Site icon Prokalteng

Warga Desa Rantau Suang Minta Direlokasi, Rimbun : Kita akan Koordinasi dengan Pemda

Ketua DPRD Kabupaten Kotim, Rimbun

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Desa Rantau Suang Kecamatan Telaga Antang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dilanda banjir dengan kedalaman mencapai satu meter. Banjir diduga kiriman dari wilayah hulu atau dataran lebih tinggi yang diguyur hujan hingga menyebabkan sungai meluap, sedangkan untuk Desa Rantau Suang waktu itu tidak ada hujan.

Warga Desa tersebut meminta agar bisa direlokasi, kalau bisa diberikan satu kesempatan lagi untuk didirikan bangunan bagi masyarakat yang terdampak banjir. Beberapa tahun lalu pernah ada program pemindahan warga ke lokasi yang lebih tinggi, namun tidak semua warga ikut dalam relokasi tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Kotim Rimbun, menyatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait permintaan untuk relokasi warga Desa Rantau Suang, Kecamatan Telaga Antang, yang terdampak banjir.

“Kami akan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah di semua tingkatan. kalau relokasi memang wajib dilakukan, kami akan upayakan bersama. Kami juga akan bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten dan Provinsi untuk membantu warga yang kesulitan pasca bencana ini,” kata Rimbun, Selasa (15/10).

Dirinya akan turun langsung untuk memantau kondisi warga di lapangan, terutama karena desa tersebut berada di Dapil V yang merupakan wilayah pemilihannya, maka akan  menjadi fokus perhatiannya.

“Kami pasti akan turun kelapangan untuk melihat dan memastikan semua berjalan sesuai kebutuhan masyarakat,” ujar Rimbun.

Menurutnya koordinasi dengan pemerintah daerah dan provinsi dapat mempercepat rencana relokasi. Dengan adanya sinergi antara DPRD, Pemkab Kotim, dan Pemerintah Provinsi Kalteng diharapkan solusi bagi warga Desa Rantau Suang dapat segera terwujud.

Sementara Kepala Desa Rantau Suang, Sider, melaporkan bahwa banjir sering melanda desanya yang terletak di tepian Sungai Mentaya. Ia menyebutkan banjir terbaru terjadi pada 8 Oktober 2024, saat air sungai tiba-tiba meluap tanpa adanya hujan di desa mereka.

“Banjir di desa tersebut biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 9 jam, tetapi arusnya sangat deras dan membahayakan. Akibatnya, banyak bibit ternak seperti babi dan ayam hanyut, serta akses jalan ke desa hampir terputus,” kata Sider.

Ia juga menjelaskan bahwa banjir sering terjadi tanpa tanda-tanda, diduga karena curah hujan di daerah hulu sungai yang menyebabkan luapan air. Banjir di desa tersebut telah menjadi masalah bagi warga. Bahkan pada tahun 2001, banjir setinggi tiga meter menyebabkan dua rumah warga hanyut terbawa arus.

“Saat ini, terdapat 40 rumah yang dihuni 51 kepala keluarga (KK) yang selalu terdampak banjir. Rumah-rumah tersebut sebagian besar terbuat dari kayu yang sudah tua dan berisiko terbawa arus jika banjir besar kembali terjadi, dan warga berharap bisa direlokasi,” harapnya.(bah/kpg)

 

 

Exit mobile version