29.4 C
Jakarta
Wednesday, April 9, 2025

Dianjurkan Saat Ramadhan, Berikut Pengertian, Rukun, dan Syarat I’tikaf

PROKALTENG.CO – Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia menantikan kedatangan Bulan Ramadhan.

Bulan yang penuh berkah ini tidak hanya menjadi momen untuk menahan lapar dan dahaga dari subuh hingga magrib, tetapi juga menjadi masa untuk berlomba-lomba dalam amal kebaikan.

Ada berbagai bentuk kebaikan yang dapat dilakukan oleh umat Muslim, mulai dari bersedekah kepada yang membutuhkan hingga mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah dan dzikir.

Selain puasa sebagai kewajiban utama, terdapat juga anjuran lain yang diperkuat dalam tradisi Islam selama bulan Ramadhan, yaitu I’tikaf di masjid.

I’tikaf di bulan Ramadhan didasarkan pada banyak hadits yang merujuk langsung pada ajaran Nabi Muhammad SAW.

Mengutip laman Muslim.or.id (16/3), salah satu hadits yang menguatkan kesunahan i’tikaf di bulan Ramadhan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA, beliau berkata:

Baca Juga :  3 Amalan Sederhana di Bulan Ramadhan Tapi Berlimpah Pahala

أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.”

Pengertian I’tikaf

Menurut kitab Fathul Qarib karya Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, i’tikaf secara bahasa berarti menetapkan sesuatu yang baik atau jelek. Sedangkan secara syariat, i’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan sifat tertentu.

Tujuan utama i’tikaf adalah untuk menghadap kepada Allah SWT dengan sepenuh hati, serta menjauhkan diri dari segala distraksi dunia.

Karena itu, i’tikaf dapat dilakukan setiap saat. Akan tetapi, lebih utama dilakukan pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dengan tujuan mencari lailatul qadar.

Lailatul qadar artinya malam yang mulia. Dalam Surat Al-Qadr dijelaskan bahwa lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan.

Baca Juga :  Jangan Ajarkan Anak Puasa Setengah Hari

Rukun dan Syarat I’tikaf

Rukun i’tikaf ada dua. Pertama, niat yang jelas, baik untuk menjalankan i’tikaf secara sunnah maupun wajib karena nazar. Kedua adalah menetap di masjid.

Dalam menjalankan i’tikaf, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi, yakni beragama Islam, memiliki akal sehat, dan dalam keadaan suci dari hadats besar.

I’tikaf yang dilakukan oleh orang kafir, orang yang tidak memiliki akal sehat seperti orang gila, serta orang yang sedang dalam keadaan haid, nifas, atau junub dianggap tidak sah.

Selain itu, jika seseorang yang sedang menjalankan i’tikaf tiba-tiba murtad atau mabuk, maka i’tikafnya menjadi batal.

Hal yang juga termasuk membatalkan i’tikaf ialah bersentuhan kulit dengan selain mahram disertai rasa birahi sampai mengeluarkan sperma. Jika tidak sampai mengeluarkan sperma, maka tidak membatalkan i’tikaf. (pri/jawapos.com)

PROKALTENG.CO – Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia menantikan kedatangan Bulan Ramadhan.

Bulan yang penuh berkah ini tidak hanya menjadi momen untuk menahan lapar dan dahaga dari subuh hingga magrib, tetapi juga menjadi masa untuk berlomba-lomba dalam amal kebaikan.

Ada berbagai bentuk kebaikan yang dapat dilakukan oleh umat Muslim, mulai dari bersedekah kepada yang membutuhkan hingga mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah dan dzikir.

Selain puasa sebagai kewajiban utama, terdapat juga anjuran lain yang diperkuat dalam tradisi Islam selama bulan Ramadhan, yaitu I’tikaf di masjid.

I’tikaf di bulan Ramadhan didasarkan pada banyak hadits yang merujuk langsung pada ajaran Nabi Muhammad SAW.

Mengutip laman Muslim.or.id (16/3), salah satu hadits yang menguatkan kesunahan i’tikaf di bulan Ramadhan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA, beliau berkata:

Baca Juga :  3 Amalan Sederhana di Bulan Ramadhan Tapi Berlimpah Pahala

أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.”

Pengertian I’tikaf

Menurut kitab Fathul Qarib karya Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, i’tikaf secara bahasa berarti menetapkan sesuatu yang baik atau jelek. Sedangkan secara syariat, i’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan sifat tertentu.

Tujuan utama i’tikaf adalah untuk menghadap kepada Allah SWT dengan sepenuh hati, serta menjauhkan diri dari segala distraksi dunia.

Karena itu, i’tikaf dapat dilakukan setiap saat. Akan tetapi, lebih utama dilakukan pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dengan tujuan mencari lailatul qadar.

Lailatul qadar artinya malam yang mulia. Dalam Surat Al-Qadr dijelaskan bahwa lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan.

Baca Juga :  Jangan Ajarkan Anak Puasa Setengah Hari

Rukun dan Syarat I’tikaf

Rukun i’tikaf ada dua. Pertama, niat yang jelas, baik untuk menjalankan i’tikaf secara sunnah maupun wajib karena nazar. Kedua adalah menetap di masjid.

Dalam menjalankan i’tikaf, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi, yakni beragama Islam, memiliki akal sehat, dan dalam keadaan suci dari hadats besar.

I’tikaf yang dilakukan oleh orang kafir, orang yang tidak memiliki akal sehat seperti orang gila, serta orang yang sedang dalam keadaan haid, nifas, atau junub dianggap tidak sah.

Selain itu, jika seseorang yang sedang menjalankan i’tikaf tiba-tiba murtad atau mabuk, maka i’tikafnya menjadi batal.

Hal yang juga termasuk membatalkan i’tikaf ialah bersentuhan kulit dengan selain mahram disertai rasa birahi sampai mengeluarkan sperma. Jika tidak sampai mengeluarkan sperma, maka tidak membatalkan i’tikaf. (pri/jawapos.com)

Terpopuler

Artikel Terbaru