25.2 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Kisah Wartawan Istana, Ani Yudhoyono dan Jus Kacang Hijau

SAAT mendengar kabar Ibu Ani Yudhoyono kritis dan dirawat di ICU,
saya sudah gelisah. Apalagi dikabarkan juga, seluruh anak dan cucu sudah berada
di National University Hospital (NUH) Singapura.

Grup WhatsApp wartawan istana di
era SBY sudah ramai membicarakan kondisi Bu Ani. Ingatan saya pun melayang ke
10-15 tahun silam. Selama hampir lima tahun saya menjadi wartawan istana
kepresidenan, tepatnya pada masa kepemimpinan SBY jilid I.

Terakhir bertemu Bu Ani pada 29
Maret 2017 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Saat itu Bu Ani mendampingi SBY
menerima Anugerah Prapanca Agung dari PWI Jatim. Ternyata, Bu Ani masih
mengenal saya. Dia menanyakan kabar saya dan keluarga. Saya tidak mengira Bu
Ani masih ingat. Sebab, pertemuan saya dengan Bu Ani sebelumnya terjadi pada
2009, saat musim kampanye pemilihan presiden.

Akhirnya, kabar duka itu datang
menjelang duhur kemarin. Bu Ani mengembuskan napas terakhir pukul 11.50 waktu
Singapura. Anggota grup WhatsApp mantan wartawan istana pun berbagi kenangan tentang
Bu Ani. Bulan lalu teman-teman wartawan istana era SBY menengok ke NUH
Singapura. Ditemui langsung oleh SBY. Sayang, saya tidak bisa ikut saat itu.

Selama saya meliput di istana, Bu
Ani memang cukup dekat dengan wartawan. Dia hafal banyak nama wartawan istana.
Kalaupun tidak hafal nama, biasanya dia niteni wartawan-wartawan di istana.
Apalagi kalau wartawan itu “berbobot” (maksudnya overweight) seperti saya waktu itu.

Salah satu perhatian Bu Ani
kepada wartawan adalah soal makan. Ketika bertemu dengan wartawan pada acara
resmi di istana atau acara informal di Cikeas, kediaman SBY, Bu Ani selalu
mengecek apakah teman-teman wartawan sudah makan atau belum. Suatu ketika dia
menceritakan salah satu alasan wartawan tidak diperkenankan untuk mengambil gambar
saat presiden dan ibu negara makan. Yakni, biar wartawan juga ikut makan.

Baca Juga :  Masjidpreneur

Suatu hari pada 2008, SBY dan Bu
Ani melakukan kunjungan ke Sentul, Bogor. Itu bukan acara resmi. SBY hanya
mendatangi beberapa titik dan menyapa warga. Tidak ada acara seremonial.
Wartawan istana siap sejak pukul 07.00. Siangnya, SBY dan rombongan mampir
untuk makan siang di Sate Kiloan PSK. Nama PSK kependekan dari penggemar sate
kiloan.

Saat tiba di warung itu, di meja
SBY dan Bu Ani sudah tersaji sate puluhan tusuk, tongseng, gulai, dan nasi
putih. Saya dan sejumlah wartawan duduk tak jauh dari meja makan presiden.
Bedanya, di meja kami baru tersaji nasi putih.

Beberapa kali saya melirik
tumpukan sate kambing di meja makan SBY. SBY dan Bu Ani sudah selesai makan.
Saat itu saya memang lapar sekali. Apalagi tidak sempat sarapan karena pukul
06.00 sudah harus kumpul di istana. Pada lirikan entah keberapa, saya kepergok
Bu Ani. Rupanya, Bu Ani tahu saya beberapa kali “mengincar” sate kambing di
mejanya.

Tiba-tiba Bu Ani memanggil saya.
“Ini satenya dibawa ke meja teman-teman wartawan. Bawa semua, masih banyak
kok,” kata Bu Ani saat itu. Lalu, Bu Ani meminta ajudan memastikan bahwa semua
wartawan kebagian makanan. SBY dan Bu Ani yang sudah selesai makan pun rela
menunggu semua rombongan selesai makan.

Satu lagi yang berkesan. Setiap
kali mengikuti Presiden SBY dalam kunjungan ke luar negeri, rombongan bisa
menikmati sari kacang hijau yang lezat di pesawat Garuda Indonesia yang
digunakan sebagai pesawat kepresidenan. Saat itu Indonesia memang belum punya
pesawat kepresidenan sendiri. Masih menyewa ke Garuda Indonesia. Menurut cerita
seorang pramugari yang saya tanya, jus kacang hijau itu memang pesanan khusus
dari Bu Ani dan selalu harus ada di penerbangan. Itu jus kacang hijau terenak
yang pernah saya minum. Saya pernah menanyakan di mana toko yang menjual jus
itu kepada Bu Ani. Sayang, Bu Ani waktu itu belum mau membocorkan.

Baca Juga :  Daring, Sinyal, dan Listrik

Aktivitas Bu Ani juga tidak kalah
sibuk dengan SBY. Selain mendampingi SBY, Bu Ani membentuk SIKIB (Solidaritas
Istri Kabinet Indonesia Bersatu). Cukup sering pertemuan SIKIB digelar di
Istana Negara. Biasanya, saat kegiatan Bu Ani, tanpa SBY, wartawan bisa
berdialog lebih akrab dengan Bu Ani. Tentang apa pun. Paling bersemangat kalau
diminta bercerita soal cucu. Soal aktivitas Pepo dan Memo bersama cucu
kesayangan. Pepo dan Memo adalah panggilan sayang cucu-cucu kepada SBY dan Bu
Ani.

Melalui SIKIB pula, Bu Ani
membidani mobil pintar dan rumah pintar. Menjelang akhir periode pertama SBY
menjabat, Bu Ani mulai belajar memotret. Dudi Anung, mantan wartawan Rakyat
Merdeka (Jawa Pos Grup) yang menjadi fotografer pribadi SBY, mengajari Bu Ani.

Karya-karya foto Bu Ani juga
dibukukan. Judulnya The Colors of Harmony, A Photography Journey. Diluncurkan
di Galeri Nasional pada 28 Oktober 2011, bersamaan dengan pameran foto
karyanya. Karya foto Bu Ani juga bisa dinikmati di Instagram @aniyudhoyono.
Dari sekian banyak karyanya, foto keluarga yang paling menonjol.

Dalam keseharian, keluarga adalah
hal terpenting bagi Bu Ani. Lihat saja, setiap ada acara keluarga, baju
sarimbit selalu mewarnai acara tersebut. Bu Ani yang menyiapkan baju-baju
seragam itu. Untuk Lebaran 5 Juni nanti, kabarnya, Bu Ani sudah menyiapkan
kain. Sang menantu pun sudah menjahitkan kain itu menjadi baju sarimbit. Saya
pun penasaran seperti apa bajunya. Selamat jalan, Memo… (*)

(Penulis adalah Wartawan Jawa
Pos, bertugas di istana era SBY jilid I)

SAAT mendengar kabar Ibu Ani Yudhoyono kritis dan dirawat di ICU,
saya sudah gelisah. Apalagi dikabarkan juga, seluruh anak dan cucu sudah berada
di National University Hospital (NUH) Singapura.

Grup WhatsApp wartawan istana di
era SBY sudah ramai membicarakan kondisi Bu Ani. Ingatan saya pun melayang ke
10-15 tahun silam. Selama hampir lima tahun saya menjadi wartawan istana
kepresidenan, tepatnya pada masa kepemimpinan SBY jilid I.

Terakhir bertemu Bu Ani pada 29
Maret 2017 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Saat itu Bu Ani mendampingi SBY
menerima Anugerah Prapanca Agung dari PWI Jatim. Ternyata, Bu Ani masih
mengenal saya. Dia menanyakan kabar saya dan keluarga. Saya tidak mengira Bu
Ani masih ingat. Sebab, pertemuan saya dengan Bu Ani sebelumnya terjadi pada
2009, saat musim kampanye pemilihan presiden.

Akhirnya, kabar duka itu datang
menjelang duhur kemarin. Bu Ani mengembuskan napas terakhir pukul 11.50 waktu
Singapura. Anggota grup WhatsApp mantan wartawan istana pun berbagi kenangan tentang
Bu Ani. Bulan lalu teman-teman wartawan istana era SBY menengok ke NUH
Singapura. Ditemui langsung oleh SBY. Sayang, saya tidak bisa ikut saat itu.

Selama saya meliput di istana, Bu
Ani memang cukup dekat dengan wartawan. Dia hafal banyak nama wartawan istana.
Kalaupun tidak hafal nama, biasanya dia niteni wartawan-wartawan di istana.
Apalagi kalau wartawan itu “berbobot” (maksudnya overweight) seperti saya waktu itu.

Salah satu perhatian Bu Ani
kepada wartawan adalah soal makan. Ketika bertemu dengan wartawan pada acara
resmi di istana atau acara informal di Cikeas, kediaman SBY, Bu Ani selalu
mengecek apakah teman-teman wartawan sudah makan atau belum. Suatu ketika dia
menceritakan salah satu alasan wartawan tidak diperkenankan untuk mengambil gambar
saat presiden dan ibu negara makan. Yakni, biar wartawan juga ikut makan.

Baca Juga :  Masjidpreneur

Suatu hari pada 2008, SBY dan Bu
Ani melakukan kunjungan ke Sentul, Bogor. Itu bukan acara resmi. SBY hanya
mendatangi beberapa titik dan menyapa warga. Tidak ada acara seremonial.
Wartawan istana siap sejak pukul 07.00. Siangnya, SBY dan rombongan mampir
untuk makan siang di Sate Kiloan PSK. Nama PSK kependekan dari penggemar sate
kiloan.

Saat tiba di warung itu, di meja
SBY dan Bu Ani sudah tersaji sate puluhan tusuk, tongseng, gulai, dan nasi
putih. Saya dan sejumlah wartawan duduk tak jauh dari meja makan presiden.
Bedanya, di meja kami baru tersaji nasi putih.

Beberapa kali saya melirik
tumpukan sate kambing di meja makan SBY. SBY dan Bu Ani sudah selesai makan.
Saat itu saya memang lapar sekali. Apalagi tidak sempat sarapan karena pukul
06.00 sudah harus kumpul di istana. Pada lirikan entah keberapa, saya kepergok
Bu Ani. Rupanya, Bu Ani tahu saya beberapa kali “mengincar” sate kambing di
mejanya.

Tiba-tiba Bu Ani memanggil saya.
“Ini satenya dibawa ke meja teman-teman wartawan. Bawa semua, masih banyak
kok,” kata Bu Ani saat itu. Lalu, Bu Ani meminta ajudan memastikan bahwa semua
wartawan kebagian makanan. SBY dan Bu Ani yang sudah selesai makan pun rela
menunggu semua rombongan selesai makan.

Satu lagi yang berkesan. Setiap
kali mengikuti Presiden SBY dalam kunjungan ke luar negeri, rombongan bisa
menikmati sari kacang hijau yang lezat di pesawat Garuda Indonesia yang
digunakan sebagai pesawat kepresidenan. Saat itu Indonesia memang belum punya
pesawat kepresidenan sendiri. Masih menyewa ke Garuda Indonesia. Menurut cerita
seorang pramugari yang saya tanya, jus kacang hijau itu memang pesanan khusus
dari Bu Ani dan selalu harus ada di penerbangan. Itu jus kacang hijau terenak
yang pernah saya minum. Saya pernah menanyakan di mana toko yang menjual jus
itu kepada Bu Ani. Sayang, Bu Ani waktu itu belum mau membocorkan.

Baca Juga :  Daring, Sinyal, dan Listrik

Aktivitas Bu Ani juga tidak kalah
sibuk dengan SBY. Selain mendampingi SBY, Bu Ani membentuk SIKIB (Solidaritas
Istri Kabinet Indonesia Bersatu). Cukup sering pertemuan SIKIB digelar di
Istana Negara. Biasanya, saat kegiatan Bu Ani, tanpa SBY, wartawan bisa
berdialog lebih akrab dengan Bu Ani. Tentang apa pun. Paling bersemangat kalau
diminta bercerita soal cucu. Soal aktivitas Pepo dan Memo bersama cucu
kesayangan. Pepo dan Memo adalah panggilan sayang cucu-cucu kepada SBY dan Bu
Ani.

Melalui SIKIB pula, Bu Ani
membidani mobil pintar dan rumah pintar. Menjelang akhir periode pertama SBY
menjabat, Bu Ani mulai belajar memotret. Dudi Anung, mantan wartawan Rakyat
Merdeka (Jawa Pos Grup) yang menjadi fotografer pribadi SBY, mengajari Bu Ani.

Karya-karya foto Bu Ani juga
dibukukan. Judulnya The Colors of Harmony, A Photography Journey. Diluncurkan
di Galeri Nasional pada 28 Oktober 2011, bersamaan dengan pameran foto
karyanya. Karya foto Bu Ani juga bisa dinikmati di Instagram @aniyudhoyono.
Dari sekian banyak karyanya, foto keluarga yang paling menonjol.

Dalam keseharian, keluarga adalah
hal terpenting bagi Bu Ani. Lihat saja, setiap ada acara keluarga, baju
sarimbit selalu mewarnai acara tersebut. Bu Ani yang menyiapkan baju-baju
seragam itu. Untuk Lebaran 5 Juni nanti, kabarnya, Bu Ani sudah menyiapkan
kain. Sang menantu pun sudah menjahitkan kain itu menjadi baju sarimbit. Saya
pun penasaran seperti apa bajunya. Selamat jalan, Memo… (*)

(Penulis adalah Wartawan Jawa
Pos, bertugas di istana era SBY jilid I)

Terpopuler

Artikel Terbaru