah dewan riset, RSUD dr Doris, UPR,
dan tim sangat mendukung jika penelitian ini dilakukan demi mengetahui zat-zat
aktif yang terkandung dalam bajakah,” ujar Yayu.

Dalam paparan, tim peneliti
menyampaikan bahwa terdapat sepuluh (10) jenis bajakah yang diambil dari hutan
di tiga kabupaten untuk dijadikan sebagai sampel. Kesepuluh bajakah ini,
menurut hasil wawancara dengan warga, memiliki manfaat yang berbeda.

Sebagai contoh, bajakah
1 digunakan oleh masyarakat untuk menangkap ikan. Batang dan kulit digunakan
untuk memabukkan ikan. Bajakah 2 biasa digunakan masyarakat sebagai obat untuk
menyembuhkan sakit kanker dan jantung. Bajakah 3, daunnya biasa digunakan
masyarakat untuk menghilangkan flek pada wajah. Sedangkan bajakah 4, hampir
sama manfaatnya dengan bajakah 2, karena menurut masyarakat bisa digunakan
untuk mengobati kanker, desentri, dan mag.

“Warga yang dijadikan
sampel adalah warga setempat yang sudah tinggal selama sepuluh tahun dan pernah
menggunakan bajakah,” ujar dr Nawan.

Pepaparan hasil penelitian disampaikan secara
bergantian oleh anggota tim. Usai pemaparan, dilanjutkan dengan diskusi dan
masukan dari peserta yang hadir saat itu. (sma/ce/ala)

Lama tak terdengar setelah sempat heboh
pertengahan tahun lalu, kini terungkap fakta baru bahwa bajakah memiliki banyak
jenis. Hal tersebtu disampaikan oleh tim peneliti Fakultas Kedokteran (FK)
Universitas Palangka Raya (UPR).

 

MOHAMMAD
ISMAIL,
Palangka Raya

 

PENELITIAN
tahap
pertama oleh tim peneliti FK UPR menemukan sedikitnya 10 jenis bajakah. Hal ini
disampaikan dalam Seminar Diseminasi Hasil Penelitian Bajakah Tahap I, di Aula
RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, Kamis (19/12). Setelah penelitian tahap
I, akan ada tahap II, III, IV, hingga tahap V yang harus dilalui untuk
memastikan apakah bajakah bisa menjadi obat kanker.

Tim Peneliti diketuai
oleh Dekan FK UPR, Dr dr Syamsul  Arifin,
beranggotakan Dr dr Nawan MKed Trop, Fatmaria MFarm Apt, Elsa Trinovita MSi Apt,
dr Herlina Eka Shinta MBiomed Sp PA, dr Austin Bertilova Carmelita MImun, dan
Revenalla Abdurahman Al Hakim SKM MPH.

“Diseminasi ini
merupakan pertanggungjawaban kami sebagai peneliti kepada masyarakat,” ujar
Syamsul saat menyampaikan sambutan.

Penelitian ini berawal
dari instruksi Menristekdikti pada Agustus lalu, untuk meneliti tumbuhan
bajakah yang sempat heboh karena dikabarkan mampu menyebuhkan penyakit kanker.
Kemudian ditindaklanjuti oleh Rektor UPR Dr Andrie Elia dengan membentuk tim
peneliti dari FK UPR, berjumlah enam orang.

“Mulai November 2019,
tim mulai bekerja. Turun ke lapangan melakukan survei dan identifikasi tumbuhan
bajakah. Ada 16 sampel yang diambil dan dikirim ke LIPI. Namun, hanya 10 sampel
yang bisa diidentifikasi,” kata Syamsul.

Baca Juga :  Akses Masuk Ada Tiga Jalur, Ditandai dengan Sticker Berwarna

Pada penelitian tahap
I, tim melakukan inventarisasi awal jenis, manfaat, dan identifikasi bajakah
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Kalimantan Tengah. Survei dilakukan
di tiga lokasi, yaitu Kabupaten Katingan, Kabupaten Gunung Mas, dan Kabupaten
Barito Utara.

Meski mengetahui
nama-nama lokal bajakah yang dijadikan sampel, namun saat seminar kemarin tim peneliti
hanya menyebutkan dan memberi nama bajakah 1 sampai bajakah 10. Tim tidak akan
menyebutkan jenis dan nama bajakah, sebelum penelitian diselesaikan.

Penelitian tumbuhan bajakah
ini masih panjang. Perlu lima tahap. Setelah tahap I tahun ini, akan dilanjutkan
tahap II pada tahun 2020-2022. Tahapan itu meliputi skrining fitokimia dan
potensi bajakah sebagai antioksidan, antiflasi, dan antikanker payudara in
vitro dan in vivo.

Tahap III akan
dilaksanakan pada 2023-2024. Pada tahap itu akan dilakukan uji toksisitas akut
dan kronis ekstrak bajakah in vitro dan in vivo. Selanjutnya, tahap IV dilaksanakan
pada 2025-2027, yakni berupa uji klinis ekstrak bajakah. Sementara pada tahap V
akan dilakukan formularium ekstrak bajakah sebagai fitofarmaka. Tahap terakhir
ini dilaksanakan pada 2027-2030.

“Kami berharap ada support
pendanaan. Karena semakin naik penelitian ini, semakin besar pula biaya yang
diperlukan,” kata Syamsul yang pernah bertugas di FK Unlam Banjarmasin.

Sementara itu, Direktur
RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, drg Yayu Indriaty SpKGA, yang mewakili
gubernur menyampaikan bahwa tumbuhan bajakah tidak bisa langsung dimanfaatkan
untuk obat. Oleh karena itu, penelitian ilmiah yang dilakukan oleh tim FK UPR
ini sangatlah penting. Penelitian dimaksud untuk mengetahui dan memastikan
bahwa tumbuhan bajakah secara ilmiah bisa dijadikan obat kanker.

Baca Juga :  Sama-sama Duduk di Dewan, Dua Sahabat Saling Memuji

“Selama ini kita
mendengar tumbuhan ini (bajakah, red) bisa jadi obat. Namun, tulisan ilmiah
tentang hal itu masih kurang. Karena itulah dewan riset, RSUD dr Doris, UPR,
dan tim sangat mendukung jika penelitian ini dilakukan demi mengetahui zat-zat
aktif yang terkandung dalam bajakah,” ujar Yayu.

Dalam paparan, tim peneliti
menyampaikan bahwa terdapat sepuluh (10) jenis bajakah yang diambil dari hutan
di tiga kabupaten untuk dijadikan sebagai sampel. Kesepuluh bajakah ini,
menurut hasil wawancara dengan warga, memiliki manfaat yang berbeda.

Sebagai contoh, bajakah
1 digunakan oleh masyarakat untuk menangkap ikan. Batang dan kulit digunakan
untuk memabukkan ikan. Bajakah 2 biasa digunakan masyarakat sebagai obat untuk
menyembuhkan sakit kanker dan jantung. Bajakah 3, daunnya biasa digunakan
masyarakat untuk menghilangkan flek pada wajah. Sedangkan bajakah 4, hampir
sama manfaatnya dengan bajakah 2, karena menurut masyarakat bisa digunakan
untuk mengobati kanker, desentri, dan mag.

“Warga yang dijadikan
sampel adalah warga setempat yang sudah tinggal selama sepuluh tahun dan pernah
menggunakan bajakah,” ujar dr Nawan.

Pepaparan hasil penelitian disampaikan secara
bergantian oleh anggota tim. Usai pemaparan, dilanjutkan dengan diskusi dan
masukan dari peserta yang hadir saat itu. (sma/ce/ala)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru