30.1 C
Jakarta
Tuesday, June 24, 2025

Bale Aras

Saya mencoba download Bale. Bisa. Lewat GetApps. Bisa. Lalu ada pilihan bahasa –saya pilih yang bahasa Inggris. Bisa. Lalu harus memasukkan nomor telepon. Lho kode negara yang otomatis muncul: 98. Itu berarti Iran. Tapi ada pilihan negara. Saya pilih Indonesia. Muncul kode 62. Tinggal memasukkan nomor HP saya. Klik.

Jawaban yang muncul di layar: lihat foto.

“Harus pakai nomor lokal,” jawab Purkon Hidayat yang sampai kemarin masih tertahan di Baku, ibu kota Azerbaijan. Purkon dan sekitar 100 orang Indonesia sudah berhasil keluar dari Iran.

Kemarin sore mereka sudah bisa meninggalkan Baku. Siang ini, atau nanti sore, sudah bisa tiba di Jakarta.

Mereka dinaikkan Qatar Airways dari Baku lewat Doha. Tidak bisa sekaligus. Disesuaikan dengan ketersediaan seat pesawat komersial regular.

Dari Purkon saya tahu Iran punya بله (Bale) –semacam WhatsApp atau WeChat miliknya sendiri. Saat di Teheran, Purkon juga pakai Bale –artinya: na’am dalam bahasa Arab.

Purkon tidak tahu apakah Bale melayani komunikasi dalam bahasa Inggris. Ia tidak pernah mencoba. Di sana orang pakai Bale dalam bahasa Farsi –yang tulisannya mirip huruf Arab itu.

Purkon memang fasih berbahasa Farsi. Ia menjadi dosen di sana: mata kuliah manajemen. Waktu mengajar pun sudah pakai bahasa Farsi.

Baca Juga :  Ran Tan Tan

“Sulit mana belajar bahasa Farsi dibanding Arab?” tanya saya.

“Tampaknya, gramatikalnya sulit Arab, tapi yang lainnya tidak terlalu beda,” jawab Purkon.

Setelah tamat teknik sipil Polban dan manajemen STIE Yogyakarta, Purkon memang kuliah di kota suci Qom dan Teheran. Di sana mendapat gelar master dan doktor. Karena itu bahasa Farsinya fasih. Bahkan disertasi untuk doktornya ditulis dalam bahasa Farsi. Judul disertasinya: Iya, kira kira judulnya: “Proyeksi Perdagangan Indonesia dan Iran tahun 2045”.

Purkon memang mendalami futures studies. Yakni studi interdisiplin ilmu yang bisa menggambarkan masa depan. Bukan ramalan tapi masa depan yang didasarkan perhitungan berbagai disiplin ilmu

Purkon melihat orang Iran masih sangat ideologis. Ini yang membuat mereka tidak takut Israel –meski mereka tahu Amerika Serikat ada di belakangnya. Tingkat ideologisnya bisa mencapai 80 persen. “Ini yang bisa mengalahkan kecanggihan teknologi Amerika,” ujarnya.

“Dalam konsep futures studies yang saya tekuni, aspek mitologi melekat kuat di budaya Iran,” katanya. “Demikian juga simbol budaya seperti Aras, Rostam dalam literatur budaya kuno Persia. Termasuk kesyahidan Husein. Peristiwa Karbala cukup mengakar kuat dalam budaya Islam di sana,” tambahnya.

Baca Juga :  Aamiiin KAI

Anda sudah tahu apa itu Aras. Yakni nama sungai besar yang menjadi sumber kehidupan, mistik dan kekuatan bangsa Parsi. Mungkin seperti Danube di Hungaria. Begitu banyak puisi heroik lahir terkait sungai Aras.

Inilah satu-satunya sungai besar yang tanpa muara. Panjang sungai ini 1.000 km. Hulunya hulu ada di Turkiye timur. Lalu melintasi Kurdistan, Armenia dan Iran-Azerbaijan. Setelah itu Aras bercabang-cabang kecil menuju gurun kering. Hilang di sana.

Sungai itu sekaligus menjadi pembatas antara Iran di selatan dengan negara seperti Azerbaijan dan Armenia di utaranya.

Sedang Rostam Anda juga sudah tahu: tokoh legendaris Parsi yang setara dengan Hercules. Perkasa. Sakti. Pahlawan besar. Baik hati. Selalu menang dalam perang. Kisah Rostam sangat mendalam masuk ke budaya Parsi karena tertulis dalam kitab raja-raja.

Maka dalam keadaan Iran diserang Israel seperti itu nyaris tidak ada yang mengungsi. Bahwa jatuh banyak korban itu dianggap belum sebanding dengan pengorbanan Sayidina Husein, putra Ali bin Abi Thalib. Bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan pengorbanan Rostam: begitu gigihnya ia berperang sampai anaknya  terbunuh oleh tangannya sendiri tanpa sengaja.

Aras dan Rostam pun kini melawan rudal, drone, dan B-2 Spirit Siluman. (Dahlan Iskan)

Saya mencoba download Bale. Bisa. Lewat GetApps. Bisa. Lalu ada pilihan bahasa –saya pilih yang bahasa Inggris. Bisa. Lalu harus memasukkan nomor telepon. Lho kode negara yang otomatis muncul: 98. Itu berarti Iran. Tapi ada pilihan negara. Saya pilih Indonesia. Muncul kode 62. Tinggal memasukkan nomor HP saya. Klik.

Jawaban yang muncul di layar: lihat foto.

“Harus pakai nomor lokal,” jawab Purkon Hidayat yang sampai kemarin masih tertahan di Baku, ibu kota Azerbaijan. Purkon dan sekitar 100 orang Indonesia sudah berhasil keluar dari Iran.

Kemarin sore mereka sudah bisa meninggalkan Baku. Siang ini, atau nanti sore, sudah bisa tiba di Jakarta.

Mereka dinaikkan Qatar Airways dari Baku lewat Doha. Tidak bisa sekaligus. Disesuaikan dengan ketersediaan seat pesawat komersial regular.

Dari Purkon saya tahu Iran punya بله (Bale) –semacam WhatsApp atau WeChat miliknya sendiri. Saat di Teheran, Purkon juga pakai Bale –artinya: na’am dalam bahasa Arab.

Purkon tidak tahu apakah Bale melayani komunikasi dalam bahasa Inggris. Ia tidak pernah mencoba. Di sana orang pakai Bale dalam bahasa Farsi –yang tulisannya mirip huruf Arab itu.

Purkon memang fasih berbahasa Farsi. Ia menjadi dosen di sana: mata kuliah manajemen. Waktu mengajar pun sudah pakai bahasa Farsi.

Baca Juga :  Ran Tan Tan

“Sulit mana belajar bahasa Farsi dibanding Arab?” tanya saya.

“Tampaknya, gramatikalnya sulit Arab, tapi yang lainnya tidak terlalu beda,” jawab Purkon.

Setelah tamat teknik sipil Polban dan manajemen STIE Yogyakarta, Purkon memang kuliah di kota suci Qom dan Teheran. Di sana mendapat gelar master dan doktor. Karena itu bahasa Farsinya fasih. Bahkan disertasi untuk doktornya ditulis dalam bahasa Farsi. Judul disertasinya: Iya, kira kira judulnya: “Proyeksi Perdagangan Indonesia dan Iran tahun 2045”.

Purkon memang mendalami futures studies. Yakni studi interdisiplin ilmu yang bisa menggambarkan masa depan. Bukan ramalan tapi masa depan yang didasarkan perhitungan berbagai disiplin ilmu

Purkon melihat orang Iran masih sangat ideologis. Ini yang membuat mereka tidak takut Israel –meski mereka tahu Amerika Serikat ada di belakangnya. Tingkat ideologisnya bisa mencapai 80 persen. “Ini yang bisa mengalahkan kecanggihan teknologi Amerika,” ujarnya.

“Dalam konsep futures studies yang saya tekuni, aspek mitologi melekat kuat di budaya Iran,” katanya. “Demikian juga simbol budaya seperti Aras, Rostam dalam literatur budaya kuno Persia. Termasuk kesyahidan Husein. Peristiwa Karbala cukup mengakar kuat dalam budaya Islam di sana,” tambahnya.

Baca Juga :  Aamiiin KAI

Anda sudah tahu apa itu Aras. Yakni nama sungai besar yang menjadi sumber kehidupan, mistik dan kekuatan bangsa Parsi. Mungkin seperti Danube di Hungaria. Begitu banyak puisi heroik lahir terkait sungai Aras.

Inilah satu-satunya sungai besar yang tanpa muara. Panjang sungai ini 1.000 km. Hulunya hulu ada di Turkiye timur. Lalu melintasi Kurdistan, Armenia dan Iran-Azerbaijan. Setelah itu Aras bercabang-cabang kecil menuju gurun kering. Hilang di sana.

Sungai itu sekaligus menjadi pembatas antara Iran di selatan dengan negara seperti Azerbaijan dan Armenia di utaranya.

Sedang Rostam Anda juga sudah tahu: tokoh legendaris Parsi yang setara dengan Hercules. Perkasa. Sakti. Pahlawan besar. Baik hati. Selalu menang dalam perang. Kisah Rostam sangat mendalam masuk ke budaya Parsi karena tertulis dalam kitab raja-raja.

Maka dalam keadaan Iran diserang Israel seperti itu nyaris tidak ada yang mengungsi. Bahwa jatuh banyak korban itu dianggap belum sebanding dengan pengorbanan Sayidina Husein, putra Ali bin Abi Thalib. Bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan pengorbanan Rostam: begitu gigihnya ia berperang sampai anaknya  terbunuh oleh tangannya sendiri tanpa sengaja.

Aras dan Rostam pun kini melawan rudal, drone, dan B-2 Spirit Siluman. (Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/