30.7 C
Jakarta
Tuesday, April 23, 2024

Pohon Pelangi, Pohon Langka yang Hanya Ada Satu di Surabaya

Tanaman yang bernama Latin Eucalyptus
deglupta ini merupakan aset berharga Kota Pahlawan. Itu salah satu pohon langka
yang dimiliki Surabaya.

FAJAR ANUGRAH TUMANGGORSurabaya

Begitu memasuki Kebun Bibit
Wonorejo, Rungkut, pengunjung langsung disuguhi pemandangan hijau. Aneka
tanaman berjajar di kiri-kanan kebun menyambut siapa saja yang datang. Mulai
tanaman pelindung, aneka semak, hingga tanaman yang bernilai estetis.

Salah satu tanaman itu ialah
pohon pelangi. Posisinya tidak jauh dari pintu masuk Kebun Bibit. Saat menuju
ke tengah kebun, mata pengunjung sudah bisa melihatnya. Hanya, tak semua
pengunjung menyadari keberadaan pohon setinggi 15 meter tersebut.

Umumnya, warga yang datang ke
Kebun Bibit langsung menyerbu fasilitas kebun. Bagi mereka yang membawa anak,
seluncuran atau jembatan halang rintang jadi favorit. Sedikit sekali yang
menyadari keberadaannya “Padahal, posisi pohon itu berada di tempat terbuka.
Sangat dekat dengan jalur pejalan kaki,” ucap staf Kebun Bibit Wonorejo Munadi.

Saat dijumpai belum lama ini,
dia tengah sibuk merawat tanaman tersebut. “Meskipun banyak warga yang hanya
lewat. Ada juga warga yang bertanya tentang pohon ini,” jelasnya. Di antaranya,
Heri Purnomo. Pria yang berdomisili di Kedungdoro, Tegalsari, itu penasaran
dengan pohon yang masuk keluarga eukaliptus tersebut.

“Saya membawa turut istri dan
dua anak saya. Pak Munadi tadi menjelaskan ke mereka tentang tanaman tersebut,”
ujarnya.

Baca Juga :  Kisah Bunyi Keranda dan Ambulan Jadi Pertanda Tamu Untuk Penggali Kubu

Kedua anak Heri yang bernama
Nazhabilla Putri Purnomo dan Maheswari Atiyah Purnomo tampak malu-malu saat
Munadi memulai penjelasan. “Adik-adik, ini namanya pohon pelangi ya. Pohonnya
warna-warni,” ungkap dia kepada mereka. Nazhabilla lantas bertanya warna apa
saja yang dimiliki pohon itu. Munadi menyebut aneka warna. Mulai merah, kuning,
hijau, biru, ungu, jingga, hingga cokelat. “Karena itulah, pohon ini dinamai
pelangi,” ungkap Munadi disambut anggukan kedua anak.

Dia menuturkan, pohon yang
berdiameter 32 sentimeter tersebut memang unik. Warnanya indah. Kehadiran warna
itu, kata dia, disebabkan getah yang keluar dari dalam pohon dan mengenai kulit
pohon di bagian lain. Sehingga terbentuk sebuah lapisan warna. “Awalnya, yang
muncul biru. Setelah itu, diikuti warna lain,” jelasnya.

Proses situ terjadi secara beraturan
dan sepanjang musim. “Sehingga para pengunjung bisa menikmati keindahannya
kapan pun,” tutur Munadi sembari menunjukkan kulit batang pohon yang
mengelupas. Karena itulah, pohon pelangi tersebut mendapatkan perhatian serius
dari Pemkot Surabaya.

“Ini pohon langka. Hanya
satu-satunya. Harus kami rawat total,” tambah Kasi Ruang Terbuka Hijau DKRTH
Surabaya Rochim Yuliadi.

