NATUNA, PROKALTENG.CO – Pada Rabu sore, 6 Agustus 2025, di ujung utara Indonesia, belasan personel gabungan dari Basarnas Natuna, TNI dan Polri, hingga Kejaksaan Negeri melakukan sebuah prosesi sederhana, namun sarat makna.
Dengan menggunakan life jacket, mereka terjun satu per satu dari tepi kiri pelabuhan ke perairan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, untuk mengibarkan bendera Merah Putih raksasa sepanjang 30 meter. Aksi ini merupakan bagian dari rangkaian memeriahkan peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Di atas pelabuhan, puluhan peserta lainnya berdiri menyaksikan proses itu, dengan menggunakan pakaian lengkap, sesuai instansi masing-masing.
Setelah bendera lurus berkibar, semua yang hadir di atas pelabuhan memberikan hormat, beberapa mata terlihat berkaca, mungkin terharu atau merasa bangga bisa mengikuti kegiatan itu.
Tidak hanya di atas permukaan air, tepat di sebelah kanan pelabuhan, bendera dengan ukuran sepanjang 12 meter dikibarkan di atas Kapal Negara Sasikirana 245.
Bendera itu berkibar dengan gagah di atas kapal, seperti merasa bangga melihat rakyat Indonesia tidak melupakan perjuangan para pahlawan yang mengantarkan Indonesia merdeka.
Perjuangan
Jika pahlawan berjuang merebut kemerdekaan, Basarnas dan instansi lainnya juga berjuang mengibarkan bendera di Perairan Pulau Laut.
Perjuangan itu dimulai sejak Rabu pagi pada tanggal yang sama. Dengan menggunakan KN Sasikirana 245, kapal milik Basarnas yang selama ini dikenal sebagai garda terdepan dalam pencarian dan penyelamatan di laut, mereka bergerak dari pelabuhan Ranai di Ibu Kota Kabupaten Natuna.
Empat jam mereka mengarungi Laut Natuna. Bukan perjalanan yang mudah. Sesekali alunan gelombang menghantam lambung kapal, membuatnya bergoyang keras. Beberapa penumpang ada yang berpegangan erat, sementara yang lain diam dalam doa, namun ada juga yang tetap santai sambil melontarkan candaan untuk mengubah suasana agar menjadi gembira.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) atau Basarnas Natuna Abdul Rahman menyatakan, selain pengibaran bendera, tim itu juga melaksanakan kegiatan lainnya di Pulau Laut, seperti pemeriksaan kesehatan gratis, penyuluhan hukum, keselamatan, penuluhan mengenai PLN dan hal lainnya.
Pulau Sekatung
Pada esok harinya, Kamis (7/8) pagi menjelang siang, peserta gabungan ini berangkat menggunakan pompong nelayan ke Pulau Sekatung, yang merupakan Pulau Terdepan benteng negara kita di bagian utara.
Meski kondisi Matahari panas menyengat, para peserta yang di dalamnya juga terdapat anak-anak, tidak merasa penat, padahal kegiatan di pada pagi hari cukup padat, mulai penyuluhan hukum kepada perangkat desa oleh Kejaksaan Negeri, hingga penyuluhan tentang pentingnya keselamatan kerja dan alat komunikasi oleh Basarnas.
Dalam perjalanan, ombak juga menggoyangkan pompong nelayan, namun semangat peserta tidak surut.
Sesampai di pulau kecil yang tenang itu, mendadak riuh oleh semangat mereka. Tidak menunggu lama setelah tiba dan berkomunikasi dengan prajurit penjaga perbatasan, bendera Merah Putih yang sama, yakni 30 meter dibentang di pesisir pantai Pulau Sekatung.
Kegiatan itu bukan hanya seremoni. Ini adalah bentuk nyata dari menanamkan dan menularkan jiwa patriotisme, terutama kepada generasi muda dan masyarakat di perbatasan.
Ketika kota-kota besar merayakan kemerdekaan dengan pesta dan konser, di ujung negeri ini, anak-anak melihat megah dan gagahnya bendera kita berkibar di tengah ombak dan angin.
Dan di sana, mereka belajar arti cinta Tanah Air. Bahwa Indonesia bukan hanya tempat tinggal, tapi tanah yang layak untuk diperjuangkan, walau hanya dengan sebuah bendera, di tengah laut, di ujung pulau yang sepi.
Tidak pudar
Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya bendera. Bagi mereka yang mengangkatnya, menjaganya, dan mengibarkan di batas negeri, Merah Putih adalah harga diri. Ia adalah nyawa yang berkibar. Sebuah janji bahwa siapa pun, di mana pun, tidak akan dibiarkan sendiri oleh negaranya.
Ketika bendera itu mengepak tertiup angin Laut Natuna, ada getaran yang tidak bisa dijelaskan. Sebuah perasaan bahwa bangsa ini, meski luas dan beragam, disatukan oleh satu warna merah untuk keberanian dan putih untuk kesucian.
Mereka yang berada di Pulau Laut dan Pulau Sekatung, telah menunjukkan bahwa di ujung negeri yang jauh pun, Merah Putih tetap berkibar. Menunjukkan bahwa jiwa nasionalisme tidak pernah luntur, tidak pernah mundur.
Jika Basarnas mengibarkan bendera di perbatasan secara langsung, Polres Natuna melakukannya melalui perantara.
Sedikitnya ada 80 bendera yang diberikan kepada nelayan yang kerap beroperasi di perbatasan. Tujuan pemberian agar bendera itu berkibar di perbatasan, terutama ketika mereka melakukan aktivitas di laut.
Selain untuk nelayan, Polres Natuna, melalui polsek, juga memberikan bendera kepada pengendara roda dua dan masyarakat dari rumah ke rumah.
Menurut Kasatpolairud Polres Natuna Ipda Guru Kinayan Sembiring pengibaran bendera di kapal nelayan bukan sekadar seremonial, melainkan penanda bahwa kita, anak bangsa, senantiasa membawa semangat merah putih dalam setiap langkah, termasuk saat melaut.
Misi Polres adalah menghiasi rumah, jalan dan titik vital di Natuna dengan bendera Merah Putih dalam berbagai ukuran.
Komunitas di Natuna juga turut melakukannya, mereka bergotong royong mengibarkan bendera di jalan-jalan menggunakan dana pribadi dan donatur yang ingin memeriahkan HUT ke-80 RI. Masyarakat dan kibaran Merah Putih menjadi penanda bahwa bagian terluar dari negeri ini tetap terjaga. (ant)