29.9 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Warga Mengeluh, Masih Ditemeukan Cairan CPO di Sungai Mentaya

SAMPIT,PROKALTENG.CO- Warga Desa Bagendang Hulu, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengeluh. Karena masih ada cairan yang  diduga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang mengambang di Sungai Mentaya.

“Saya kemarin menerima keluhan dari warga Desa Bagendang Hulu, terkait masih ada ditemukan minyak CPO di Sungai Mentaya dan ini cukup mengganggu masyarakat yang beraktivitas di sungai, terutama mandi dan lain sebagainya,” kata Wakil Ketua DPRD Kotawaringin Timur H Rudianur, Selasa (17/8).

Dia menduga, cairan tersebut sisa kebocoran CPO dari sebuah tongkang bernama Kapuas Jaya 01 yang sedang melakukan pengisian dari pelabuhan PT Pelindo III di Bagendang Sabtu (7/8) lalu. Saat itu, Rudianur melihat sendiri. Dia menjadi orang pertama yang mengungkap masalah itu hingga menjadi perhatian banyak pihak.

“Saya menduga pembersihan cairan CPO yang sempat merembes ke sungai oleh perusahaan yang bertanggung jawab atas kejadian itu, tidak benar-benar bersih, sehingga mencemari air Sungai Mentaya. Harusnya pihak yang bertanggung jawab harus teliti, sehingga tidak ada lagi cairan tersebut mencemari sungai,” ujar Rudianur.

Baca Juga :  Wujudkan Ketahanan Pangan yang Kuat

Politikus Partai Golkar ini juga sangat menyayangkan, hingga saat ini keberadaan cairan berminyak warna kuning kemerahan itu masih banyak ditemukan mengambang di pinggir Sungai Mentaya dan cukup mengganggu saat masyarakat beraktivitas di sungai. Karena masyarakat sekitar pelabuhan masih mengandalkan Sungai Mentaya untuk keperluan hidup sehari-hari.

“Sejak dari awal, saya mengingatkan agar CPO yang bocor ke Sungai Mentaya dapat ditangani dengan baik. Jangan sampai mengganggu masyarakat. Apalagi Sungai Mentaya adalah sumber air utama bagi kehidupan masyarakat, khususnya Desa Bagendang,” ungkap Rudianur.

Dia mendesak pihak perusahaan bersama instansi terkait, dapat menangani kasus ini secara serius. Karena kebocoran CPO yang mencemari sungai harus kembali dibersihkan sampai benar-benar bersih. Dia juga mendesak agar kejadian ini diproses sesuai aturan, dan harus dilakukan tindakan tegas atas kebocoran CPO itu. Meski itu merupakan ketidaksengajaan atau kelalaian.

Baca Juga :  Jalankan Sinergitas untuk Mencapai Target PAD

“Saya minta pihak Pelindo III dan pihak perusahaan harus bertanggung jawab secara sosial dengan member kompensasi kepada masyarakat, karena kejadian itu telah mengganggu aktivitas masyarakat, sehingga mereka tidak dapat menggunakan air Sungai Mentaya untuk kebutuhan mereka,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotim Sanggul Lumban Gaol mengatakan, pihaknya sudah menurunkan tim ke lokasi pasca kebocoran tongkang tersebut. Tim juga telah menyusuri sungai serta melakukan pemantauan dengan menggunakan drone untuk melihat sejauh mana sebaran CPO mencemari Sungai Mentaya.

“Tim kami juga bersama instansi terkait sudah mengambil sampel air dan mengirimnya ke laboratorium di Jakarta untuk mengetahui dugaan tingkat pencemarannya terhadap air sungai setempat. Saat ini, kami masih menunggu hasil pemeriksaan sampel air tersebut,” pungkasnya.

SAMPIT,PROKALTENG.CO- Warga Desa Bagendang Hulu, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengeluh. Karena masih ada cairan yang  diduga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang mengambang di Sungai Mentaya.

“Saya kemarin menerima keluhan dari warga Desa Bagendang Hulu, terkait masih ada ditemukan minyak CPO di Sungai Mentaya dan ini cukup mengganggu masyarakat yang beraktivitas di sungai, terutama mandi dan lain sebagainya,” kata Wakil Ketua DPRD Kotawaringin Timur H Rudianur, Selasa (17/8).

Dia menduga, cairan tersebut sisa kebocoran CPO dari sebuah tongkang bernama Kapuas Jaya 01 yang sedang melakukan pengisian dari pelabuhan PT Pelindo III di Bagendang Sabtu (7/8) lalu. Saat itu, Rudianur melihat sendiri. Dia menjadi orang pertama yang mengungkap masalah itu hingga menjadi perhatian banyak pihak.

“Saya menduga pembersihan cairan CPO yang sempat merembes ke sungai oleh perusahaan yang bertanggung jawab atas kejadian itu, tidak benar-benar bersih, sehingga mencemari air Sungai Mentaya. Harusnya pihak yang bertanggung jawab harus teliti, sehingga tidak ada lagi cairan tersebut mencemari sungai,” ujar Rudianur.

Baca Juga :  Wujudkan Ketahanan Pangan yang Kuat

Politikus Partai Golkar ini juga sangat menyayangkan, hingga saat ini keberadaan cairan berminyak warna kuning kemerahan itu masih banyak ditemukan mengambang di pinggir Sungai Mentaya dan cukup mengganggu saat masyarakat beraktivitas di sungai. Karena masyarakat sekitar pelabuhan masih mengandalkan Sungai Mentaya untuk keperluan hidup sehari-hari.

“Sejak dari awal, saya mengingatkan agar CPO yang bocor ke Sungai Mentaya dapat ditangani dengan baik. Jangan sampai mengganggu masyarakat. Apalagi Sungai Mentaya adalah sumber air utama bagi kehidupan masyarakat, khususnya Desa Bagendang,” ungkap Rudianur.

Dia mendesak pihak perusahaan bersama instansi terkait, dapat menangani kasus ini secara serius. Karena kebocoran CPO yang mencemari sungai harus kembali dibersihkan sampai benar-benar bersih. Dia juga mendesak agar kejadian ini diproses sesuai aturan, dan harus dilakukan tindakan tegas atas kebocoran CPO itu. Meski itu merupakan ketidaksengajaan atau kelalaian.

Baca Juga :  Jalankan Sinergitas untuk Mencapai Target PAD

“Saya minta pihak Pelindo III dan pihak perusahaan harus bertanggung jawab secara sosial dengan member kompensasi kepada masyarakat, karena kejadian itu telah mengganggu aktivitas masyarakat, sehingga mereka tidak dapat menggunakan air Sungai Mentaya untuk kebutuhan mereka,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotim Sanggul Lumban Gaol mengatakan, pihaknya sudah menurunkan tim ke lokasi pasca kebocoran tongkang tersebut. Tim juga telah menyusuri sungai serta melakukan pemantauan dengan menggunakan drone untuk melihat sejauh mana sebaran CPO mencemari Sungai Mentaya.

“Tim kami juga bersama instansi terkait sudah mengambil sampel air dan mengirimnya ke laboratorium di Jakarta untuk mengetahui dugaan tingkat pencemarannya terhadap air sungai setempat. Saat ini, kami masih menunggu hasil pemeriksaan sampel air tersebut,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru