27.3 C
Jakarta
Tuesday, April 22, 2025

Ada yang Alih Profesi, Ada yang Maskernya Terjual hingga Luar Negeri

Dalam kesempitan ada
kesempatan. Tentu bagi siapa saja yang jeli. Kesempatan itu dalam berbagai hal,
termasuk untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Covid-19 adalah kesempitan.
Menjual masker adalah kesempatannya. Pegiat seni Benny M Tundan dan penyedia
jasa perbaikan kartu identitas Budi Santoso (40) jeli melihat peluang itu.

 

PATHUR RAHMAN-AINUR
ROFIQ
,
Palangka Raya

BERAWAL dari
keisengan, pegiat seni Benny M Tundan mengubah rotan menjadi masker. Pandemi
Covid-19 sendiri tak membuatnya kehilangan ide berkarya dan berinovasi. Selain
itu, masker buatannya sarat dengan kearifan lokal.

Pandemi Covid-19
sendiri mengubah perilaku masyarakat dalam penggunaan masker. Setiap keluar
rumah, masyarakat menggunakan masker. Pemerintah pun mengimbau penggunaan
masker demi terhindar dari Covid-19. Kebutuhan masker pun meningkat.

Kesempatan dalam
kesempitan itulah yang menginspirasi Benny untuk membantu penyediaan masker
dengan memanfaatkan bahan baku lokal dan dibuat dengan tampilan lebih menarik.
Benny pun mulai mengonsep bentuk masker dan desain pembuatan masker dalam
bentuk draf kasar gambar biasa. Setelah dirasa cukup sempurna dan bisa dibuat,
Ben mencoba membuat beberapa masker dari rotan.

“Kita tahu sendiri kan
saat pandemi Covid-19 seperti ini hampir tidak mungkin sanggar tari seperti
kami bisa mendapatkan job, karena memang tidak ada kegiatan seremonial yang
biasa dilakukan oleh pemerintah maupun acara pernikahan. Jadi saya putuskan
membuat masker ini untuk mendapat penghasilan,” ungkapnya kepada Kalteng Pos,
Kamis (9/7).

Benny menurutkan, pada
hari pertama merilis masker itu, dirinya langsung kebanjira order. Baik orderan
melalui Facebook, Instagram, WhatsApp, maupun langsung via sms dan telepon. Saking
banyaknya orderan, ia mengaku kewalahan menanganinya sendiri. Bahkan ia pernah
menerima orderan terbanyak, yakni 50 masker dalam sehari.

Baca Juga :  Sosialisasi Berjalan, di Sisi Lain Api Sudah Berkobar

“Banyak yang bilang
saya PHP (pemberi harapan palsu, red), karena pada hari pertama launching,
jumlah orderan tidak sesuai dengan jumlah ketersediaan barang. Cukup banyak
pengorder yang tidak kebagian,” jelasnya.

Pembuatan masker dari
rotan ini tak dikerjakannya sendiri. Ia menggandeng beberapa pihak. Bahan baku
rotan ia dapatkan dari pengrajin rotan lokal yang berada di seputaran Jalan G
Obos. Untuk proses penjahitannya juga melibatkan penjahit lokal yang membuka
usaha tepat di depan rumahnya.

“Kebetulan penjahit tersebut
mengontrak di toko mama, jadi aku ajak sekalian buat bermitra,” terangnya.

Benny mengungkapkan, pada
awal penjualan masker rotan itu, ia mematok harga Rp50 ribu per masker. Namun,
karena keterbatasan bahan baku rotan saat ini, Benny terpaksa menaikan harga jual,
Rp75 ribu untuk satu masker.

“Mohon maaf ya, Ben
terpaksa menaikkan harga maskernya, karena saat ini bahan baku utamanya lumayan
sulit didapatkan, menyebabkan biaya produksi meningkat,” bebernya.

Dengan naiknya harga jual
masker tersebut, Benny memastikan bahwa kualitasnya pun ditingkatkan. Mahalnya
harga jual sebanding dengan kualitas barang. Menurutnya, selain fashionable dan
memiliki kearifan lokal, masker tersebut juga terbuat dari lima lapis bahan
yang benar-benar dipastikan keamanan dan kenyamanan dalam penggunaannya.

Bahkan beberapa tokoh
dan pejabat terkenal juga menggunakan masker buatannya. Salah satunya, Wakil
Wali Kota Palangka Raya Hj Umi Mastikah. Benny juga mengatakan bahwa masker buatannya
itu sudah menyasar hingga ke luar negeri, seperti Perancis dan Singapura.

Permintaan dari dalam
negeri, sebutnya, cukup tinggi. Baik dari warga Kalteng maupun luar Kalteng.
“Kalau ditanya berapa jumlah yang laku, saya tidak menghitung. Yang pasti di
atas 200 masker sudah terjual,” tuturnya.

Baca Juga :  Kongkow Lebih Dua Orang, Pilih Denda Rp13 Juta atau Dipenjara

Saat lagi booming,
Benny bisa mendapatkan omzet hingga Rp2 juta per hari. “Kalau dihitung, minggu
ini sudah 40 masker rotan yang laku. Bisa dilihat sendiri, hanya tersisa tiga
masker saja,” ucapnya sambil menunjuk ke arah masker. Dalam sehari ia bisa menjual
lima hingga enam masker melalui online shop seperti Shopee dan Tokopedia.

“Puji Tuhan untuk saat
ini antusiasme masyarakat lokal maupun dari luar terhadap masker rotan ini
masih cukup tinggi,” pungkasnya.

Di tempat terpisah,
seorang penyedia jasa perbaikan kartu identitas, Budi Santoso (40), juga
mengaku berhasil meraup untung dengan menjual masker, berkat kejelian melihat
peluang usaha. Warga kelahiran Palangka Raya ini sehari-hari bekerja sebagai
penyedia jasa laminating kartu seperti KTP, SIM, NPWP, dan lainnya.

Ia mengaku biasa
menjajakan dagangannya di pinggir jalan yang banyak dilewati orang-orang.
“Dulu sebelum corona, sebenarnya saya juga sudah jualan masker. Saya jual
masker saat musim karhutla. Rp10 ribu bisa dapat tiga. Tapi sekarang harga naik.
Satu masker dijual Rp10 ribu hingga Rp15 ribu,” katanya saat ditemui ketika
berjualan di bahu Jalan Tjilik Riwut Km 5, Rabu (8/7).

Menurut pria kelahiran
1980 itu, kualitas masker kain yang ia jual sangat baik. Bahan masker kain yang
digunakan berasal dari kain perca baju bermerek. Hasilnya pun lumayan untuk
menambah pendapatan.

“Untuk masker ini saja, kalau dalam
hitungan sehari, mungkin bisa dapat penghasilan hingga Rp200 ribu. Kalau sedang
ramai pembeli, alhamdulillah bisa membawa rezeki lebih banyak,” papar
bapak dua anak ini.

Dalam kesempitan ada
kesempatan. Tentu bagi siapa saja yang jeli. Kesempatan itu dalam berbagai hal,
termasuk untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Covid-19 adalah kesempitan.
Menjual masker adalah kesempatannya. Pegiat seni Benny M Tundan dan penyedia
jasa perbaikan kartu identitas Budi Santoso (40) jeli melihat peluang itu.

 

PATHUR RAHMAN-AINUR
ROFIQ
,
Palangka Raya

BERAWAL dari
keisengan, pegiat seni Benny M Tundan mengubah rotan menjadi masker. Pandemi
Covid-19 sendiri tak membuatnya kehilangan ide berkarya dan berinovasi. Selain
itu, masker buatannya sarat dengan kearifan lokal.

Pandemi Covid-19
sendiri mengubah perilaku masyarakat dalam penggunaan masker. Setiap keluar
rumah, masyarakat menggunakan masker. Pemerintah pun mengimbau penggunaan
masker demi terhindar dari Covid-19. Kebutuhan masker pun meningkat.

Kesempatan dalam
kesempitan itulah yang menginspirasi Benny untuk membantu penyediaan masker
dengan memanfaatkan bahan baku lokal dan dibuat dengan tampilan lebih menarik.
Benny pun mulai mengonsep bentuk masker dan desain pembuatan masker dalam
bentuk draf kasar gambar biasa. Setelah dirasa cukup sempurna dan bisa dibuat,
Ben mencoba membuat beberapa masker dari rotan.

“Kita tahu sendiri kan
saat pandemi Covid-19 seperti ini hampir tidak mungkin sanggar tari seperti
kami bisa mendapatkan job, karena memang tidak ada kegiatan seremonial yang
biasa dilakukan oleh pemerintah maupun acara pernikahan. Jadi saya putuskan
membuat masker ini untuk mendapat penghasilan,” ungkapnya kepada Kalteng Pos,
Kamis (9/7).

Benny menurutkan, pada
hari pertama merilis masker itu, dirinya langsung kebanjira order. Baik orderan
melalui Facebook, Instagram, WhatsApp, maupun langsung via sms dan telepon. Saking
banyaknya orderan, ia mengaku kewalahan menanganinya sendiri. Bahkan ia pernah
menerima orderan terbanyak, yakni 50 masker dalam sehari.

Baca Juga :  Sosialisasi Berjalan, di Sisi Lain Api Sudah Berkobar

“Banyak yang bilang
saya PHP (pemberi harapan palsu, red), karena pada hari pertama launching,
jumlah orderan tidak sesuai dengan jumlah ketersediaan barang. Cukup banyak
pengorder yang tidak kebagian,” jelasnya.

Pembuatan masker dari
rotan ini tak dikerjakannya sendiri. Ia menggandeng beberapa pihak. Bahan baku
rotan ia dapatkan dari pengrajin rotan lokal yang berada di seputaran Jalan G
Obos. Untuk proses penjahitannya juga melibatkan penjahit lokal yang membuka
usaha tepat di depan rumahnya.

“Kebetulan penjahit tersebut
mengontrak di toko mama, jadi aku ajak sekalian buat bermitra,” terangnya.

Benny mengungkapkan, pada
awal penjualan masker rotan itu, ia mematok harga Rp50 ribu per masker. Namun,
karena keterbatasan bahan baku rotan saat ini, Benny terpaksa menaikan harga jual,
Rp75 ribu untuk satu masker.

“Mohon maaf ya, Ben
terpaksa menaikkan harga maskernya, karena saat ini bahan baku utamanya lumayan
sulit didapatkan, menyebabkan biaya produksi meningkat,” bebernya.

Dengan naiknya harga jual
masker tersebut, Benny memastikan bahwa kualitasnya pun ditingkatkan. Mahalnya
harga jual sebanding dengan kualitas barang. Menurutnya, selain fashionable dan
memiliki kearifan lokal, masker tersebut juga terbuat dari lima lapis bahan
yang benar-benar dipastikan keamanan dan kenyamanan dalam penggunaannya.

Bahkan beberapa tokoh
dan pejabat terkenal juga menggunakan masker buatannya. Salah satunya, Wakil
Wali Kota Palangka Raya Hj Umi Mastikah. Benny juga mengatakan bahwa masker buatannya
itu sudah menyasar hingga ke luar negeri, seperti Perancis dan Singapura.

Permintaan dari dalam
negeri, sebutnya, cukup tinggi. Baik dari warga Kalteng maupun luar Kalteng.
“Kalau ditanya berapa jumlah yang laku, saya tidak menghitung. Yang pasti di
atas 200 masker sudah terjual,” tuturnya.

Baca Juga :  Kongkow Lebih Dua Orang, Pilih Denda Rp13 Juta atau Dipenjara

Saat lagi booming,
Benny bisa mendapatkan omzet hingga Rp2 juta per hari. “Kalau dihitung, minggu
ini sudah 40 masker rotan yang laku. Bisa dilihat sendiri, hanya tersisa tiga
masker saja,” ucapnya sambil menunjuk ke arah masker. Dalam sehari ia bisa menjual
lima hingga enam masker melalui online shop seperti Shopee dan Tokopedia.

“Puji Tuhan untuk saat
ini antusiasme masyarakat lokal maupun dari luar terhadap masker rotan ini
masih cukup tinggi,” pungkasnya.

Di tempat terpisah,
seorang penyedia jasa perbaikan kartu identitas, Budi Santoso (40), juga
mengaku berhasil meraup untung dengan menjual masker, berkat kejelian melihat
peluang usaha. Warga kelahiran Palangka Raya ini sehari-hari bekerja sebagai
penyedia jasa laminating kartu seperti KTP, SIM, NPWP, dan lainnya.

Ia mengaku biasa
menjajakan dagangannya di pinggir jalan yang banyak dilewati orang-orang.
“Dulu sebelum corona, sebenarnya saya juga sudah jualan masker. Saya jual
masker saat musim karhutla. Rp10 ribu bisa dapat tiga. Tapi sekarang harga naik.
Satu masker dijual Rp10 ribu hingga Rp15 ribu,” katanya saat ditemui ketika
berjualan di bahu Jalan Tjilik Riwut Km 5, Rabu (8/7).

Menurut pria kelahiran
1980 itu, kualitas masker kain yang ia jual sangat baik. Bahan masker kain yang
digunakan berasal dari kain perca baju bermerek. Hasilnya pun lumayan untuk
menambah pendapatan.

“Untuk masker ini saja, kalau dalam
hitungan sehari, mungkin bisa dapat penghasilan hingga Rp200 ribu. Kalau sedang
ramai pembeli, alhamdulillah bisa membawa rezeki lebih banyak,” papar
bapak dua anak ini.

Terpopuler

Artikel Terbaru