25.1 C
Jakarta
Wednesday, May 14, 2025

Saat Kondisi Darurat, Roh Gaib Bakal Muncul jika Dipanggil

Masyarakat di Desa
Pamangka menyebut Tuga sebagai roh-roh gaib dari para sahabat Pangintuhu.
Sedangkan pengertian dari Pangintuhu itu adalah roh dari kesembilan orang
panglima atau leluhur di Desa Pamangka. Tuga maupun Pangintuhu inilah yang
dipercaya masyarakat setempat secara turun-temurun, mampu melindungi mereka dari
berbagai hal. Termasuk membantu mengusir penjajah.

 

JENERI S MEKENG, Buntok

DESA Pamangka
berada di wilayah Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan (Barsel).
Desa Pamangka bisa disebut sebagai satu-satunya desa yang setiap tahun menggelar
ritual adat yang dipersembahkan kepada lelulur. Ritual adat yang digelar
masyarakat setempat dilaksanakan secara turun-temurun. Tahun ini merupakan yang
ke-21 kalinya.

Persembahan kepada para
leluhur dalam ritual itu berupa beraneka macam kue, kambing, ayam, dan
persembahan lainnya. Juru kunci adat atau selaku tetau di Desa Pemangka, Atun
bin Asep mengatakan, ritual adat biasanya digelar selama sembilan hari, terhitung
sejak tanggal 1 hingga 9 September. Dahulu kala, kata Atung, Desa Pamangka memiliki
sembilan orang panglima.

Baca Juga :  Kreasi Berbahan Tulang dan Tanduk

Kesembilan panglima itu
bernama Panglima Nunan bin Matagum, Panglima Sampu, Panglima Ginap, Panglima
Nyunre, Panglima Natan, Panglima Wadjun, Panglima Ginro, Panglima Hendrik, dan
Panglima Bane.

Sembilan panglima itu mempunyai
sahabat roh-roh gaib yang disebut Tuga. Roh-roh gaib itulah yang membantu
kesembilan panglima dalam berperang melawan penjajahan Belanda. Bahkan hingga saat
ini, masyarakat Desa Pamangka meyakini bahwa roh-roh gaib Tuga dan roh dari
sembilan panglima itu, merupakan penolong yang setia.

Bahkan, jika roh Tuga
dan roh sembilan panglima itu dipanggil dalam situasi darurat, atau saat
terjadinya perang, maka roh-roh itu pun akan muncul untuk membela kebenaran.

Perlu diketahui, lanjut
Atung, bahwa para pejuang Gerakan Mandau Talawang Pancasila (GMTPS) yang
dipimpin Christian Simbar, juga pernah memohon bantuan Tuga dan Pangintuhu
Pamangka dalam perjuangan menuntut pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah
(Kalteng).

Baca Juga :  Selamat Jalan Yuyung Abdi, di Surga Banyak Spot Indah yang Bisa Difoto

“Pastinya dari berbagai
pengalaman yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa Tuga dan Pangintuhu masih
menolong dan mendampingi siapa pun, tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan
golongan, asalkan yang bersangkutan dalam jalan kebenaran,” terang Atung saat
dibincangi, Sabtu malam (7/9).

Sementara itu, Kepala Damang Adat Kecamatan
Dusun Selatan Ardianson menyatakan dukungannya atas ritual adat yang digelar
masyarakat Desa Pamangka. “Pastinya upacara ritual adat Tuga dan Pangintuhu ini
sudah terprogram oleh Pemerintah Daerah Barsel dan wajib untuk dilaksanakan
setiap tahunnya,” ujar Ardianson. (*/ce/ala)

Masyarakat di Desa
Pamangka menyebut Tuga sebagai roh-roh gaib dari para sahabat Pangintuhu.
Sedangkan pengertian dari Pangintuhu itu adalah roh dari kesembilan orang
panglima atau leluhur di Desa Pamangka. Tuga maupun Pangintuhu inilah yang
dipercaya masyarakat setempat secara turun-temurun, mampu melindungi mereka dari
berbagai hal. Termasuk membantu mengusir penjajah.

 

JENERI S MEKENG, Buntok

DESA Pamangka
berada di wilayah Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan (Barsel).
Desa Pamangka bisa disebut sebagai satu-satunya desa yang setiap tahun menggelar
ritual adat yang dipersembahkan kepada lelulur. Ritual adat yang digelar
masyarakat setempat dilaksanakan secara turun-temurun. Tahun ini merupakan yang
ke-21 kalinya.

Persembahan kepada para
leluhur dalam ritual itu berupa beraneka macam kue, kambing, ayam, dan
persembahan lainnya. Juru kunci adat atau selaku tetau di Desa Pemangka, Atun
bin Asep mengatakan, ritual adat biasanya digelar selama sembilan hari, terhitung
sejak tanggal 1 hingga 9 September. Dahulu kala, kata Atung, Desa Pamangka memiliki
sembilan orang panglima.

Baca Juga :  Kreasi Berbahan Tulang dan Tanduk

Kesembilan panglima itu
bernama Panglima Nunan bin Matagum, Panglima Sampu, Panglima Ginap, Panglima
Nyunre, Panglima Natan, Panglima Wadjun, Panglima Ginro, Panglima Hendrik, dan
Panglima Bane.

Sembilan panglima itu mempunyai
sahabat roh-roh gaib yang disebut Tuga. Roh-roh gaib itulah yang membantu
kesembilan panglima dalam berperang melawan penjajahan Belanda. Bahkan hingga saat
ini, masyarakat Desa Pamangka meyakini bahwa roh-roh gaib Tuga dan roh dari
sembilan panglima itu, merupakan penolong yang setia.

Bahkan, jika roh Tuga
dan roh sembilan panglima itu dipanggil dalam situasi darurat, atau saat
terjadinya perang, maka roh-roh itu pun akan muncul untuk membela kebenaran.

Perlu diketahui, lanjut
Atung, bahwa para pejuang Gerakan Mandau Talawang Pancasila (GMTPS) yang
dipimpin Christian Simbar, juga pernah memohon bantuan Tuga dan Pangintuhu
Pamangka dalam perjuangan menuntut pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah
(Kalteng).

Baca Juga :  Selamat Jalan Yuyung Abdi, di Surga Banyak Spot Indah yang Bisa Difoto

“Pastinya dari berbagai
pengalaman yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa Tuga dan Pangintuhu masih
menolong dan mendampingi siapa pun, tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan
golongan, asalkan yang bersangkutan dalam jalan kebenaran,” terang Atung saat
dibincangi, Sabtu malam (7/9).

Sementara itu, Kepala Damang Adat Kecamatan
Dusun Selatan Ardianson menyatakan dukungannya atas ritual adat yang digelar
masyarakat Desa Pamangka. “Pastinya upacara ritual adat Tuga dan Pangintuhu ini
sudah terprogram oleh Pemerintah Daerah Barsel dan wajib untuk dilaksanakan
setiap tahunnya,” ujar Ardianson. (*/ce/ala)

Terpopuler

Artikel Terbaru