27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Digempur Corona, Bertahan Hidup di Balik Kostum Badut Jalanan

Badut, memang identik dengan tampilan yang lucu dan menarik perhatian.
Namun tak banyak yang tahu kisah seseorang yang ada di balik kostum badut
tersebut. Seperti kisah para badut jalanan yang ada di Kota Palangka Raya.

======================

ADAM, pemuda 25 tahun ini adalah salah satu orang yang ada di balik
kostum badut karakter kartun Tom. Pria asal Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan (Kalsel) ini biasanya harus berdiri berjam-jam menggunakan
kostum badut yang disewa seharga Rp75 ribu per hari.

Untuk menutupi harga sewa kostum,
ia pun bekerja sebagai penghibur atau badut yang biasa tampil di daerah Jalan
Yos Sudarso, tak jauh dari simpangan Jalan Bukit Keminting yang memang cukup
ramai dilalui warga setiap harinya.

Disela-sela kesibukan nya mencari
rezeki, Adam pun menceritakan kepada prokalteng.co
bagaimana hingga akhirnya dirinya rela berdiri di tepi jalan tak peduli panas
dan hujan dengan mengenakan kostum badut.

Menurut Adam, sebelumnya dia bekerja
di bengkel mobil sebagai seorang montir. Namun karena pandemi Covid-19,
ungkapnya bengkelnya pun sepi dan hasilnya tak mampu untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Kondisi itu memaksanya untuk memutar otak, hingga akhirnya menjalani
pekerjaan sebagai badut jalanan.

“Kostumnya kami sewa 75 ribu
sehari, ya kadang kalau enggak memenuhi target ya bisa juga harus menombok
untuk bayar sewa kostum. Gerah kalau yang belum biasa pakai kostum ini, paling
bisa-bisa 10 menit sudah keringatan,” kata Adam, Sabtu (2/1).

Baca Juga :  Peserta Antusias, Tujuh Sekolah Lolos Babak Penyisihan

Diceritakannya bahwa, memang
sebelumnya ia pun juga sempat menggeluti profesi sebagai badut di Kotabaru,
Kalsel. Hingga akhirnya mencoba untuk mengais rejeki di Kota Cantik, dengan
profesi sebagai badut.

Sembari mengelap keringat yang
mengucur di wajahnya, Adam menuturkan, awalnya dia mencoba untuk melakoni profesi
sebagai badut di Kotabaru, Kalimantan Selatan sekitar dua bulanan. Dan sekarang
kurang lebih sekitar 4-5 bulan sudah menjalani profesi sebagai badut di Kota
Cantik.

“Ya kerja seperti ini oleh
Corona juga, karena dulu saya bekerja otomotif bengkel mobil di daerah Tanah
Bumbu. Ya di bengkel sendiri, tapi semenjak Corona mulai sepi akhirnya bekerja
begini,” ujarnya.

Lebih jauh Adam menceritakan,
jika untuk penghasilan sehari-hari yang didapat memang tak menentu. Kadang bisa
mendapatkan 200 ribu, namun belum dipotong biaya sewa kostum dan ongkos makan.

Biasanya sekitar pukul 15.30 WIB,
pria perantauan ini pun sudah berangkat kerja dari kost atau kontrakan yang
berada di Jalan Punai, dimana kost yang disewa dengan harga 650 ribu per bulan
tersebut juga dihuninya bersama 6 orang temannya yang juga berprofesi sebagai
badut.

Tidak hanya itu, awalnya yang
keliling menjadi badut kini sekitar pukul 16.00 WIB pria ini pun sudah berdiri
menjadi badut di Jalan Yos Sudarso dan selesai sekitar pukul 22.00 WIB. Namun
tergantung cuaca, karena jika cuaca hujan juga menjadi kendala baginya.

Baca Juga :  Tragedi Sarpan, Saksi Pembunuhan yang Babak Belur di Tahanan Polsek

“Enggak tentu juga, kadang
dapat 200 ribu, bisa juga kurang itu pun belum di potong untuk bayar sewa
kostum, dan biaya makan lagi. Paling sepi nya pernah juga dapat 35 ribu sehari,
mulai dari sore sampai malam. Kalau dulu jalan kaki, sekarang disini, sampai
jam 10 malam,” katanya.

Tambahnya, memang ia tidak
seorang diri dari Provinsi Kalsel tersebut, yaitu dengan enam orang temannya.
Dimana mereka yang berjumlah tujuh orang itu, biasanya juga harus patungan 100
ribu untuk bayar kost yang ditempati mereka.

Pantauan prokalteng.co pada
31 Desember 2020 sekitar pukul 19.35 WIB lalu. Terlihat ada enam orang badut
yang berdiri di jalan Yos Sudarso sebelum deretan cafe-cafe, bahkan tidak
jarang baik pengendara sepeda motor dan mobil yang melintas pun memberikan uang
kepada badut tersebut bahkan ada juga yang berhenti untuk menyempatkan berfoto.

“Biasa yang ngasih
anak-anak sama pemuda, karena anak-anak biasanya suka sama kostum kartun, kalau
cewek juga biasa suka seperti kelinci. Kalau malu pernah juga, tapi kalau
jengkel ya pernah juga jengkel sebenarnya. Soalnya, kadang ada yang ngasih uang
itu dilempar, tapi namanya juga sudah profesi ya kita juga enggak bisa marah
jadi jalani saja,” pungkasnya.

Badut, memang identik dengan tampilan yang lucu dan menarik perhatian.
Namun tak banyak yang tahu kisah seseorang yang ada di balik kostum badut
tersebut. Seperti kisah para badut jalanan yang ada di Kota Palangka Raya.

======================

ADAM, pemuda 25 tahun ini adalah salah satu orang yang ada di balik
kostum badut karakter kartun Tom. Pria asal Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan (Kalsel) ini biasanya harus berdiri berjam-jam menggunakan
kostum badut yang disewa seharga Rp75 ribu per hari.

Untuk menutupi harga sewa kostum,
ia pun bekerja sebagai penghibur atau badut yang biasa tampil di daerah Jalan
Yos Sudarso, tak jauh dari simpangan Jalan Bukit Keminting yang memang cukup
ramai dilalui warga setiap harinya.

Disela-sela kesibukan nya mencari
rezeki, Adam pun menceritakan kepada prokalteng.co
bagaimana hingga akhirnya dirinya rela berdiri di tepi jalan tak peduli panas
dan hujan dengan mengenakan kostum badut.

Menurut Adam, sebelumnya dia bekerja
di bengkel mobil sebagai seorang montir. Namun karena pandemi Covid-19,
ungkapnya bengkelnya pun sepi dan hasilnya tak mampu untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Kondisi itu memaksanya untuk memutar otak, hingga akhirnya menjalani
pekerjaan sebagai badut jalanan.

“Kostumnya kami sewa 75 ribu
sehari, ya kadang kalau enggak memenuhi target ya bisa juga harus menombok
untuk bayar sewa kostum. Gerah kalau yang belum biasa pakai kostum ini, paling
bisa-bisa 10 menit sudah keringatan,” kata Adam, Sabtu (2/1).

Baca Juga :  Peserta Antusias, Tujuh Sekolah Lolos Babak Penyisihan

Diceritakannya bahwa, memang
sebelumnya ia pun juga sempat menggeluti profesi sebagai badut di Kotabaru,
Kalsel. Hingga akhirnya mencoba untuk mengais rejeki di Kota Cantik, dengan
profesi sebagai badut.

Sembari mengelap keringat yang
mengucur di wajahnya, Adam menuturkan, awalnya dia mencoba untuk melakoni profesi
sebagai badut di Kotabaru, Kalimantan Selatan sekitar dua bulanan. Dan sekarang
kurang lebih sekitar 4-5 bulan sudah menjalani profesi sebagai badut di Kota
Cantik.

“Ya kerja seperti ini oleh
Corona juga, karena dulu saya bekerja otomotif bengkel mobil di daerah Tanah
Bumbu. Ya di bengkel sendiri, tapi semenjak Corona mulai sepi akhirnya bekerja
begini,” ujarnya.

Lebih jauh Adam menceritakan,
jika untuk penghasilan sehari-hari yang didapat memang tak menentu. Kadang bisa
mendapatkan 200 ribu, namun belum dipotong biaya sewa kostum dan ongkos makan.

Biasanya sekitar pukul 15.30 WIB,
pria perantauan ini pun sudah berangkat kerja dari kost atau kontrakan yang
berada di Jalan Punai, dimana kost yang disewa dengan harga 650 ribu per bulan
tersebut juga dihuninya bersama 6 orang temannya yang juga berprofesi sebagai
badut.

Tidak hanya itu, awalnya yang
keliling menjadi badut kini sekitar pukul 16.00 WIB pria ini pun sudah berdiri
menjadi badut di Jalan Yos Sudarso dan selesai sekitar pukul 22.00 WIB. Namun
tergantung cuaca, karena jika cuaca hujan juga menjadi kendala baginya.

Baca Juga :  Tragedi Sarpan, Saksi Pembunuhan yang Babak Belur di Tahanan Polsek

“Enggak tentu juga, kadang
dapat 200 ribu, bisa juga kurang itu pun belum di potong untuk bayar sewa
kostum, dan biaya makan lagi. Paling sepi nya pernah juga dapat 35 ribu sehari,
mulai dari sore sampai malam. Kalau dulu jalan kaki, sekarang disini, sampai
jam 10 malam,” katanya.

Tambahnya, memang ia tidak
seorang diri dari Provinsi Kalsel tersebut, yaitu dengan enam orang temannya.
Dimana mereka yang berjumlah tujuh orang itu, biasanya juga harus patungan 100
ribu untuk bayar kost yang ditempati mereka.

Pantauan prokalteng.co pada
31 Desember 2020 sekitar pukul 19.35 WIB lalu. Terlihat ada enam orang badut
yang berdiri di jalan Yos Sudarso sebelum deretan cafe-cafe, bahkan tidak
jarang baik pengendara sepeda motor dan mobil yang melintas pun memberikan uang
kepada badut tersebut bahkan ada juga yang berhenti untuk menyempatkan berfoto.

“Biasa yang ngasih
anak-anak sama pemuda, karena anak-anak biasanya suka sama kostum kartun, kalau
cewek juga biasa suka seperti kelinci. Kalau malu pernah juga, tapi kalau
jengkel ya pernah juga jengkel sebenarnya. Soalnya, kadang ada yang ngasih uang
itu dilempar, tapi namanya juga sudah profesi ya kita juga enggak bisa marah
jadi jalani saja,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru