25.2 C
Jakarta
Wednesday, November 27, 2024

Mengenal Theory of Habibie, Maha Karya di Dunia Penerbangan

MENINGGALNYA B.J. Habibie bukan hanya membuat bangsa Indonesia
berduka. Dunia turut kehilangan seorang penemu jenius dari Indonesia itu. B.J.
Habibie memiliki sumbangsih besar pada teknologi pesawat terbang dunia. Seperti
apa?

Dikutip dari laman saintif.com
salah satu kontribusi terbesar Habibie adalah pada teori crack progression.
Crack progression theory adalah teori yang digunakan untuk memprediksi titik
mula retakan pada sayap pesawat terbang.

Pada teori ini, B.J. Habibie
berhasil melakukan perumusan yang sangat mendetail, sehingga perhitungannya
dapat presisi sampai tingkat atom. Ini adalah penemuan yang sangat besar di
dunia penerbangan. Ketika kita melihat sayap suatu pesawat, sepintas sayap
tersebut terlihat sangat mulus dan tak bercelah ketika dilihat dari luar.

Tapi, bagian dalam dalam dari
struktur sayap dan bodi pesawat ini berongga-rongga. Struktur penyangga pesawat
tersebut selalu manahan tekanan yang sangat besar dan terus-menerus saat
pesawat beroperasi. Terutama ketika pesawat take off , landing serta saat
mengalami turbulensi.

Konstruksi bagian dalam sayap
pesawat tertutup rapat dan bagian itu terus menahan beban yang cukup besar dan
kontinyu. Masalah tersebut terus membayangi para pemilik dan manufaktur di
bidang penerbangan selama 40 tahun terakhit. Karena mereka belum tahu struktur
yang aman dalam pesawat.

Seperti manusia, material
struktur dalam pesawat ternyata juga bisa “lelah”. Kelelahan material ini biasa
disebut “fatigue”. Kelelahan (fatigue) dari bahan ini masih sangat sulit
dideteksi dengan keterbatasan alat pada zaman itu. Akibatnya, pada awal tahun
1960-an kecelakaan pesawat sangat sering terjadi.

Kelelahan (fatigue) pada pesawat
biasanya terjadi pada bagian penghubung sayap dan bodi utama pesawat terbang
atau pada penghubung sayap dan mesin. Kedua bagian tersebut terus-menerus
mengalami guncangan dan getaran selama take off dan landing.

Nah, dari situlah awalnya
timbulnya retakan (crack) akibat lelahnya (fatigue) material penghubung
tersebut. Awal retakan ini biasanya berukuran sangat kecil, 0.005 millimeter
dan terus merambat menjadi lebih besar dan bercabang. Bila saja retakan ini
tidak terdeteksi maka bahaya besar akan menanti. Sayap dari pesawat tersebut
dapat tiba-tiba patah ketika take off.

Baca Juga :  Gegara Pekerjaan, Risiko Bunuh Diri Dokter dan Wartawan Tinggi

Apalagi pesawat sudah mulai
berubah dari sistem propeler menjadi sistem mesin jet pada masa itu. Di sininal
peran penting ”Mr Crack” B.J. Habibie. Di saat seluruh dunia membutuhkan sebuah
solusi mengenai masalah yang berkepanjangan ini, seorang penggagas jenius dari
Indonesia muncul.

Pada saat itu dia masih berusia
32 tahun. Seorang doktor dengan perawakan cilik tetapi sangat energetik. Dia
adalah Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie. Seorang penggagas muda kelahiran
Pare Pare Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936.

Kejeniusan B.J. Habibie ini
berhasil menemukan letak titik awal retakan atau crack propagation point.
Perhitungan yang dilakukan beliau sangat detil. Bahkan perhitungannya sampai
tingkat atom.

Ini adalah penemuan yang sangat
besar di dunia penerbangan. Teori yang dikemukakan Habibie ini disebut teori
Crack Progression atau disebut dengan “Theory of Habibie.” Jika teori Newton
dan teori Darwin sering terdengar, tetapi masyarakat Indonesia sangat jarang
medengar ada teori besar yang ditemukan orang Indonesia.

Teori Habibie ini telah dipakai
di Industri penerbangan di seluruh dunia. Teori ini jugalah yang berhasil
meningkatkan standar keamanan pada pesawat. Tidak hanya mengurangi risiko
kecelakaan, tetapi juga membuat proses perawatan lebih mudah dan murah.

Sebelum teori Habibie ini
ditemukan, letak retakan (crack) pada pesawat tidak bisa dideteksi lebih awal.
Kemudian, para insinyur mengatasi kemungkinan terburuk suatu struktur
konstruksi pada pesawat dengan meningkatkan safety factor (SF).

Cara yang dipakai untuk
meningkatkan safety factor ini adalah dengan meningkatkan kekuatan konstruksi
yang dipakai jauh melebihi kebutuhan teorinya. Hal ini tentu saja akan membuat
pesawat jauh lebih berat. Kalau pesawat lebih berat tentu saja akan lebih
lambat, susah bermanuver, dan lebih banyak mengkonsumsi bahan bakar.

Konstruksi tersebut sangat
merepotkan. Dengan adanya teori Habibie ini, letak dan besar retakan (crack)
dapat dihitung. Hal ini membuat para insinyur dapat mengurangi safety factor
(SF) sehingga dapat memangkas bobot pesawat yang adalah faktor penting didalam
dunia penerbangan.

Baca Juga :  Kura-Kura dalam Perahu dan Pengalihan Isu

Faktor Habibie ini berdampak
besar bagi dunia penerbangan. Dengan adanya factor Habibie ini berat pesawat
bisa berkurang hingga 10 persen. Bahkan, berat pesawat bisa berkurang hingga 25
persen setelah material kompsit buatan Habibie digunakan.

Dengan begitu,  pesawat akan lebih mudah bermanuver, lebih
mudah take off, menghemat bahan bakar dan mengurangi biaya pembuatan serta
perawatan nya. Kemampuan pesawat meningkat sangat pesat dengan adanya teori
ini.

Ternyata teori Habibie ini sangat
luar biasa dan menjadi tolak ukur utama di dunia penerbang pada saat itu. Tak
heran, Habibie sampai pernah menjadi vice president di salah satu industri
penerbangan terbesar di Jerman yaitu Messerschmitt Boelkow Blohm GmbH (MBB).
Perlu diketahui juga Habibie satu-satunya orang non-Jerman yang mampu menduduki
posisi setinggi itu pada perusahaan tersebut.

Sudah banyak Inspirasi dari
kejeniusan B.J. Habibie presiden ke-3 RI ini. Habibie merupakan penggagas
desain dari pesawat prototype DO-31 yang kemudian pesawat tersebut dibeli NASA.
Hak paten Habibie dipakai oleh perusahaan-perusahaan terkenal seperti Air Bus
dan perusahaan roket lainnya. Hingga Habibie pernah meraih penghargaan Von
Karman Award (1992).

Penghargaan Von Karman Award ini
hampir setara dengan hadiah Nobel. Di usianya yang senja, Habibie tetap menjadi
penggagas ulung dengan rancangan pesawat R80 berbasis turboprop bersama anaknya
Ilham Habibie. B.J. Habibie sering menjadi pembicara di seantero Indonesia
sebagai penggagas yang inspiratif.

Penggagas jenius dari Indonesia
kini bepulang ke rahmatullah. Habibie secara fisik meninggal dunia. Tetapi maha
karyanya terus hidup dan berkembang. Dari jasanya yang sangat besar bagi
Indonesia dan dunia semoga B.J. Habibie diberkan tempat terbaik di
sisi-Nya.Aaamiin.(dni/indopos/kpc)

MENINGGALNYA B.J. Habibie bukan hanya membuat bangsa Indonesia
berduka. Dunia turut kehilangan seorang penemu jenius dari Indonesia itu. B.J.
Habibie memiliki sumbangsih besar pada teknologi pesawat terbang dunia. Seperti
apa?

Dikutip dari laman saintif.com
salah satu kontribusi terbesar Habibie adalah pada teori crack progression.
Crack progression theory adalah teori yang digunakan untuk memprediksi titik
mula retakan pada sayap pesawat terbang.

Pada teori ini, B.J. Habibie
berhasil melakukan perumusan yang sangat mendetail, sehingga perhitungannya
dapat presisi sampai tingkat atom. Ini adalah penemuan yang sangat besar di
dunia penerbangan. Ketika kita melihat sayap suatu pesawat, sepintas sayap
tersebut terlihat sangat mulus dan tak bercelah ketika dilihat dari luar.

Tapi, bagian dalam dalam dari
struktur sayap dan bodi pesawat ini berongga-rongga. Struktur penyangga pesawat
tersebut selalu manahan tekanan yang sangat besar dan terus-menerus saat
pesawat beroperasi. Terutama ketika pesawat take off , landing serta saat
mengalami turbulensi.

Konstruksi bagian dalam sayap
pesawat tertutup rapat dan bagian itu terus menahan beban yang cukup besar dan
kontinyu. Masalah tersebut terus membayangi para pemilik dan manufaktur di
bidang penerbangan selama 40 tahun terakhit. Karena mereka belum tahu struktur
yang aman dalam pesawat.

Seperti manusia, material
struktur dalam pesawat ternyata juga bisa “lelah”. Kelelahan material ini biasa
disebut “fatigue”. Kelelahan (fatigue) dari bahan ini masih sangat sulit
dideteksi dengan keterbatasan alat pada zaman itu. Akibatnya, pada awal tahun
1960-an kecelakaan pesawat sangat sering terjadi.

Kelelahan (fatigue) pada pesawat
biasanya terjadi pada bagian penghubung sayap dan bodi utama pesawat terbang
atau pada penghubung sayap dan mesin. Kedua bagian tersebut terus-menerus
mengalami guncangan dan getaran selama take off dan landing.

Nah, dari situlah awalnya
timbulnya retakan (crack) akibat lelahnya (fatigue) material penghubung
tersebut. Awal retakan ini biasanya berukuran sangat kecil, 0.005 millimeter
dan terus merambat menjadi lebih besar dan bercabang. Bila saja retakan ini
tidak terdeteksi maka bahaya besar akan menanti. Sayap dari pesawat tersebut
dapat tiba-tiba patah ketika take off.

Baca Juga :  Gegara Pekerjaan, Risiko Bunuh Diri Dokter dan Wartawan Tinggi

Apalagi pesawat sudah mulai
berubah dari sistem propeler menjadi sistem mesin jet pada masa itu. Di sininal
peran penting ”Mr Crack” B.J. Habibie. Di saat seluruh dunia membutuhkan sebuah
solusi mengenai masalah yang berkepanjangan ini, seorang penggagas jenius dari
Indonesia muncul.

Pada saat itu dia masih berusia
32 tahun. Seorang doktor dengan perawakan cilik tetapi sangat energetik. Dia
adalah Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie. Seorang penggagas muda kelahiran
Pare Pare Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936.

Kejeniusan B.J. Habibie ini
berhasil menemukan letak titik awal retakan atau crack propagation point.
Perhitungan yang dilakukan beliau sangat detil. Bahkan perhitungannya sampai
tingkat atom.

Ini adalah penemuan yang sangat
besar di dunia penerbangan. Teori yang dikemukakan Habibie ini disebut teori
Crack Progression atau disebut dengan “Theory of Habibie.” Jika teori Newton
dan teori Darwin sering terdengar, tetapi masyarakat Indonesia sangat jarang
medengar ada teori besar yang ditemukan orang Indonesia.

Teori Habibie ini telah dipakai
di Industri penerbangan di seluruh dunia. Teori ini jugalah yang berhasil
meningkatkan standar keamanan pada pesawat. Tidak hanya mengurangi risiko
kecelakaan, tetapi juga membuat proses perawatan lebih mudah dan murah.

Sebelum teori Habibie ini
ditemukan, letak retakan (crack) pada pesawat tidak bisa dideteksi lebih awal.
Kemudian, para insinyur mengatasi kemungkinan terburuk suatu struktur
konstruksi pada pesawat dengan meningkatkan safety factor (SF).

Cara yang dipakai untuk
meningkatkan safety factor ini adalah dengan meningkatkan kekuatan konstruksi
yang dipakai jauh melebihi kebutuhan teorinya. Hal ini tentu saja akan membuat
pesawat jauh lebih berat. Kalau pesawat lebih berat tentu saja akan lebih
lambat, susah bermanuver, dan lebih banyak mengkonsumsi bahan bakar.

Konstruksi tersebut sangat
merepotkan. Dengan adanya teori Habibie ini, letak dan besar retakan (crack)
dapat dihitung. Hal ini membuat para insinyur dapat mengurangi safety factor
(SF) sehingga dapat memangkas bobot pesawat yang adalah faktor penting didalam
dunia penerbangan.

Baca Juga :  Kura-Kura dalam Perahu dan Pengalihan Isu

Faktor Habibie ini berdampak
besar bagi dunia penerbangan. Dengan adanya factor Habibie ini berat pesawat
bisa berkurang hingga 10 persen. Bahkan, berat pesawat bisa berkurang hingga 25
persen setelah material kompsit buatan Habibie digunakan.

Dengan begitu,  pesawat akan lebih mudah bermanuver, lebih
mudah take off, menghemat bahan bakar dan mengurangi biaya pembuatan serta
perawatan nya. Kemampuan pesawat meningkat sangat pesat dengan adanya teori
ini.

Ternyata teori Habibie ini sangat
luar biasa dan menjadi tolak ukur utama di dunia penerbang pada saat itu. Tak
heran, Habibie sampai pernah menjadi vice president di salah satu industri
penerbangan terbesar di Jerman yaitu Messerschmitt Boelkow Blohm GmbH (MBB).
Perlu diketahui juga Habibie satu-satunya orang non-Jerman yang mampu menduduki
posisi setinggi itu pada perusahaan tersebut.

Sudah banyak Inspirasi dari
kejeniusan B.J. Habibie presiden ke-3 RI ini. Habibie merupakan penggagas
desain dari pesawat prototype DO-31 yang kemudian pesawat tersebut dibeli NASA.
Hak paten Habibie dipakai oleh perusahaan-perusahaan terkenal seperti Air Bus
dan perusahaan roket lainnya. Hingga Habibie pernah meraih penghargaan Von
Karman Award (1992).

Penghargaan Von Karman Award ini
hampir setara dengan hadiah Nobel. Di usianya yang senja, Habibie tetap menjadi
penggagas ulung dengan rancangan pesawat R80 berbasis turboprop bersama anaknya
Ilham Habibie. B.J. Habibie sering menjadi pembicara di seantero Indonesia
sebagai penggagas yang inspiratif.

Penggagas jenius dari Indonesia
kini bepulang ke rahmatullah. Habibie secara fisik meninggal dunia. Tetapi maha
karyanya terus hidup dan berkembang. Dari jasanya yang sangat besar bagi
Indonesia dan dunia semoga B.J. Habibie diberkan tempat terbaik di
sisi-Nya.Aaamiin.(dni/indopos/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru