PROKALTENG.CO – Tradisi Halal bi halal merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri atau Lebaran di Indonesia. Lebih dari sekedar pertemuan sosial, Halal bi halal memiliki makna yang dalam dalam menjaga silaturahmi antar individu dan memperkuat ikatan sosial di tengah-tengah masyarakat.
Dilansir dari website lampung.nu.or.id, halal bi halal tidak bisa diterjemahkan secara harfiah atau secara terpisah antara kata ‘halal’, ‘bi’, dan ‘halal’. Sebab, hal itu tidak akan menghasilkan makna yang sesuai. Secara terminologi, kata ‘halal’ berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘halla’, yang memiliki tiga makna yakni ‘halal al-habi’ (benang kusut terurai kembali), ‘halla al-maa’ (air keruh diendapkan), dan ‘halla as-syai’ (membuat sesuatu menjadi halal).
Dari ketiga makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa makna dari ‘halal bi halal’ adalah proses pemulihan dari kekusutan, kekeruhan, atau kesalahan yang sebelumnya dianggap dapat dimaafkan. Ini berarti bahwa semua kesalahan atau ketidaksempurnaan dapat dihapuskan, menghilang, dan mengembalikan segalanya ke keadaan semula.
Bahkan kata halal bi halal sudah dibakukan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang memiliki arti hal memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat oleh sekelompok orang.
Halal bi halal bermakna untuk membersihkan hati dari segala dendam dan kesalahan masa lalu. Saat bertemu dengan keluarga, kerabat, dan teman-teman lama, tradisi ini mengajarkan kita untuk menghapuskan segala ketidaksepahaman dan memaafkan kesalahan yang pernah terjadi di antara kita. Ini adalah momen yang tepat untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih dan terbuka.
Tradisi halal bi halal juga merupakan kesempatan untuk memperkuat silaturahmi antar anggota keluarga, kerabat, dan teman-teman. Dalam kehidupan yang semakin sibuk dan terhubung secara digital, pertemuan langsung ini memberikan kesempatan untuk saling bertukar cerita, memperbarui hubungan, dan merajut kembali ikatan yang mungkin telah longgar.
Tradisi halal bi halal tidak hanya merupakan praktik sosial, tetapi juga merupakan bagian dari identitas budaya yang kaya. Melalui tradisi ini, kita menghargai dan memelihara warisan budaya nenek moyang kita, serta meneruskannya kepada generasi mendatang. Hal ini membantu memperkuat rasa kebanggaan terhadap identitas budaya kita.
Halal bi halal bukanlah sekedar pertemuan formal, tetapi juga sebuah tradisi yang kaya akan makna. Melalui praktik ini, kita menghormati nilai-nilai seperti kebersamaan, pemaafan, dan penghormatan terhadap yang lebih tua. Mari kita jadikan tradisi halal bi halal sebagai momen untuk memperkuat silaturahmi, memperdalam hubungan sosial, dan membangun keharmonisan dalam keluarga dan masyarakat. (pri/jawapos.com)