Dia menuturkan, pohon itu
sebenarnya dibeli tujuh tahun lalu. Tujuannya, ditanam di jalur pedestrian
kota. Namun, setelah dianalisis, pohon pelangi tidak cocok ditanam di jalur
pedestrian. “Pohon ini tidak berbunga. Sedangkan untuk jalur pedestrian harus
berbunga. Masyarakat kota juga lebih senang dengan yang berbunga. Itu terbukti
dengan mekarnya tabebuya,” ujar dia.

Baca Juga :  Digempur Corona, Bertahan Hidup di Balik Kostum Badut Jalanan

Selain itu, pohon pelangi
sangat mahal. Rochim tidak mau menyebut berapa harganya. “Atas pertimbangan
itulah, pohon ini kami jadikan koleksi di Kebun Bibit saja,” tutur dia. Hingga
saat ini, tidak terjadi kendala dalam proses tumbuh kembang pohon yang memiliki
nama lain Mindanao Gum tersebut.

“Tanaman ini memang nggak
rewel. Perawatannya mudah,” ungkap Rochim. Selain menyiraminya sekali sehari,
petugas memberi pupuk gandasil dan kompos.

Lantas, apakah ada penambahan
koleksi berikutnya? Dia menuturkan belum dapat arahan dari Wali Kota Tri
Rismaharini. “Pernah saya ajukan. Tapi, Bu Wali mengarahkan saya untuk
memperbanyak tanaman berbunga,” ungkap Rochim. Risma berpesan agar pohon
pelangi itu dibiakkan di Kebun Bibit saja. “Sambil menunggu waktu untuk
melakukan proses penyetekan,” ungkapnya.

Rochim mengakui belum pernah
menyetek pohon pelangi tersebut. “Saya belum bisa memperkirakan. Dari segi
waktu dan tekniknya,” ujarnya.

Menurut dia, penyetekan pohon
pelangi dengan pohon lainnya berbeda. “Pohon yang lain, kami sudah tahu
tekniknya. Sudah pengalaman juga. Yang ini belum,” ungkap Rochim. Kendati
begitu, uji coba penyetekan akan dilakukan. (*)

 

Tanaman yang bernama Latin Eucalyptus
deglupta ini merupakan aset berharga Kota Pahlawan. Itu salah satu pohon langka
yang dimiliki Surabaya.

FAJAR ANUGRAH TUMANGGORSurabaya

Begitu memasuki Kebun Bibit
Wonorejo, Rungkut, pengunjung langsung disuguhi pemandangan hijau. Aneka
tanaman berjajar di kiri-kanan kebun menyambut siapa saja yang datang. Mulai
tanaman pelindung, aneka semak, hingga tanaman yang bernilai estetis.

Salah satu tanaman itu ialah
pohon pelangi. Posisinya tidak jauh dari pintu masuk Kebun Bibit. Saat menuju
ke tengah kebun, mata pengunjung sudah bisa melihatnya. Hanya, tak semua
pengunjung menyadari keberadaan pohon setinggi 15 meter tersebut.

Umumnya, warga yang datang ke
Kebun Bibit langsung menyerbu fasilitas kebun. Bagi mereka yang membawa anak,
seluncuran atau jembatan halang rintang jadi favorit. Sedikit sekali yang
menyadari keberadaannya “Padahal, posisi pohon itu berada di tempat terbuka.
Sangat dekat dengan jalur pejalan kaki,” ucap staf Kebun Bibit Wonorejo Munadi.

Saat dijumpai belum lama ini,
dia tengah sibuk merawat tanaman tersebut. “Meskipun banyak warga yang hanya
lewat. Ada juga warga yang bertanya tentang pohon ini,” jelasnya. Di antaranya,
Heri Purnomo. Pria yang berdomisili di Kedungdoro, Tegalsari, itu penasaran
dengan pohon yang masuk keluarga eukaliptus tersebut.

“Saya membawa turut istri dan
dua anak saya. Pak Munadi tadi menjelaskan ke mereka tentang tanaman tersebut,”
ujarnya.

Baca Juga :  Kisah Bunyi Keranda dan Ambulan Jadi Pertanda Tamu Untuk Penggali Kubu

Kedua anak Heri yang bernama
Nazhabilla Putri Purnomo dan Maheswari Atiyah Purnomo tampak malu-malu saat
Munadi memulai penjelasan. “Adik-adik, ini namanya pohon pelangi ya. Pohonnya
warna-warni,” ungkap dia kepada mereka. Nazhabilla lantas bertanya warna apa
saja yang dimiliki pohon itu. Munadi menyebut aneka warna. Mulai merah, kuning,
hijau, biru, ungu, jingga, hingga cokelat. “Karena itulah, pohon ini dinamai
pelangi,” ungkap Munadi disambut anggukan kedua anak.

Dia menuturkan, pohon yang
berdiameter 32 sentimeter tersebut memang unik. Warnanya indah. Kehadiran warna
itu, kata dia, disebabkan getah yang keluar dari dalam pohon dan mengenai kulit
pohon di bagian lain. Sehingga terbentuk sebuah lapisan warna. “Awalnya, yang
muncul biru. Setelah itu, diikuti warna lain,” jelasnya.

Proses situ terjadi secara beraturan
dan sepanjang musim. “Sehingga para pengunjung bisa menikmati keindahannya
kapan pun,” tutur Munadi sembari menunjukkan kulit batang pohon yang
mengelupas. Karena itulah, pohon pelangi tersebut mendapatkan perhatian serius
dari Pemkot Surabaya.

“Ini pohon langka. Hanya
satu-satunya. Harus kami rawat total,” tambah Kasi Ruang Terbuka Hijau DKRTH
Surabaya Rochim Yuliadi.

Dia menuturkan, pohon itu
sebenarnya dibeli tujuh tahun lalu. Tujuannya, ditanam di jalur pedestrian
kota. Namun, setelah dianalisis, pohon pelangi tidak cocok ditanam di jalur
pedestrian. “Pohon ini tidak berbunga. Sedangkan untuk jalur pedestrian harus
berbunga. Masyarakat kota juga lebih senang dengan yang berbunga. Itu terbukti
dengan mekarnya tabebuya,” ujar dia.

Baca Juga :  Digempur Corona, Bertahan Hidup di Balik Kostum Badut Jalanan

Selain itu, pohon pelangi
sangat mahal. Rochim tidak mau menyebut berapa harganya. “Atas pertimbangan
itulah, pohon ini kami jadikan koleksi di Kebun Bibit saja,” tutur dia. Hingga
saat ini, tidak terjadi kendala dalam proses tumbuh kembang pohon yang memiliki
nama lain Mindanao Gum tersebut.

“Tanaman ini memang nggak
rewel. Perawatannya mudah,” ungkap Rochim. Selain menyiraminya sekali sehari,
petugas memberi pupuk gandasil dan kompos.

Lantas, apakah ada penambahan
koleksi berikutnya? Dia menuturkan belum dapat arahan dari Wali Kota Tri
Rismaharini. “Pernah saya ajukan. Tapi, Bu Wali mengarahkan saya untuk
memperbanyak tanaman berbunga,” ungkap Rochim. Risma berpesan agar pohon
pelangi itu dibiakkan di Kebun Bibit saja. “Sambil menunggu waktu untuk
melakukan proses penyetekan,” ungkapnya.

Rochim mengakui belum pernah
menyetek pohon pelangi tersebut. “Saya belum bisa memperkirakan. Dari segi
waktu dan tekniknya,” ujarnya.

Menurut dia, penyetekan pohon
pelangi dengan pohon lainnya berbeda. “Pohon yang lain, kami sudah tahu
tekniknya. Sudah pengalaman juga. Yang ini belum,” ungkap Rochim. Kendati
begitu, uji coba penyetekan akan dilakukan. (*)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru