Pembunuh
John Lennon, Mark Chapman mengakui perbuatannya. Dia nekat melakukan aksinya
demi kebanggaan dirinya sendiri. Hal itu terungkap di transkrip sidang dewan
pembebasan bersyarat yang berlangsung pada bulan lalu. Rekaman sidang tersebut
dirilis pihak berwenang pada Senin (21/9).
Agenda
hearing itu merupakan yang kedua belas, setelah dewan pembebasan bersyarat
menolak 11 kali pembebasan bersyarat yang diajukan sebelumnya. Chapman mengaku
terobsesi akan popularitas Lennon.
â€Saya
membunuhnya… karena dia sangat, sangat, sangat terkenal dan tak ada alasan
lainnya. Saat itu, saya sangat, sangat, sangat amat menginginkan kejayaan diri.
Sangat egois,†ucap pria berumur 65 tahun itu sebagaimana dikutip Billboard.
Chapman
mengakui tragedi yang terjadi nyaris empat dekade lalu itu sangat mengerikan.
John Lennon meninggal setelah ditembak pada 8 Desember 1980 di luar apartemen
Upper West Side, Manhattan. Saat itu, gitaris The Beatles tersebut baru saja
kembali ke apartemen bersama sang istri, Yoko Ono. Sebelum tragedi tersebut
terjadi, Lennon sempat melaksanakan penandatanganan album Double Fantasy.
Chapman
mengikuti acara tersebut. â€Sejujurnya, dia sangat baik di hari itu,†ucapnya.
Dia mengaku menyesal dan tak henti memikirkan dampak tragedi tersebut pada Ono.
â€Saya ingin menekankan lagi bahwa itu sebuah tindakan yang superegois. Saya
meminta maaf untuk semua luka yang saya buat untuknya (Ono, Red). Saya
memikirkannya sepanjang waktu,†katanya.
Pria
yang menerima putusan hukuman pidana 20 tahun hingga seumur hidup itu
menyatakan tidak keberatan jika dewan tidak mengurangi masa hukumannya. â€Saya
berhak atas hukuman mati. Saat Anda dengan sadar merencanakan pembunuhan
seseorang dan melakukannya sendiri, jelas hukuman mati yang pantas,†kata
Chapman.
Dewan
pembebasan bersyarat menolak pembebasan bersyarat yang diajukan Chapman. Kini,
Chapman menjalani masa pidananya di Lembaga Pemasyarakatan Wende, Buffalo.
Sidang pembebasan bersyarat selanjutnya dijadwalkan pada Agustus 2022.