Meski sempat ada petisi untuk memboikot serta tanggapan miring dari berbagai pihak, film Dua Garis Biru (DGB) tetap menuai antusiasme besar penikmat film. Cerita Bima (Angga Yunanda) dan Dara (Zara JKT48) yang harus menanggung konsekuensi sangat besar pada usianya yang masih remaja tak hanya bikin baper dan mewek penonton seusia, tetapi juga penonton dewasa.
Setelah diputar selama empat hari sejak Kamis (11/7), film karya sutradara Gina S. Noer itu ditonton 721.772 orang. Jumlah tersebut masih bertambah. Cukup banyak yang menilai bahwa film itu memaparkan masalah remaja dengan cara yang bagus. Juga, mengangkat pentingnya urgensi sex education bagi remaja.
Sisi lucunya, Dua Garis Biru ramai di jagat Twitter dan Instagram. Warganet memelesetkan artinya menjadi dua garis biru tanda pesan WhatsApp sudah terbaca. Misalnya, cuitan @Soliah_. ”Yang berat itu bukan rindu, melainkan chat centang dua abu-abu yang tak kunjung berubah jadi #DuaGarisBiru, padahal update status 2 menit yang lalu,” cuitnya.
Sebagai sutradara dan penulis, Gina S. Noer bersyukur sekaligus lega film karyanya diapresiasi. ”Yang bikin saya terharu, yang udah nonton ikut membela filmnya. Meluruskan pandangan yang salah dan menghilangkan prasangka buruk,” ujar Gina saat dihubungi Jawa Pos pada Minggu petang (14/7).
Gina mengungkapkan, konsep cerita dan naskah dibuatnya sejak 2010. Sejak itu, dia menuliskan berbagai versi cerita dari naskahnya. Hingga akhirnya, dia sadar apa yang kurang dari kisah tentang drama remaja. ”Ternyata saya perlu memasukkan pengalaman saya sebagai orang tua,” ungkap perempuan yang juga menjadi screenwriter film Keluarga Cemara tersebut.
DGB tak dibuat dengan maksud untuk mengajarkan seks pranikah. ”Lebih dari itu. Tujuan saya adalah menekankan pentingnya semua pihak memberikan sex education yang layak bagi remaja kita,” tegasnya.
Lalu, dia juga ingin memperlihatkan bahwa suatu saat kesalahan bisa terjadi meski orang tua sudah membekali anaknya dengan banyak nasihat. Yang Gina tekankan adalah cara sebuah keluarga, terlebih orang tua, menghadapi problem dan tetap memberdayakan anak-anaknya. (len/c14/jan)