30 C
Jakarta
Thursday, March 28, 2024

Taman Baca Baraoi Gaungkan Semangat Eliminasi Tabir Pembatas

BAGI sebagian besar masyarakat, membaca teks memang sangat mudah. Namun,
rendahnya minat baca membuat wawasan sulit berkembang. Untuk itu, perlu cara
khusus agar tetap semangat membaca.

Pengelola perpustakaan harus
berani berpikir “out of the box” untuk mencapai fungsi perpustakaan
yang paling sering terabaikan yaitu fungsi rekreasi. Hal tersebut disampaikan
oleh Muhammad Jumani, Pendiri Taman Baca Baraoi yang juga berprofesi sebagai
tenaga Pendidik di SMAN 1 Petak Malai, Kabupaten Katingan. 

Menurut Jumani, ada enam fungsi
sebuah perpustakaan; penyimpanan, edukatif, penelitian, informatif, kultural,
dan rekreasi atau hiburan. Fungsi rekreasi ini merupakan kunci untuk menggaet
para calon pembaca khususnya di Indonesia yang masih menempati posisi juru
kunci dalam hal literasi.

“Siapa yang tidak suka hiburan?
Semua orang pasti menyukainya. Oleh karena itu jika fungsi ini benar-benar
dijalankan, niscaya tidak ada lagi perpustakaan ataupun taman baca yang sepi
pengunjung,” terangnya sebagaimana rilis yang dikirim ke Kalteng Pos.

Solusi alternatif lainnya yang
juga dapat digunakan oleh pengelola perpustakaan milik pemerintah maupun
masyarakat agar tidak lesu adalah dengan menerapkan prinsip “jemput
bola”. Perpustakaan keliling adalah aplikasi kongkret dari prinsip ini.
Hanya saja, di era milineal berkeliling menyodorkan buku saja bisa jadi masih
belum cukup terutama untuk daerah yang calon pembacanya sudah mengenal gawai.
Perpustakaan keliling harus dikemas dalam bentuk yang lebih menarik dan
menghibur sehingga memiliki daya pikat.

Teknik “jemput bola”
mengeliminasi tabir pembatas antara buku dan calon pembaca. Dengan cara ini
pula jejaring relawan Pustaka Bergerak yang mulai menggema sejak tahun 2017
berhasil mencatatkan sebuah fakta baru.

“Kenyataan di lapangan, khususnya
di beberapa daerah pelosok membuktikan berbagai data rendahnya minat baca
masyarakat Indonesia yang telah dirilis beberapa pihak ternyata tidaklah
sepenuhnya tepat,” terang Jumani.

Menurutnya, sebagian besar dari
masyarakat Indonesia bukan tidak mau tetapi tidak ada akses buku yang bisa
mereka baca. Sehingga ketika para relawan simpul pustaka bergerak menghadirkan
buku, mereka begitu antusias melahap lembar-demi lembar halamannya.

Baca Juga :  Dua Tiang Rumah Raja Dipakai buat Fondasi Musala

“Ide-ide dengan strategi jemput
bola ini juga menjadi pilihan Taman Baca Baraoi Yayasan Baraoi Mutiara Borneo
(Bambo Foundation), yang saat ini telah lima tahun berbagi semangat literasi di
tengah anak-anak masyarakat suku Dayak tepatnya di Kecamatan Petak Malai,
Kabupaten Katingan Kalteng,” urainya.

Taman Baca yang berdiri sejak
tahun 2014 silam ini kini setidaknya memiliki lima variasi kegiatan yang
diharapkan dapat membentuk generasi-generasi yang siap menghadapi tantangan
jaman. Sebab menurut Jumani, meskipun berasal dari pedalaman, hak pendidikan
anak-anak tidak boleh terabaikan. Lima variasi kegiatan yang di maksud adalah
Manalih Lewu, Kantong Buku, Out Door Class, Storytelling, dan Edukasi
Lingkungan.

“Manalih Lewu yang berarti
menyapa desa. Ini adalah perpustakaan kelilingnya Taman Baca Baraoi yang tidak
hanya sudah menghadirkan ribuan akses buku bacaan bagi anak-anak di Kecamatan
Petak Malai tetapi juga beragam aktivitas literasi dan edukasi di dalamnya,”
terangnya.

Sementara kantong buku pola
prinsipnya sederhana, tim mencari warga setempat yang bersedia dititipi
beberapa puluh eksemplar buku. Nantinya, secara suka rela pemilik tempat akan
mengelola koleksi bacaan tersebut untuk dibaca dan dipinjam oleh anak-anak
sekitar. “Buku-buku yang tidak seberapa tersebut akan diperbarui dengan cara
merotasinya dengan koleksi dari kantong buku dari desa lain saat kunjungan
Manalih Lewu,” tuturnya.

Kemudian, Out Door Class (ODC)
atau kegiatan belajar di luar kelas, yang populer dengan istilah sekolah alam.
“Kelasnya beragam misalnya English For Fun untuk kegiatan belajar Bahasa
Inggris tingkat dasar, atau matematika untuk kelas matematika pemula, serta
“sains di sekitar kita” untuk kelas yang membahas aplikasi sains
dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Selanjutnya, storytelling
(mendongeng) juga kegiatan yang rutin digeloar Taman Baca Baroi. “Mendongeng
ini biasanya lebih dominan diikuti anak-anak prasekolah atau usia sekolah dasar
yang kemampuan membacanya masih terbatas,” katanya.

Baca Juga :  Dirancang untuk Berjualan, Bisa Dinaiki Dua Orang

Terakhir, edukasi lingkungan.
Program ini banyak membawa anak-anak terlibat dalam kegiatan pro lingkungan
seperti menanam pohon, aksi sosial pungut sampah, pembibitan atau persemaian
tanaman buah langka serta berbagai kegiatan lainnya yang bertujuan mendukung
kelestarian lingkungan. Dengan terlibat langsung diharapkan akan tumbuh empati
dan kepedulian terhadap alam dalam diri mereka.

“Lima strategi menggaungkan semangat
literasi ini sebenarnya sudah cukup efektif dalam menebarkan virus membaca di
kalangan anak-anak di pedalaman Katingan, hanya saja karena keterbatasan dana,
impact-nya masih belum maksimal,” tuturnya.

Oleh karena itu, untuk
menciptakan imbas yang lebih besar Bambo Foundation melalui Taman Baca Baraoi
berencana mengadakan kegiatan Kemah Bakti Literasi pertama di Katingan.  Melalui event ini, anak-anak dari 7 desa dan
1 dusun di Kecamatan Petak Malai akan dipertemukan dan mengikuti rangkaian
kegiatan di antaranya, Bakti Sosial dan Tanam Pohon, Lomba Cerdas Cermat,
Mendongeng, Nonton Bareng Film Edukatif, Sosialisasi Kesehatan, dan Unjuk Bakat
Kesenian Daerah.

Jumani berharap, kegiatan ini
akan mendapat dukungan semua pihak terutama pemerintah daerah dan instansi
terkait.

“Ini adalah event terbesar kami,
untuk kegiatan sekelas ini dana dari kantong pribadi pengurus dan relawan
pastinya tidak akan cukup. Kami berharap banyak pada penggalangan donasi online
dan proposal yang telah kami ajukan”, ujarnya.

Dia menjelaskan dalam
mengumpulkan dana tim panitia menggunakan dua opsi yaitu donasi online,
www.kitabisa.com/kemahliterasi dan pengajuan proposal ke beberapa instansi
pemerintah dan pihak swasta. Namun demikian juga tidak menutup diri kepada
individu perorangan atau pribadi yang ingin ikut berperan menjadi bagian dari
“pejuang” literasi dengan menyisihkan sebagian rezekinya melalui rek BRI
7128-01-013147-53-3 an Yayasan Baraoi Mutiara Borneo. (hms/uni/ctk/nto)

BAGI sebagian besar masyarakat, membaca teks memang sangat mudah. Namun,
rendahnya minat baca membuat wawasan sulit berkembang. Untuk itu, perlu cara
khusus agar tetap semangat membaca.

Pengelola perpustakaan harus
berani berpikir “out of the box” untuk mencapai fungsi perpustakaan
yang paling sering terabaikan yaitu fungsi rekreasi. Hal tersebut disampaikan
oleh Muhammad Jumani, Pendiri Taman Baca Baraoi yang juga berprofesi sebagai
tenaga Pendidik di SMAN 1 Petak Malai, Kabupaten Katingan. 

Menurut Jumani, ada enam fungsi
sebuah perpustakaan; penyimpanan, edukatif, penelitian, informatif, kultural,
dan rekreasi atau hiburan. Fungsi rekreasi ini merupakan kunci untuk menggaet
para calon pembaca khususnya di Indonesia yang masih menempati posisi juru
kunci dalam hal literasi.

“Siapa yang tidak suka hiburan?
Semua orang pasti menyukainya. Oleh karena itu jika fungsi ini benar-benar
dijalankan, niscaya tidak ada lagi perpustakaan ataupun taman baca yang sepi
pengunjung,” terangnya sebagaimana rilis yang dikirim ke Kalteng Pos.

Solusi alternatif lainnya yang
juga dapat digunakan oleh pengelola perpustakaan milik pemerintah maupun
masyarakat agar tidak lesu adalah dengan menerapkan prinsip “jemput
bola”. Perpustakaan keliling adalah aplikasi kongkret dari prinsip ini.
Hanya saja, di era milineal berkeliling menyodorkan buku saja bisa jadi masih
belum cukup terutama untuk daerah yang calon pembacanya sudah mengenal gawai.
Perpustakaan keliling harus dikemas dalam bentuk yang lebih menarik dan
menghibur sehingga memiliki daya pikat.

Teknik “jemput bola”
mengeliminasi tabir pembatas antara buku dan calon pembaca. Dengan cara ini
pula jejaring relawan Pustaka Bergerak yang mulai menggema sejak tahun 2017
berhasil mencatatkan sebuah fakta baru.

“Kenyataan di lapangan, khususnya
di beberapa daerah pelosok membuktikan berbagai data rendahnya minat baca
masyarakat Indonesia yang telah dirilis beberapa pihak ternyata tidaklah
sepenuhnya tepat,” terang Jumani.

Menurutnya, sebagian besar dari
masyarakat Indonesia bukan tidak mau tetapi tidak ada akses buku yang bisa
mereka baca. Sehingga ketika para relawan simpul pustaka bergerak menghadirkan
buku, mereka begitu antusias melahap lembar-demi lembar halamannya.

Baca Juga :  Dua Tiang Rumah Raja Dipakai buat Fondasi Musala

“Ide-ide dengan strategi jemput
bola ini juga menjadi pilihan Taman Baca Baraoi Yayasan Baraoi Mutiara Borneo
(Bambo Foundation), yang saat ini telah lima tahun berbagi semangat literasi di
tengah anak-anak masyarakat suku Dayak tepatnya di Kecamatan Petak Malai,
Kabupaten Katingan Kalteng,” urainya.

Taman Baca yang berdiri sejak
tahun 2014 silam ini kini setidaknya memiliki lima variasi kegiatan yang
diharapkan dapat membentuk generasi-generasi yang siap menghadapi tantangan
jaman. Sebab menurut Jumani, meskipun berasal dari pedalaman, hak pendidikan
anak-anak tidak boleh terabaikan. Lima variasi kegiatan yang di maksud adalah
Manalih Lewu, Kantong Buku, Out Door Class, Storytelling, dan Edukasi
Lingkungan.

“Manalih Lewu yang berarti
menyapa desa. Ini adalah perpustakaan kelilingnya Taman Baca Baraoi yang tidak
hanya sudah menghadirkan ribuan akses buku bacaan bagi anak-anak di Kecamatan
Petak Malai tetapi juga beragam aktivitas literasi dan edukasi di dalamnya,”
terangnya.

Sementara kantong buku pola
prinsipnya sederhana, tim mencari warga setempat yang bersedia dititipi
beberapa puluh eksemplar buku. Nantinya, secara suka rela pemilik tempat akan
mengelola koleksi bacaan tersebut untuk dibaca dan dipinjam oleh anak-anak
sekitar. “Buku-buku yang tidak seberapa tersebut akan diperbarui dengan cara
merotasinya dengan koleksi dari kantong buku dari desa lain saat kunjungan
Manalih Lewu,” tuturnya.

Kemudian, Out Door Class (ODC)
atau kegiatan belajar di luar kelas, yang populer dengan istilah sekolah alam.
“Kelasnya beragam misalnya English For Fun untuk kegiatan belajar Bahasa
Inggris tingkat dasar, atau matematika untuk kelas matematika pemula, serta
“sains di sekitar kita” untuk kelas yang membahas aplikasi sains
dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Selanjutnya, storytelling
(mendongeng) juga kegiatan yang rutin digeloar Taman Baca Baroi. “Mendongeng
ini biasanya lebih dominan diikuti anak-anak prasekolah atau usia sekolah dasar
yang kemampuan membacanya masih terbatas,” katanya.

Baca Juga :  Dirancang untuk Berjualan, Bisa Dinaiki Dua Orang

Terakhir, edukasi lingkungan.
Program ini banyak membawa anak-anak terlibat dalam kegiatan pro lingkungan
seperti menanam pohon, aksi sosial pungut sampah, pembibitan atau persemaian
tanaman buah langka serta berbagai kegiatan lainnya yang bertujuan mendukung
kelestarian lingkungan. Dengan terlibat langsung diharapkan akan tumbuh empati
dan kepedulian terhadap alam dalam diri mereka.

“Lima strategi menggaungkan semangat
literasi ini sebenarnya sudah cukup efektif dalam menebarkan virus membaca di
kalangan anak-anak di pedalaman Katingan, hanya saja karena keterbatasan dana,
impact-nya masih belum maksimal,” tuturnya.

Oleh karena itu, untuk
menciptakan imbas yang lebih besar Bambo Foundation melalui Taman Baca Baraoi
berencana mengadakan kegiatan Kemah Bakti Literasi pertama di Katingan.  Melalui event ini, anak-anak dari 7 desa dan
1 dusun di Kecamatan Petak Malai akan dipertemukan dan mengikuti rangkaian
kegiatan di antaranya, Bakti Sosial dan Tanam Pohon, Lomba Cerdas Cermat,
Mendongeng, Nonton Bareng Film Edukatif, Sosialisasi Kesehatan, dan Unjuk Bakat
Kesenian Daerah.

Jumani berharap, kegiatan ini
akan mendapat dukungan semua pihak terutama pemerintah daerah dan instansi
terkait.

“Ini adalah event terbesar kami,
untuk kegiatan sekelas ini dana dari kantong pribadi pengurus dan relawan
pastinya tidak akan cukup. Kami berharap banyak pada penggalangan donasi online
dan proposal yang telah kami ajukan”, ujarnya.

Dia menjelaskan dalam
mengumpulkan dana tim panitia menggunakan dua opsi yaitu donasi online,
www.kitabisa.com/kemahliterasi dan pengajuan proposal ke beberapa instansi
pemerintah dan pihak swasta. Namun demikian juga tidak menutup diri kepada
individu perorangan atau pribadi yang ingin ikut berperan menjadi bagian dari
“pejuang” literasi dengan menyisihkan sebagian rezekinya melalui rek BRI
7128-01-013147-53-3 an Yayasan Baraoi Mutiara Borneo. (hms/uni/ctk/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru