Setiap daerah pasti memiliki aura mistik. Terlebih lagi jika daerah yang letaknya jauh dari pemukiman warga. Seperti halnya kisah yang ingin dibagikan oleh prokalteng.co saat ikut menelusuri “kampung lelembut” yang konon menurut warga sekitar pernah melihat hadirnya makhluk astral.
___________________________________________________________________________PROKALTENG.CO
WAKTU telah menunjukkan pukul 23.00 WIB, menandakan tengah malam. Hawa dingin pun mulai menyeruak saat tim prokalteng.co keluar dari ruang redaksi, Sabtu (26/6) yang lalu. Ya, rencana penelurusan kisah misteri malam itu pun dimulai. Tak ingin menyia-nyiakan waktu, tim langsung bergegas menuju lokasi yang dimaksud.
Menggunakan peralatan seadanya seperti lampu senter, tim yang berjumlah delapan orang itu, meluncur menuju ke lokasi yang sudah ditentukan. Tepatnya ada di pinggiran Kota Palangka Raya, Jalan Cilik Riwut. Dinginnya suasana jalanan kian terasa saat memasuki lokasi. Ditambah rimbunnya pepohonan bambu, menambah aura mistik yang cukup mencekam di malam itu yang gelap. Belum lagi keheningan malam kala itu, menambah kesan angker yang mendalam. Sesekali dari kejauhan terdengar suara burung hantu dan burung gagak, seketika membuat bulu kuduk sedikit terusik.
Setelah kurang lebih setengah jam, akhirnya tim tiba di lokasi dengan disambut warga sekitar. Setelah sejenak minta izin, tim pun memulai ritual pemanggilan roh halus penunggu lokasi. Tak berselang lama, salah satu mediator pun mulai beraksi. Beberapa mahluk halus atau jin di sekitar pun mulai memasuki mediator dengan gaya dan interaksi yang berbeda-beda. Ada sosok mahluk kera, kuntilanak, dan sosok mahluk tinggi besar mulai merasuki mediator.
Diawali dengan suara menggeram, nada marah terlontar saat seorang ahli spiritual Edy mencoba berkomunikasi. Edy memang menjadi salah satu ahli spiritual yang terlibat dalam tim penelusuran malam itu.
“Kenapa kalian di sini? mengganggu saja. Pergi dari sini!,”bentak mediator dengan suara yang berbeda. Ahli spiritual pun menjelaskan, bahwa kedatangan tim ternyata menggangu.
“Kenapa membuat aku marah!,” teriak makhuk yang merasuki mediator tersebut. Edy tak henti berkomunikasi dengan makhluk yang tidak diketahui namanya itu. Makhluk tersebut menggunakan bahasa daerah.
“Banyak yang merasa terganggu nah,” teriak makhluk yang tidak diketahui indentitasnya itu lagi.
Ahli spiritual pun mencoba lebih jauh berkomukasi dengan makhluk yang merasuki mediator tersebut. “Kami dahulu di sini. Di sini kampung kami dulunya,” teriak mediator.
Rasa penasaran untuk mengetahui indentitas makhluk yang merasuki mediator pun kian meningkat. Akan tetapi makhluk itu tidak mau menjawab saat ditanya indentitasnya.
“Kamu pergi dari sini,”tukasnya.
Bujukan demi bujukan untuk bisa menguak identitas mahluk itu tidak membuahkan hasil. Hingga pada akhirnya makhluk tersebut keluar dari mediator. Dan akhirnya dia pun keluar sendiri dengan menari seperti tarian Mandau selama beberapa detik. Dan akhirnya dikeluarkan paksa oleh sang ahli spiritual tersebut.
Dari pengungkapan mediator itu, Edi mengatakan bahwa di lokasi penelusuran itu merupakan kampung lelembut. Menurutnya, di lokasi tersebut, dahulu kala merupakan sebuah perkampungan.
Dalam mediasi kedua yang dilakukan mediator berbeda, salah satu makhluk astral pun masuk ke mediator. Saat mahluk halus merasuki, mediator menari-nari dan menggeram. Setelah menari-nari selama sekian detik, makhluk tersebut menanyakan kepada ahli spiritual tersebut. “Ada apa?,” ucapnya dengan nada keras.
Edi pun menanyakan soal sejarah dari kampung lelembut tersebut. Makhluk tersebut kemudian bereaksi keras seraya menghentakkan tangannya ke tanah. Mengetahui kondisi tersebut, ahli spiritual Edy pun menanyakan apakah memang makhluk tersebut yang menguasai wilayah itu. Seketika dibenarkan oleh makhluk yang merasuki mediator tersebut sambil memukul dadanya yang mengisyaratkan bahwa dirinya merupakan penguasa kampung tersebut.
“Pergi. Pergi,” teriak makhluk tersebut kepada ahli spiritual.
“Kami sudah lama di sini. Sudah ribuan tahun dan makhluknya banya,” ungkap makhluk yang merasuki mediator.
Penasaran dengan indentitas makhluk tersebut, ahli spiritual kembali menanyakan nama dan asalnya. “Kalian tidak boleh tahu,” bentaknya. Seketika mediator menyerang Edy dengan semburan dari mulut.
Berapa kali aksi serangan dilakukan oleh makhluk yang merasuki mediator tersebut. Sempat terjadi gerakan saling serang yang kasat mata. Namun alhasil, makhluk tanpa indentitas tersebut terkapar. Dan akhirnya dikeluarkan oleh ahli spiritual.
Edy menjelaskan, bahwa sosok yang dihadapinya saat itu memiliki perawakan tinggi dan besar. Sosok makhluk tanpa indentitas itu, dituturkannya merupakan sosok penguasanya di wilayah tersebut.
”Perawakannya tinggi besar, giginya bertaring, matanya merah. Tubuhnya berbulu hitam dan bercakar,” ungkap Edy sambil terengah-engah. (*)