Ketika musim hujan melanda
sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini, maka dibutuhkan
sumber informasi yang akurat bagi masyarakat untuk mengetahui kondisi cuaca setiap hari. Sumber yang
bisa menjadi pegangan data yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
AGUS JAYA, Palangka Raya
KEMAJUAN teknologi yang
pesat membuat informasi perkiraan tentang cuaca mudah didapatkan dan diketahui.
Kapan bakal turun hujan, kemarau, dan lainnya. Bahkan, pesatnya kemajuan teknologi
ini semakin memudahkan manusia untuk mengetahui tentang kondisi cuaca di sekitarnya
hanya dengan
mengakses secara online info BMKG. Hal itu dibenarkan oleh prakirawan BMKG, Roland
Binery.
“Masyarakat bisa download aplikasi info BMKG. Aplikasi
ini bisa juga diakses lewat ponsel,†terangnya
saat
berbincang dengan Kalteng Pos, di Kantor Operasional Stasiun
Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut Palangka Raya, kemarin (11/1).
Terkait prakiraan kondisi cuaca di musim hujan
seperti saat ini, kata Roland, BMKG Kalteng sudah
mengeluarkan informasi peringatan dini
cuaca ekstrem. Berdasarkan data yang dihimpun BMKG,
pada Januari ini
hampir
sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami puncak musim
hujan. Hampir setiap hari diguyur hujan lebat bahkan
disertai
petir dan angin kencang.
“Contohnya
di Sampit. Angin kencang sampai merobohkan pohon. Dari
pantauan kami, saat ini di wilayah Pangkalan
Bun dan Sukamara sedang dilanda hujan lebat disertai angin
kencang,†jelas Roland lagi.
Berdasarkan data yang
dimiliki pihaknya,
curah hujan tinggi akan terus terjadi di wilayah Palangka
Raya dan Pulang Pisau bagian utara hingga Maret nanti.
Dijelaskan
Roland
Binery, BMKG merupakan salah satu badan
pemerintah non–departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Kantor Stasiun Meteorologi
Kelas I Tjilik Riwut sudah berdiri sejak 1978 lalu. Hampir
beriringan dengan beroperasionalnya
Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya.
Saat ini Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangka
Raya bertindak sebagai koordinator provinsi untuk lima kantor stasiun pengamatan meteorologi
yang ada di Kalteng. Selain Stasiun
Meteorologi Palangka Raya,
BMKG
juga mempunyai kantor stasiun
meteorologi di Sampit, Pangkalan Bun, Muara Teweh, dan Buntok.
Stasiun tersebut merupakan
unit pelaksana teknis di lingkungan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika dan
bertanggung jawab langsung
dengan kepala
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Saat ini Catur Winarti
dipercayakan memimpin Stasiun Meteorologi
Tjilik Riwut Kelas I Palangka Raya.
Dikatakan
Roland,
jumlah prakirawan yang saat ini bertugas di Stasiun Meteorologi
Tjilik Riwut berjumlah lima orang,
yakni Lian
Adriani, Ika Friti, Weny Anggi, Cindy Putri, dan dirinya sendiri.
“Pada prinsipnya kantor ini tidak ada libur dan
tidak boleh kosong. Jadi
kami bekerja di sini sistem shift alias bergantian.
Harus stand by 24 jam penuh untuk
mengamati data perkiraan cuaca.†tuturnya.
Tugas seorang prakirawan, sebutnya, yakni menganalisa
data meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan prosedur dan barometer khusus, mengobservasi sekaligus mengolah data informasi
cuaca yang
sudah dikumpulkan itu, sekaligus membuat prakiraan ke
depannya.
Dalam menjalankan tugas,
seorang prakirawan selalu ditemani
oleh seorang pengamat cuaca. Tugas seorang pengamat cuaca adalah menghimpun dan
mengamati unsur-unsur cuaca yang didata
berdasarkan pengamatan langsung. Selanjutnya data tersebut dikirim
ke pihak maskapai penerbangan dan
pengawas lalu lintas udara. Diketahui ada enam orang yang
bertugas sebagai pengamat cuaca di Stasiun Meteorologi Tjilik
Riwut.
Untuk membuat prakiraan cuaca dan mengolah data
cuaca, seorang prakirawan dibantu oleh berbagai peralatan yang berada di taman
alat. Lokasinya di pinggir runway Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya. Alat-alat
yang dipakai untuk mengetahui kondisi cuaca, antara lain termometer
untuk mengukur suhu udara, aninometer untuk mengukur
arah dan kecepatan angin, barometer untuk mengukur tekanan udara,
ambrometer untuk mengukur curah hujan, evaporimeter,
serta beberapa alat lain lagi.
“Untuk pemeliharaan alat-alat itu, kami memiliki teknisi
khusus. Setiap hari mereka mengecek sekaligus membersihkan
alat-alat itu,†ucap pria berusia 28
tahun ini.
Selain mengandalkan
peralatan
darat, BMKG juga memanfaatkan data yang dihimpun dari radar cuaca
dan data satelit. Ada dua radar cuaca yang digunakan. Pertama, radar cuaca yang berada
di
Pangkalan Bun untuk memantau cuaca di wilayah barat Kalteng. Sementara radar kedua
berada di
Palangka Raya. Sedangkan untuk data satelit,
BMKG se-Indonesia
menggunakan data dari satelit cuaca Himawari. Sedangkan khusus
untuk memantau persebaran hotspot,
pihak BMKG bekerja sama dengan Lapan,
khususnya melalui satelit NOAH,
TERRA,
dan AQUA.
Menurut Roland, sebelum
bekerja menjadi seorang prakirawan cuaca, ia dididik
di sekolah kedinasan khusus, yakni Sekolah
Tinggi Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika (STMKG).
“STMKG itu ada di Tangerang
Selatan di Bintaro. Lulusan STMKG ditugaskan ke
kantor-kantor BMKG di seluruh Indonesia,â€
terang lulusan STMKG 2013 lalu itu.
Menurut Roland, membandingkan wilayah Kalteng
yang terbilang cukup luas ini, 25 orang
pegawai yang bekerja pada Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik
Riwut ini terasa masih kurang.
“Kalau pada stasiun BMKG di Jawa dan Sumatera, jumlah pegawainya bisa mencapai 60 orang. Jelas di sini masih sangat kurang pegawai,†pungkasnya.
(*/ce/ala)