HARI Batik Nasional diperingati setiap tanggal 2 Oktober 2024. Batik menjadi manifestasi dan identitas Indonesia sejak UNESCO menetapkan Batik Indonesia menjadi Budaya Tak Benda Milik Bangsa Indonesia, pada tahun 2009. Semua orang Indonesia dari berbagai golongan atau generasi mulai tertarik dalam seni batik, sehingga batik yang tadinya dicap kuno menjadi sebuah seni dan identitas yang membanggakan.
Banyak batik yang popular di Indonesia, antara lain seperti Batik Solo, Batik Jogja, Tenun Makassar, Tenun Bali, dan batik yang tidak pernah dilupakan sejarah dan perkembangannya yaitu Batik Pekalongan. Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah, yang memiliki sejarah panjang mengenai batik. Tidak heran jika Pekalongan di sebut sebagai Kota Batik.

Tidak ada catatan resmi mengenai awal kemunculan batik Pekalongan. Namun, diperkirakan batik ini mulai dikenal pada tahun 1800-an dan berkembang pesat setelah Perang Jawa atau Perang Diponegoro. Akibat perang, keluarga keraton beserta pengikutnya terpaksa meninggalkan istana dan menyebar ke berbagai daerah di timur dan barat. Mereka turut berperan dalam pengembangan batik yang sudah ada di Pekalongan.
Industri batik rumahan berkembang pesat di daerah pesisir, seperti Pekalongan kota, serta daerah Buaran, Pekajangan, dan Wonopringgo. Inger McCabe Elliott dalam buku Batik Fabled Cloth of Java menyebut bahwa batik telah diperdagangkan di Pekalongan sejak tahun 1840-an atau bahkan sebelumnya. Banyak pedagang Cina dan Arab memesan batik dari pengrajin di desa-desa sekitar dan menjualnya sebagai komoditas yang menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa Pekalongan sudah lama menjadi pusat batik yang terkenal.
Batik Pekalongan termasuk dalam kategori batik pesisiran. Dari segi motif, batik Pekalongan memiliki kemiripan dengan batik Solo dan Yogyakarta. Keistimewaan batik Pekalongan terletak pada variasi warnanya. Satu lembar kain batik dapat menggabungkan hingga delapan warna, yang membuatnya tampak lebih indah dan menarik dibandingkan dengan batik dari daerah lain. Warna-warna yang digunakan meliputi gradasi merah muda, merah tua, kuning terang, jingga, cokelat, biru muda, hijau muda, hijau tua, dan ungu.
Motif batik Pekalongan umumnya terinspirasi oleh flora dan fauna. Namun, sebagai daerah pesisir, Pekalongan memiliki kontak dengan berbagai pedagang dari berbagai bangsa, yang memengaruhi motif dan warna batiknya. Budaya-budaya tersebut diserap oleh masyarakat setempat dan diabadikan dalam motif batik, menjadikan batik Pekalongan beragam dan fleksibel. Misalnya, motif jlamprang, yang menjadi ciri khas batik Pekalongan, terinspirasi dari pengaruh India dan Arab. Sementara itu, motif encim dan klengenan dipengaruhi oleh budaya Tionghoa peranakan.
Motif batik Pekalongan terus berkembang seiring waktu. Selama pendudukan Jepang, muncul motif pagi sore atau motif jawa hokokai yang menyerupai motif kimono Jepang. Pada 1960-an, motif tritura muncul, dan lebih baru lagi ada motif tsunami.
Industri batik Pekalongan mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1950-an, ketika koperasi-koperasi batik mulai bermunculan, memperkuat Pekalongan sebagai pusat industri batik. Pabrik-pabrik mori juga berdiri di Setono, Pringlangu, Buaran, Kedungwuni, dan Pekajangan, menjadikan Pekalongan sebagai salah satu penghasil dan pemasok mori terbesar di Jawa.
Industri batik di Pekalongan didukung oleh ratusan usaha rumahan yang memproduksi batik secara tradisional. Meski sempat menghadapi tantangan dari batik printing yang menguasai pasar domestik serta penggunaan pewarna sintetik, pengrajin batik Pekalongan berhasil mengatasinya dengan memperkenalkan teknik pewarnaan coletan. Teknik ini menggunakan kuas untuk menyapukan zat pewarna, yang lebih efisien dalam hal waktu dan bahan pewarna.
Saat ini, Pekalongan tetap menjadi penghasil batik terbesar di Indonesia. Keberadaan Pasar Grosir Sentono, yang didirikan pada tahun 1941, serta pusat penjualan batik lainnya seperti Pasar Banjarsari dan International Batik Center, memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan batik.
Di dalam negeri, batik Pekalongan dipasarkan hingga luar Jawa, seperti ke Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Minahasa, dan Makassar, dengan motif yang disesuaikan dengan adat setempat. Sementara itu, untuk ekspor, batik Pekalongan dikirim ke Malaysia, Thailand, dan beberapa negara di Timur Tengah.
Nah, itulah sejarah dan motif batik di Pekalongan. Jika kamu berlibur ke pekalongan jangan lupa membeli oleh oleh batik, ya! (mg21/aro/jpg)