34 C
Jakarta
Wednesday, June 25, 2025

Rokok Amputasi

Mengapa masih ada penderita gula darah yang harus sampai diamputasi?

“Karena keras kepala”.

Yang mengatakan itu bukan saya. Ia seorang guru besar yang doktornya diraih di Jepang. Disertasinya tentang apa saja yang menyebabkan luka pada penderita diabetes.

Namanya: Prof Dr Suriadi Jais. Bukan dokter. Latar belakangnya pembantu perawat.

Setelah lulus SMA ia kuliah di Universitas Indonesia. Ia pilih jurusan perawat. Lalu dapat beasiswa untuk S-2 dan S-3 di Jepang. Lima tahun di sana.

Sejak mulai kuliah S-3 Suriadi langsung mengincar kasus luka pada penderita diabetis sebagai obyek penelitiannya: mengapa sampai luka dan apa penyebabnya.

Pembimbingnya di Jepang setuju: Suriadi melakukan penelitian di dua rumah sakit di Pontianak. Itu karena Suriadi mengenal sangat baik kasus-kasus luka diabetis di Kalbar.

Suriadi berdarah Jawa tapi lahir di Pontianak. Sejak SD ia sudah mulai jualan es. Sampai SMP. Begitu masuk SMA Budi Utomo Suriadi ditawari: sambil bekerja sebagai pembantu perawat. Ia pun merawat luka-luka pasien akibat diabetes di rumah sakit di sana.

Dari penelitian doktornya itu Suriadi menemukan tiga penyebab utama penderita diabetes mengalami luka. Jangan kaget: pertama, akibat merokok. Kedua, meningkatnya suhu badan. Ketiga, akibat bagian tertentu tertekan antara badan dan alas tidur.

Baca Juga :  Lelang Widi

Pengujinya di Kanazawa University menilai penemuan Suriadi itu baru. Sebelumnya belum diketahui kalau merokok bisa mengakibatkan luka pada penderita diabetes. Yang selama ini diketahui adalah: luka itu akibat kasur. Yakni terbaring terlalu lama tanpa berubah posisi. Kasurnya pun tidak cocok untuk penderita diabetes.

Di Jepang, kata Suriadi, luka akibat kasur sudah hampir tidak ada. Tinggal nol koma. Itu karena sudah ditemukan berbagai tipe kasur air yang cocok untuk mereka.

Sebenarnya, kata Suriadi,  sampai luka itu tidak perlu. Asal penderita diabetes disiplin menjaga makanan. Disiplin itulah yang sulit. Ada yang harus diamputasi hanya karena tidak disiplin. Keras kepala.

Ia pun bercerita tentang seorang pasien yang kepalanya seperti itu. Namanya sebut saja si Batu. Sudah diberitahu agar tidak merokok. Si Batu juga sadar telah terkena diabetes. Ia tahu apa saja yang dilarang  makan. Si Batu keras kepala. Sering melanggar. Akibatnya muncul luka.

Suriadi menyembuhkan luka itu. Sembuh. Si Batu kembali tidak disiplin. Bahkan kembali merokok lagi. Akibatnya: kakinya harus diamputasi.

“Jangan kaget kalau saya beritahu Pak Dahlan. Si Batu adalah seorang dokter,” ujarnya.

Baca Juga :  Berikut Beberapa Jenis Olahraga untuk Penderita Diabetes

Tahun sebelumnya ada juga ”Batu” yang lain. Harus pula diamputasi. Dan ”Batu” yang lain itu seorang perawat.

Saya bertemu Suriadi saat ke Pontianak Senin lalu. Satu pesawat. Kini ia mengajar di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Juga jadi pengusaha bidang kesehatan. Ia punya dua klinik di Pontianak. Istrinya seorang ahli gizi.

“Di mana logikanya merokok bisa menimbulkan luka?” tanya saya.

“Rokok bisa menyebabkan vasoconstriction pembuluh darah,” jawabnya. Vasoconstriction adalah penyempitan pembuluh darah. Terutama arteri dan arteriola –cabangnya arteri.

Memang tidak ada orang yang lagi merokok meninggal dunia. Tapi ada yang karena merokok harus diamputasi.

Jelaslah bahwa tidak ada kategori diabetis kering dan diabetes basah –seperti yang dipercaya kalangan awam. Mereka percaya yang sampai luka itu karena jenis diabetesnya ”basah”.

Itu mirip dengan kepercayaan pada dua penyakit paru: paru basah dan paru kering. “Omong kosong,” ujar ahli paru legendaris yang dulu merawat istri saya. Namanya  dokter Kabat. Istri saya masih hidup, dr Kabat sudah lama meninggal. “Tidak ada itu paru kering. Yang ada paru goreng,” guraunya.(Dahlan Iskan)

Mengapa masih ada penderita gula darah yang harus sampai diamputasi?

“Karena keras kepala”.

Yang mengatakan itu bukan saya. Ia seorang guru besar yang doktornya diraih di Jepang. Disertasinya tentang apa saja yang menyebabkan luka pada penderita diabetes.

Namanya: Prof Dr Suriadi Jais. Bukan dokter. Latar belakangnya pembantu perawat.

Setelah lulus SMA ia kuliah di Universitas Indonesia. Ia pilih jurusan perawat. Lalu dapat beasiswa untuk S-2 dan S-3 di Jepang. Lima tahun di sana.

Sejak mulai kuliah S-3 Suriadi langsung mengincar kasus luka pada penderita diabetis sebagai obyek penelitiannya: mengapa sampai luka dan apa penyebabnya.

Pembimbingnya di Jepang setuju: Suriadi melakukan penelitian di dua rumah sakit di Pontianak. Itu karena Suriadi mengenal sangat baik kasus-kasus luka diabetis di Kalbar.

Suriadi berdarah Jawa tapi lahir di Pontianak. Sejak SD ia sudah mulai jualan es. Sampai SMP. Begitu masuk SMA Budi Utomo Suriadi ditawari: sambil bekerja sebagai pembantu perawat. Ia pun merawat luka-luka pasien akibat diabetes di rumah sakit di sana.

Dari penelitian doktornya itu Suriadi menemukan tiga penyebab utama penderita diabetes mengalami luka. Jangan kaget: pertama, akibat merokok. Kedua, meningkatnya suhu badan. Ketiga, akibat bagian tertentu tertekan antara badan dan alas tidur.

Baca Juga :  Lelang Widi

Pengujinya di Kanazawa University menilai penemuan Suriadi itu baru. Sebelumnya belum diketahui kalau merokok bisa mengakibatkan luka pada penderita diabetes. Yang selama ini diketahui adalah: luka itu akibat kasur. Yakni terbaring terlalu lama tanpa berubah posisi. Kasurnya pun tidak cocok untuk penderita diabetes.

Di Jepang, kata Suriadi, luka akibat kasur sudah hampir tidak ada. Tinggal nol koma. Itu karena sudah ditemukan berbagai tipe kasur air yang cocok untuk mereka.

Sebenarnya, kata Suriadi,  sampai luka itu tidak perlu. Asal penderita diabetes disiplin menjaga makanan. Disiplin itulah yang sulit. Ada yang harus diamputasi hanya karena tidak disiplin. Keras kepala.

Ia pun bercerita tentang seorang pasien yang kepalanya seperti itu. Namanya sebut saja si Batu. Sudah diberitahu agar tidak merokok. Si Batu juga sadar telah terkena diabetes. Ia tahu apa saja yang dilarang  makan. Si Batu keras kepala. Sering melanggar. Akibatnya muncul luka.

Suriadi menyembuhkan luka itu. Sembuh. Si Batu kembali tidak disiplin. Bahkan kembali merokok lagi. Akibatnya: kakinya harus diamputasi.

“Jangan kaget kalau saya beritahu Pak Dahlan. Si Batu adalah seorang dokter,” ujarnya.

Baca Juga :  Berikut Beberapa Jenis Olahraga untuk Penderita Diabetes

Tahun sebelumnya ada juga ”Batu” yang lain. Harus pula diamputasi. Dan ”Batu” yang lain itu seorang perawat.

Saya bertemu Suriadi saat ke Pontianak Senin lalu. Satu pesawat. Kini ia mengajar di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Juga jadi pengusaha bidang kesehatan. Ia punya dua klinik di Pontianak. Istrinya seorang ahli gizi.

“Di mana logikanya merokok bisa menimbulkan luka?” tanya saya.

“Rokok bisa menyebabkan vasoconstriction pembuluh darah,” jawabnya. Vasoconstriction adalah penyempitan pembuluh darah. Terutama arteri dan arteriola –cabangnya arteri.

Memang tidak ada orang yang lagi merokok meninggal dunia. Tapi ada yang karena merokok harus diamputasi.

Jelaslah bahwa tidak ada kategori diabetis kering dan diabetes basah –seperti yang dipercaya kalangan awam. Mereka percaya yang sampai luka itu karena jenis diabetesnya ”basah”.

Itu mirip dengan kepercayaan pada dua penyakit paru: paru basah dan paru kering. “Omong kosong,” ujar ahli paru legendaris yang dulu merawat istri saya. Namanya  dokter Kabat. Istri saya masih hidup, dr Kabat sudah lama meninggal. “Tidak ada itu paru kering. Yang ada paru goreng,” guraunya.(Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru