Tidak hanya Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa yang punya kebijakan ekspansif. Perdana Menteri Jepang yang baru, wanita, Sanae Takaichi juga akan lebih ekspansif. Sanae satu aliran dengan Purbaya: pemerintah harus lebih mendorong kehidupan ekonomi.
Maka kalau di Indonesia ada ”demam” Purbaya, di Jepang kini ”demam” Sanae. Baru kali ini wanita bisa menjadi perdana menteri di Jepang. Sejak 1887 –ketika mulai ada pemerintahan di Jepang.
Dominasi laki-laki pun berakhir. Shugeru Ishiba adalah perdana menteri laki-laki terakhir –untuk sementara. Shugeru-lah yang membuat partainya, LDP kalah di Pemilu tahun lalu. Lebih tepatnya, jumlah kursi LDP menurun drastis. Turun 56 kursi. Dari 247 ke 191.
LDP memang masih pemegang kursi terbanyak, tapi perlu koalisi untuk membentuk pemerintahan. LDP memilih partai Inovasi yang memiliki 19 kursi. Dalam bahasa Jepang nama partai itu disebut Nippon Ishin Kai.
Sebenarnya ada partai yang kursinya naik drastis. Dari satu menjadi 17: Partai Sanseito. Tapi aliran politiknya terlalu kanan.
Lalu ada partai yang punya delapan kursi. Tapi terlalu kiri: Partai Komunis Jepang.
Di Jepang Partai Komunis juga hidup. Hanya saja kursinya tidak pernah beranjak dari sekitar itu. Hanya sekali mendapat kursi 49, yakni di tahun 1979. Setelah itu terus merosot. Partai Komunis Jepang masuk parlemen sejak tahun 1949.
Shugeru gagal mempertahankan jumlah kursi LDP di parlemen. Penyebabnya: ekonomi melemah. Shugeru memang beraliran disiplin fiskal yang sangat ketat. Terutama ketika ia melihat inflasi sedang tinggi.
Tapi ada faktor lain yang membuat kursi itu turun drastis: kasus uang gelap di dalam partai. Rakyat di sana juga muak dengan korupsi. Apalagi yang melakukannya partai penguasa.
”Golkar” Jepang itu memegang pemerintahan sudah sejak tahun 1955 –saat Anda belum lahir. Sudah 70 tahun. Hanya dua kali pindah ke partai lain. Itu pun tidak sampai satu tahun, 1993. Kembali lagi ke LDP. Lalu tahun 2009: tidak sampai tiga tahun.
Shinzo Abe, menjadi pahlawan baru LDP. Shinzo berhasil membawa LDP kembali bersinar. Shinzo lantas jadi perdana menteri. Terlama dalam sejarah Jepang: 2012 sampai 2020. Ia baru mengundurkan diri akibat sakit. Ia merasa tidak mampu lagi mengemban tugas berat sebagai perdana menteri.
Tapi Shinzo tewas ditembak 8 Juli 2022. Di Nara. Yakni saat kampanye membantu caleg dari LDP yang ia dukung.
Sanae sangat mengagumi Shinzo Abe. Tiga hari lalu, saat menerima kedatangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Sanae secara khusus menyebut nama Abe.
“Anda telah bekerja sama sangat baik dengan perdana menteri Abe. Saya berharap Anda juga bisa bekerja sama dengan saya,” ujar Sanae.
Trump pun memuji sangat tinggi Sanae. Bahkan Sanae diajak Trump ke kapal induk USS George Washington yang sedang merapat di pangkalan militer Yokosuka dekat Tokyo.
Di depan militer Amerika itu Sanae diminta Trump untuk berpidato. Lalu digandengnyi naik podium. Merangkul pundaknyi. Dan Sanae digandeng lagi saat turun dari mimbar.
Terlihat betapa hangat hubungan kedua pemimpin. Di Jepang pula Trump mengumumkan dapat rezeki nomplok: komitmen investasi sampai hampir USD 500 miliar.
Baru belakangan ini saya mengamati secara khusus Sanae Takaichi. Sosoknyi kecil mungil. Wajahnyi sangat Jepang. Rambutnya pendek. Bagian telinga sengaja disibak. “Sebagai simbol agar lebih banyak mendengarkan aspirasi rakyat”.
Matanyi sangat hidup. Cendekia. Apalagi kalau Trump sedang mengucapkan kalimat pujian untuknyi. Perhatikan matanyi: bergerak-gerak. Melebar. Menggoda. Kalau saja dia bukan perdana menteri saya akan menyebutnyi gerakan mata itu genit.
Tapi itu bukan genit. Itu bagian dari cara berkomunikasi yang efektif. Dengan gerakan mata seperti itu kehangatan kian terasa. Gerakan mata seperti itu seperti menggantikan kata-kata “oh ya” sekaligus “arigato’.
Sanae berasal dari kota Nara, sekitar 45 menit naik kereta dari Osaka. Nara adalah tempat Abe ditembak. Itu seperti pertanda-pertanda bahwa Abe ingin mewariskan jabatan perdana menteri ke orang Nara.
Yang jelas Sanae dan Abe satu aliran. Maka Sanae juga akan terlihat sebagai ancaman bagi Tiongkok. Apalagi hubungannyi dengan Trump seperti sedang membara.
Sanae sendiri dipuji Trump karena Jepang telah meningkatkan anggaran pertahanan. Itu berarti Jepang kian banyak belanja senjata ke Amerika.
”Jepang harus kian Mandiri. Termasuk dalam pertahanan,” ujar Sanae. Maksudnyi: ancaman dari Tiongkok begitu nyata sehingga Jepang perlu memperkuat pertahanannya.
Rasanya Sanae akan benar-benar menjadi Margaret Thatcher –tokoh yang memang dia idolakan. Thatcher adalah perdana menteri Inggris. Wanita. Tegas. Keras. Sukses.
Maka Sanae juga akan mendapat gelar wanita besi dari Jepang. Besi tidak bisa dilawan dengan api –tapi hanya bisa dikendalikan dengan air. (Dahlan Iskan)
